PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan, oleh karena itu di Indonesia terdapat beberapa cara yang dilakukan manusia untuk mendapatkan pendidikan, salah satunya adalah pendidikan formal. Pendidikan formal dapat ditemukan disekolah dengan berbagai pelajaran yang ada salah satunya adalah pelajaran matematika.
Rusyanti (2014) menyatakan bahwa Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola berpikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien. Namun dalam pembelajaran matematika masih banyak ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran matematika.
Baca Juga: Atlet Bulutangkis Merasakan Dampak Buruk Covid-19
Menurut Subini faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal (Fitriana, 2011).
A. Faktor Internal Â
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesulitan pada anak.
Faktor internal dibagi menjadi dua, yaitu:
- Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan Dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, adanya kelemahan atau cacat tubuh, dan sebagainya.
- Faktor psikologi yang meliputi:
a) Kebiasaan Belajar
Cara-cara belajar yang paling sering dilakukan oleh siswa dan cara atau kebiasaan belajar dapat terbentuk dari aktivitas belajar, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja.
b) Intelegensi
Suatu kemampuan mental atau pun rohani yang melibatkan proses berpikir secara rasional untuk menyesuaikan diri kepada situasi yang baru.
Kecenderungan siswa dalam melakukan segala kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.
d) Kecakapan BelajarÂ
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi tiga hal antara lain:
1. Faktor keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama yang paling berpengaruh pada kehidupan anak sebelum kondisi di sekitar anak (masyarakat dan sekolah).
2. Faktor sekolah
Sekolah merupakan tempat belajar anak setelah keluarga dan masyarakat sekitar.
3. Faktor masyarakat
Selain dalam keluarga dan sekolah, anak juga berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Peran masyarakat sangat mempengaruhi individu dalam belajar.
Untuk mengatasi kesulitan memahami pembelajaran matematika Iswanto (2013) dengan memberikan model pembelajaran yang dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa, seperti bentuk kompetisi nilai, pemberian penghargaan kepada siswa yang juara, bentuk kooperatif, dan sebagainya. Dalam hal ini model pembelajaran yang bisa menjadi alternatif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Baca Juga: eSport, Dikembangkan?
Menurut Kunandar dalam Yenni (2018) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar aktif dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang orang dengan struktur kelompok yang bersifat berbeda (Majid, 2013:174).
Teams Games Tournament (TGT) adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda Yulia (2013). Sehingga siswa dapat saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang dihadapi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat rancangan pembelajaran matematika dengan materi KPK dan FPB dengan metode Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
PEMBAHASAN
Menurut Rusman, (2014) ada enam langkah utama atau tahapan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) yaitu pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk belajar, penyajian informasi berupa materi pembelajaran yang akan disampaikan, pengelompokan dalam tim belajar.
Tahapan ini dilanjutkan dengan guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Tahapan terakhir yaitu presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberikan penghargaan terhadap usaha kelompok atau individu.
Berikut sintak pembelajaran Kooperatif materi KPK dan FPB dengan tipe TGT (Team Games Tournament):
1. Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan Memotivasi peserta didik
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi peserta didik belajar.
Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai yaitu siswa dapat menentukan KPK serta FPB yang benar, serta guru menyampaikan bahwa topik yang dipelajari sangat penting untuk dipelajari.
2. Tahap 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau memberikan materi kepada peserta didik dengan berdemonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Pada tahap ini guru memberikan atau menyampaikan informasi dan juga materi sebagai pengantar bagi siswa untuk melakukan kerja kelompok. Pada tahap ini juga guru menjelaskan bagaimana aturan main dari kerja kelompok pada kali ini.
3. Tahap 3 Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil
Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.
Pada tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang, kemudian siswa duduk melingkar dengan kelompok masing-masing. Setelah siswa duduk melingkar sesuai dengan kelompok masing-masing guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk menentukan jumlah KPK dan FPB yang benar dalam bentuk LKPD.
4. Tahap 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Pada tahap ini guru dapat berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lainnya untuk memantau jalannya kerja kelompok serta membantu apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan
5. Tahap 5 Turnamen
Guru mengawasi kegiatan dan memastikan peserta didik memahami petunjuk pengerjaan.
Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas masing-masing, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjaan mereka dengan cara siapa cepat dia dapat, yang nantinya kelompok yang mempresentasikan akan mendapatkan poin yang akan dikumpulkan untuk menentukan kelompok yang akan menjadi pemenangnya.
Baca Juga: Menjaga Imunitas Tubuh Dikala Pandemi Covid–19 dengan Rutin Berolahraga
6. Tahap 6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Pada tahap ini guru mengumumkan kelompok yang memiliki poin tertinggi dan yang terendah. Kelompok yang memiliki poin tertinggi akan mendapatkan hadiah serta kelompok yang memiliki poin terendah mendapatkan hukuman, hukuman yang diberikan bersifat mendidik, membangun serta tidak memberatkan pada siswa.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) ini diharapkan siswa dapat memahami materi matematika dengan baik serta membuat pembelajaran matematika menjadi menyenangkan sehingga membuat kesulitan peserta didik dalam memahami mata pelajaran Matematika dapat berkurang.
KESIMPULAN
Model pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) dengan membentuk kelas menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa ini dapat membangkitkan semangat para siswa untuk mengikuti pembelajaran Matematika, karena dalam model pembelajaran ini mengharuskan setiap siswa untuk berpikir serta bekerja dan juga terdapat game dalam pembelajaran sehingga membuat siswa bersemangat untuk berkompetisi untuk mendapatkan poin yang banyak. Oleh karena itu melalui kegiatan ini siswa dapat memahami, mengamalkan serta mempresentasikan materi yang telah diajarkan, sehingga membuat setiap siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan dan juga membuat siswa tidak merasa jenuh karena terdapat game dalam pembelajaran Matematika ini.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Y. A. (2013). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Sosiologi. SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant, 3(1).
Dewi, W. S., Supriadi, N., & Putra, F. G. (2018). Model Hands on Mathematics (HoM) Berbantuan LKPD Bernuansa Islami Materi Garis dan Sudut. Desimal: Jurnal Matematika, 1(1), 57-63.
Mujiyono, M. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI JARING-JARING BANGUN RUANG SEDERHANA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NONEXAMPLES SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2).
Putra, F. G. (2015). Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Software Cabri 3d di Tinjau dari Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2), 143-154.
Surya, Y. F. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Gamestournament (Tgt) Untuk Meningkatkan Hasil Belajarmatematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 003 Bangkinang Kota. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 154-163.
Ulia, N. (2016). Peningkatan pemahaman konsep matematika materi bangun datar dengan pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan pendekatan saintifik di SD. Jurnal Tunas Bangsa, 3(2), 55-68.
Sela Mardiana
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
Editor: Diana Pratiwi