Pengalaman Traumatis di Masa Kanak-Kanak dapat Mengganggu Psikologis pada Remaja

Trauma Masa Kanak-Kanak
Sumber: penntoday.upenn.edu

Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Selain itu, disebutkan pula bahwa masa remaja merupakan periode krisis dan penting dalam kehidupan manusia.

Masa remaja diibaratkan sebagai masa strom dan stress yaitu masa ketika mereka sedang mengalami masa transisi baik secara fisik maupun psikologis, ketika menghadapi berbagai permasalahan dan ketika mengalami perubahan-perubahan fisik, kognitif, maupun psikososial.

Trauma pada umumnya merupakan tekanan emosional dan psikologis akibat dari kejadian atau peristiwa yang tidak menyenangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan dan menimbulkan stres yang berlebihan.

Trauma dalam bahasa Latin memiliki arti “luka” yang mendeskripsikan mengenai suatu kejadian atau pengalaman manusia dalam merespon suatu peristiwa.

Bacaan Lainnya

Sementara dalam konteks psikologi dan psikiatri, trauma didefinisikan sebagai “suatu kejadian luar biasa yang bersifat mengancam fisik dan harga diri individu serta dianggap dapat menyebabkan kematian sehingga menimbulkan rasa takut yang luar biasa, rasa tidak aman, dan rasa tidak berdaya ketika peristiwa itu terjadi” (APA, 2008).

Trauma masa kanak-kanak merupakan suatu pengalaman yang dinilai kurang baik atau buruk bagi anak-anak yang mengalaminya. Pengalaman buruk yang mereka alami cenderung serius sehingga memungkinkan untuk berdampak pada masa remaja.

Islam menekankan pentingnya memberikan kasih sayang dari orang tua yang baik kepada anak. Allah Swt. berfirman: “dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu.” (QS. Al-Isra’:31).

Ini menunjukan larangan terhadap tindakan yang merugikan fisik maupun psikis anak. Oleh karena itu, peran orang tua merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak, khususnya pada fisik dan psikisnya.

Namun, amat sangat disayangkan hingga saat ini kesadaran akan pentingnya hal tersebut masih sangat kurang di kalangan masyarakat khususnya di kalangan pengasuh, yaitu orang tua.

Baca Juga: KDRT Menyebabkan Trauma pada Anak

Secara umum, trauma masa kecil dapat terjadi ketika seorang anak menyaksikan atau mengalami peristiwa buruk yang membuat mereka merasa terancam, tidak aman, atau tidak bisa diatasi.

Peristiwa ini dapat terjadi lebih dari satu kali maupun berulang kali. Diperkirakan sekitar 46% anak pernah mengalami trauma paling tidak satu kali selama masa kanak-kanak.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kekerasan fisik dan seksual adalah peristiwa traumatis yang paling banyak dialami yaitu masing-masing sebesar 27,5%. Peristiwa traumatis berikutnya adalah kekerasan emosional 22,5%.

Beberapa riset menemukan bahwa perilaku yang dimunculkan di usia dewasa berakar dari trauma yang dialami seseorang di masa kecil. Peristiwa yang dialami seorang anak dan sifatnya mengancam kehidupan merupakan hal-hal yang bisa membentuk perilaku-perilaku di masa remaja bahkan terbawa hingga dewasa.

Pelecehan seksual, perundungan, atau kekerasan dari orang tua merupakan beberapa trauma masa kecil yang mengakibatkan stres pada anak dan dapat berdampak pada masa depan anak di usia dewasa. Kumpulan trauma yang dialami anak di masa kecil akan menjadi luka psikis yang terus melekat dalam diri anak hingga ia dewasa.

Luka tersebut masih ada di alam bawah sadar sehingga bermanifestasi dalam bentuk perilaku dan emosi negatif, contohnya perasaan tidak dicintai oleh orang lain, tidak percaya diri, cemas, atau ingin mendominasi orang lain.

Pengalaman trauma yang dialami oleh anak dapat mempengaruhi cara individu dalam berinteraksi dengan dunia sekitarnya, termasuk hubungan interpersonal, hubungan sosial, serta pencapaian akademik.

Misalnya, seseorang yang mengalami pelecehan di masa kanak-kanak mungkin berjuang dengan perasaan tidak berharga dan kecemasan terus-menerus, yang merupakan ciri khas dari depresi dan kecemasan.

Selain itu, trauma masa kecil sangat terkait dengan perkembangan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Pengalaman traumatis dapat memecah integrasi ingatan, emosi, dan persepsi sensorik, yang mengarah ke ingatan yang mengganggu, mimpi buruk, dan hypervigilance.

Dampak dari pengalaman trauma yang dialami pada masa kanak-kanak sangat bervariasi, dilihat dari faktor-faktor seperti jenis trauma, Tingkat keparahan, serta respons individu dalam menghadapi pengalaman tersebut.

Dampak yang perlu menjadi perhatian prioritas dan segera adalah self harm, suicidal, dan agresivitas.

Baca Juga: Pulih Lebih  Cepat, Bangkit Lebih Kuat (Pendekatan Psikologi Kognitif dalam Mereduksi Trauma pada Korban Bencana Alam)

Permasalahan-permasalahan yang muncul ini tentu saja membutuhkan perhatian dan bila perlu dilakukan pendampingan psikologis dalam bentuk konseling atau psikoterapi untuk mencegah atau mengatasi dampak yang lebih buruk.

Penelitian terkait trauma masa kanak-kanak seringkali menunjukan dengan jelas dampak yang terjadi di masa remaja. Melakukan sebuah penelitian dan mendapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan antara trauma masa kanak-kanak dengan kepribadian di usia remaja.

Penyembuhan dari trauma masa kanak-kanak dimungkinkan, tetapi membutuhkan strategi intervensi yang komprehensif, termasuk terapi yang berfokus pada trauma, Cognitive Behavior Therapy (CBT), dan obat-obatan.

Membangun ketahanan melalui hubungan yang mendukung, mengembangkan keterampilan mengatasi, dan menumbuhkan rasa aman dan stabilitas adalah komponen penting dalam proses pemulihan.

Intervensi dini, ketika trauma dikenali dan ditangani dengan segera, dapat secara signifikan mengurangi dampak jangka panjangnya.

Memahami efek mendalam dari trauma dini sangat penting untuk mengembangkan strategi pengobatan yang efektif dan mendukung individu dalam perjalanan mereka menuju pemulihan.

Jika anda mengalami trauma masa kecil, dukungan dari keluarga dan orang terdekat merupakan salah satu cara penting yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut.

Orang dengan trauma masa kecil juga perlu menjalani pola hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi, rutin berolahraga, serta tidur dengan cukup untuk meminimalisir resiko masalah kesehatan.

Perjalanan menuju penyembuhan bukanlah hal yang mudah, akan tetapi dengan perawatan dan dukungan yang tepat, penyembuhan dapat dicapai.

 

Penulis: Meilani Aulia Ananta
Mahasiswi Prodi Psikologi Islam, Institut Agama Islam Negeri Zawiyah Cot Kala Langsa

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Pustaka

American Psychological Association. (2008). Trauma and post-traumatic stress disorder. Retrieved from [https://www.apa.org](https://www.apa.org)

Hurlock, E. B. (1999). Developmental psychology (5th ed.). New York: McGraw-Hill.

Santrock, J. W. (2011). Adolescence (5th ed.). New York: McGraw-Hill.

Seifert, A., & Hoffnung, R. J. (2000). Child and adolescent development. Boston: Houghton Mifflin.

World Health Organization. (n.d.). Adolescents: Health risks and solutions. Retrieved from [https://www.who.int](https://www.who.int)

Konopka, G. (1976). Problems of adolescent development. New York: Harper & Row.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2004). A child’s world: Infancy through adolescence (10th ed.). New York: McGraw-Hill.

Lestari, D. A. (2012). Masa remaja dan tantangan perkembangan. Jurnal Psikologi, 12(1), 45-60.

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses