Pengaruh Pola Asuh Otoriter terhadap Karakter Remaja

pengaruh pola asuh otoriter

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada zaman modern saat ini pun masih ditemukan orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter. Terutama dalam memberi pendidikan karakter pada anak-anak mereka. Pola asuh otoriter ini sejatinya kurang baik bahkan tidak baik untuk diterapkan pada anak maupun remaja. Orang tua yang memiliki paham untuk menerapkan pola asuh tersebut pada anak-anak biasanya cenderung menerapkan dari kecil hingga mereka dewasa.

Seorang remaja akan terlihat begitu tertekan apabila orang tuanya di rumah menerapkan pola asuh seperti ini pada mereka. Bahkan, outcome yang terjadi dapat menyebabkan sang remaja ini mengalami depresi karena mengingat begitu kerasnya didikan orang tuanya di rumah.

Secara umum, outcome yang dihasilkan dari pengaruh pola asuh otoriter ini adalah kompetensi sosial anak maupun remaja yang tidak berkembang, kecemasan akan social comparison, kemampuan problem solving yang lemah, dan sering merasa takut salah.

Bacaan Lainnya
DONASI

Tingkat Kedisiplinan Tinggi atau Rendah?

Hal ini sangat berkaitan dengan karakter disiplin dan sopan santun yang dimiliki remaja pada saat ini. Mengenai kedisiplinan, seorang remaja yang mengalami pendidikan karakter otoriter yang dilakukan oleh orang tuanya akan memiliki tingkat disiplin yang cukup bagus. Terutama apabila dalam diri remaja tersebut tertanam nilai kedisiplinan kuat yang dicontohnya dari kedua orang tuanya.

Biasanya, orang tua dengan pengaruh pola asuh otoriter akan menerapkan suatu hukuman bagi anaknya. Yaitu yang melakukan kesalahan atau bahkan terlambat mengerjakan sesuatu yang diperintahkan.

Namun, tidak dipungkiri juga bahwa para remaja yang diasuh secara otoriter oleh orang tuanya akan megalami tingkat kedisiplinan yang justru sangat rendah. Hal ini dapat terjadi apabila remaja mulai berada di dalam fase malas dengan semua hal di rumah di mana ia mulai gelisah dengan segala perlakuan yang diterima dari orang tuanya. Sehingga pelampiasannya terjadi pada saat ia berada di luar rumah.

Misalnya, ia akan berangkat kuliah tepat waktu dari rumahnya dan kedua orang tuanya mengetahui bahwa remaja ini telah berangkat dengan tepat waktu. Namun setelah keluar rumah, ia membelokkan niatnya untuk kuliah dengan mampir terlebih dahulu di tempat lain. Sehingga hal tersebut membuat ia terlambat untuk masuk ke kelas.

Sikap Kasar yang Tertanam

Selain kedisiplinan, hal ini juga akan berpengaruh terhadap sopan santun seorang remaja. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter cenderung memiliki sikap yang kasar dan terkesan jahat meskipun sebetulnya mereka berpikir bahwa apa yang mereka lakukan itu untuk kebaikan anak-anaknya.

Dari hal ini saja sudah dapat kita lihat bahwa seseorang yang sering mendapatkan perlakuan kasar maka akan tertanam pada dirinya secara tidak langsung untuk ikut bersikap kasar.

Dari sikap kasar inilah yang nantinya dapat membuat seseorang kurang memiliki sikap sopan santun terhadap sesama. Apalagi hal ini terjadi pada remaja yang pada dasarnya memiliki tingkat emosional yang labil dan tinggi, mereka akan sangat rentan terhadap sikap yang kurang sopan dan kurang bisa menghargai dan toleran terhadap orang lain.

Nabilatul Mumtazah P.H
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sunan Ampel Surabaya

EditorĀ  : Sharfina Alya Dianti

Baca Juga:
Kurangnya Pendidikan Karakter, Aplikasi Tik Tok Penyebab Penyimpangan Perilaku Remaja
Pembentukan Karakter Anak untuk Masa Depan Indonesia
Pengaruh Kepribadian Guru dalam Membentuk Etika, Moral dan Akhlak Siswa

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI