Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. WHO (1995) menyebutkan sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang.
Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja lakilaki dan 49,1% remaja perempuan (dikutip dari Nancy P, 2002).
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa.
Baca juga: Kesehatan Reproduksi Wanita: Dismenore, Sepele Tapi Berdampak Besar!
Perkembangan biologis dan psikologis remaja dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan dan sosial. Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi.
Selain itu, kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Selain tertarik kepada dirinya, juga mulai muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis.
Keterbatasan akses dan informasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja di Indonesia ’bisa dipahami’ karena masyarakat umumnya masih menganggap seksualitas sebagai sesuatu yang tabu dan tidak untuk dibicarakan secara terbuka.
Orang tua biasanya enggan untuk memberikan penjelasan masalah-masalah seksualitas dan reproduksi kepada remajanya, dan anak pun cenderung malu bertanya secara terbuka kepada orang tuanya. Kalaupun ada orang tua atau guru di sekolah yang ingin memberi penjelasan kepada anaknya, mereka seringkali kebingungan bagaimana caranya dan apa saja yang harus dijelaskan.
Baca juga: Kesehatan Reproduksi Remaja di Masa Pandemi Covid-19
Faktanya, masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak dihadapi oleh remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain:
- Perkosaan
- Free sex
- Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
- Aborsi
- Perkawinan dan kehamilan dini
- IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual), dan HIV/AIDS
Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki menggunakan pendekatan siklus kehidupan. Berdasarkan masalah yang terjadi pada setiap fase kehidupan, maka upaya-upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi remaja sebagai berikut:
- Gizi seimbang.
- Informasi tentang kesehatan reproduksi.
- Pencegahan kekerasan, termasuk seksual.
- Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA.
- Pernikahan pada usia wajar.
- Pendidikan dan peningkatan ketrampilan.
- Peningkatan penghargaan diri.
- Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
Adrian Paskalis Ayawaila
Mahasiswa Prodi Keperawatan Universitas Binawan