Pengaruh Literasi Keuangan pada Orang Tua terhadap Manajemen Keuangan Anak Remaja

Manajemen Keuangan Anak Remaja

Indonesia memasuki era globalisasi dimana peningkatan serta pertumbuhan perekonomian seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia memberikan dampak terhadap perilaku keuangan masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia yang tidak terlepas dari kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas sehingga berdampak pada perilaku keuangan, dimana masyarakat tidak memperhatikan prinsip keuangan yang menjadi salah satu faktor seseorang bergaya hidup konsumtif.

Prinsip keuangan yang dimaksud adalah membeli barang atau jasa sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan. Namun hal tersebut sering dilupakan, sehingga masyarakat lebih memilih untuk membeli barang atau jasa yang diinginkan bukan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, untuk membuat keputusan ekonomi yang tepat dalam berkonsumsi dan terhindar dari gaya hidup konsumtif tentunya dibutuhkan pengetahuan tentang literasi keuangan.

Namun literasi keuangan pada keluarga khususnya para remaja masih sangat rendah sehingga menjadi sebuah masalah. Contohnya seperti di Amerika Serikat kurangnya literasi keuangan pada warga negaranya menyebabkan beberapa hal yang merugikan, seperti tingginya tingkat hutang terhadap konsumen, kebangkrutan dan krisis keuangan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Meningkatkan Kualitas Bangsa Dengan Literasi

Tidak hanya remaja, orang dewasa di Amerika Serikat juga banyak yang tidak memahami konsep dasar keuangan, mereka belum memahami konsep keuangan dasar seperti bunga, kredit, pajak dan investasi. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana pengetahuan orang tua mengenai literasi keuangan dan bagaimana orang tua mengajarkannya kepada anak remaja mereka karena orang tua perlu mengkomunikasikan dan menegosiasikan nilai-nilai penting mengenai finansial dan mengizinkan anak-anak remaja mereka untuk mengambil keputusan yang terbaik dalam mengelola keuangan.

Peran orang tua dalam pengetahuan anak remaja mengenai literasi keuangan

Berdasarkan hasil dari wawancara dari penelitian yang dilakukan, 80% orang tua mengetahui apa itu istilah literasi keuangan, sedangkan semua anak yang diwawancarai tidak mengetahui apa itu istilah literasi keuangan. Semua orang tua juga setuju bahwa masalah keuangan penting untuk diajarkan pada anak mereka.

Namun, anak tidak langsung diajarkan mengenai masalah keuangan. Orang tua hanya mengajarkan apa yang menurut mereka penting untuk diketahui oleh anak. Seperti mengajarkan anak mengenai pentingnya memiliki asuransi, membayar pajak investasi dan jual beli saham.

Selain itu, dalam layanan keuangan digital untuk anak dalam usia sekolah menengah pertama, orang tua memberi tahu bahwa lebih mudah melakukan transaksi menggunakan layanan keuangan digital. Sedangkan untuk anak dalam usia sekolah menengah atas, orang tua justru tidak mengajarkan kepada anak, karena dirasa anak lebih mengerti masalah layanan keuangan digital dibandingkan mereka.

Sehingga dapat dikatakan bahwa orang tua tidak berpengaruh besar dalam pengetahuan anak mengenai literasi keuangan. Orang tua yang memiliki pengetahuan masalah keuangan belum tentu memiliki anak yang memahami masalah keuangan dan sebaliknya. Anak remaja lebih banyak belajar mengenai masalah keuangan di sekolah, memanfaatkan media sosial atau belajar secara otodidak.

Keterkaitan antara keterbukaan orang tua mengenai masalah keuangan keluarga dengan manajemen keuangan anak remaja

Personal Savings Concept. Black Teen Boy Sitting With Piggybank While His Father Holding Fan Of Dollar Cash on Sofa At Home

Berdasarkan hasil wawancara, 80% orang tua memberi tahu masalah keuangan keluarga kepada anak mereka. Hal ini dikarenakan orang tua ingin anak mengerti mengenai kondisi keuangan keluarga sehingga anak bisa lebih berhemat. Orang tua yang tidak memberi tahu masalah keuangan keluarga kepada anak mereka beranggapan bahwa anak tidak perlu tahu karena akan menimbulkan stres pada anak.

Baca Juga: Menumbuhkan Semangat Literasi di Kalangan Mahasiswa

Padahal menurut penelitian literasi keuangan yang dilakukan wisebread, anak remaja perlu diberitahu mengenai kondisi keuangan orang tua. Hal ini dapat menguntungkan anak remaja karena mereka dapat belajar dari kondisi keuangan orang tuanya.

Peran orang tua dalam manajemen keuangan anak remaja

Manajemen keuangan perlu diajarkan kepada anak sedari anak kecil karena akan membentuk pola pikir yang benar mengenai bagaimana mengelola keuangan. Menurut Kenyon & Berdon (2014), anak yang sedari kecil sudah diajarkan mengenai bagaimana mengelola keuangan. Nantinya akan berpeluang lebih kecil mengalami kesulitan dalam pengelolaan keuangan saat dewasa.

Mayoritas orang tua memberikan contoh bagaimana memanajemen keuangan yang benar. Orang tua juga memberikan kebebasan kepada anak tentang bagaimana mengelola keuangannya karena dirasa anak lebih mengerti mengenai kebutuhan mereka. Namun, masih di bawah pengawasan orang tua. Orang tua juga mengajarkan pentingnya membedakan antara keinginan dan kebutuhan dalam mengalokasikan uang.

Namun, mayoritas anak remaja dalam mengalokasikan keuangannya masih mengikuti keinginan dibandingkan kebutuhan. Anak remaja belum mengalokasikan keuangannya untuk jangka panjang atau masa depan. Padahal anak remaja perlu diajarkan mengenai pentingnya menabung untuk masa depan mereka.

Peran orang tua dalam selfcontrol atau kontrol diri dalam manajemen keuangan anak remaja

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian orang tua mengajarkan anak mengenai kontrol diri saat mengalokasikan uangnya. Namun terkadang orang tua memiliki kendala saat menerapkan kontrol diri pada anak remajanya, seperti tidak tega dan tidak memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Setiap orang tua memiliki caranya sendiri dalam menerapkan kontrol diri pada anak remajanya seperti tidak membiasakan anak untuk membeli gadget keluaran terbaru karena gadget yang lama masih bagus, diberitahu bahwa mencari uang tidak gampang dan orang tua tidak akan selalu ada bersama mereka.

Selain itu, anak selalu dibiasakan untuk makan sebelum pergi ke suatu tempat agar tidak dalam kondisi lapar dan menghindari perilaku boros. Anak remaja yang tidak diajarkan kontrol diri dalam manajemen keuangannya oleh orang tuanya memiliki kendala karena belum bisa menahan diri dari membeli sesuatu yang tidak perlu dan belum bisa mengatur keuangannya sendiri dengan baik.

Baca Juga: Menumbuhkan Budaya Literasi dalam Diri Sendiri

Untuk negara maju seperti Amerika Serikat, pemerintah mulai mengimplementasikan pendidikan keuangan sejak anak-anak usia sekolah dasar. Pemerintah Amerika Serikat juga menjalankan program pendidikan literasi keuangan literasi keuangan untuk remaja yang dinamakan Financial Literacy and Education Commission (FLEC).

Namun, masih banyak warga Amerika Serikat yang jatuh miskin karena minimnya literasi keuangan. Yang artinya Pendidikan literasi keuangan di amerika serikat tidak efektif diterapkan. Sedangkan rendahnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang literasi keuangan atau kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia tentang literasi keuangan menyebabkan lambatnya kenaikan pengetahuan literasi keuangan masyarakat indonesia, dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa indeks keuangan masyarakat Indonesia adalah sebesar 38,03%.

Hal ini menunjukkan peningkatan dibandingkan survei yang dilakukan OJK pada tahun 2016 yaitu indeks literasi keuangan Indonesia adalah sebesar 29,7%. Namun, meskipun dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 8,33% angka ini masih terbilang rendah.

Alfianita Rakasiwi Putri
Muhammad Swaditya Pranantamukti
Gusti Putranta Maspaitella
Aldriaza Satria
Mahasiswa IPB University

Dr. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
FEMA IPB University

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI