Abstract
The millennial generation, which consists of individuals aged 25 to 40 years today, faces complex economic challenges in carrying out their roles in the context of the modern family. They are growing up in an era where technology, especially the internet and social media, influences their daily interactions, work and financial management. In the face of high house prices, soaring education costs, and job uncertainty, millennials often find it difficult to achieve the desired financial stability. On the other hand, many millennials also want active involvement in household matters and child care, while still pursuing a successful career. However, striking a balance between economic needs, career aspirations and family responsibilities is often a complicated challenge for them. Cultural changes, such as changes in gender norms and social expectations, as well as advances in technology, have influenced millennial family dynamics. In this article, we investigate the impact of parenting styles and the division of labor as well as economic pressures on millennial families. We explore how these changes are creating new challenges for millennials in fulfilling their roles within the family, as well as how they are trying to navigate and overcome the associated economic pressures. We also discuss solutions that can help millennial families achieve a healthy balance between their personal lives and careers, including strategies for managing stress and anxiety related to economic pressures, methods for improving communication and collaboration between couples in the division of household labor, and practical approaches to utilize technology more effectively in managing time and resources.
Key words: Millennial Generation, Parenting Style, Division of Labor, Economic Pressure, Life Balance.
Abstrak
Generasi milenial, yang terdiri dari individu usia 25 hingga 40 tahun saat ini, menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks dalam menjalankan peran mereka dalam konteks keluarga modern. Mereka tumbuh dalam era di mana teknologi, terutama internet dan media sosial, memengaruhi interaksi sehari-hari, pekerjaan, dan pengelolaan keuangan mereka. Dalam menghadapi harga rumah yang tinggi, biaya pendidikan yang melambung, dan ketidakpastian pekerjaan, milenial sering kali merasa sulit untuk mencapai kestabilan finansial yang diinginkan. Di sisi lain, banyak milenial juga menginginkan keterlibatan aktif dalam urusan rumah tangga dan perawatan anak, sambil tetap mengejar karir yang sukses. Namun, mencapai keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, aspirasi karir, dan tanggung jawab keluarga sering kali menjadi tantangan yang rumit bagi mereka. Perubahan budaya, seperti perubahan dalam norma-norma gender dan harapan sosial, serta kemajuan teknologi, telah mempengaruhi dinamika keluarga milenial. Dalam artikel ini, kami menyelidiki dampak dari pola asuh dan pembagian kerja serta tekanan ekonomi pada keluarga milenial. Kami mengeksplorasi bagaimana perubahan-perubahan ini menciptakan tantangan baru bagi generasi milenial dalam menjalankan peran mereka di dalam keluarga, serta bagaimana mereka berusaha untuk menavigasi dan mengatasi tekanan ekonomi yang terkait. Kami juga membahas berbagai solusi yang dapat membantu keluarga milenial mencapai keseimbangan yang sehat antara kehidupan pribadi dan karir mereka, termasuk strategi untuk mengelola stres dan kecemasan terkait tekanan ekonomi, metode untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara pasangan dalam pembagian kerja rumah tangga, serta pendekatan praktis untuk memanfaatkan teknologi dengan lebih efektif dalam mengelola waktu dan sumber daya.
Kata kunci: Generasi Milenial, Pola Asuh, Pembagian Kerja, Tekanan Ekonomi, Keseimbangan Kehidupan.
Pendahuluan
Generasi milenial, yang meliputi individu usia 25 hingga 40 tahun pada saat ini, merupakan kelompok yang tumbuh dalam lingkungan ekonomi yang dinamis danberubah dengan cepat. Mereka hidup di era di mana teknologi, khususnya internet dan media sosial, memiliki peran dominan dalam setiap aspek kehidupan mereka. Interaksi sehari-hari, pekerjaan, dan pengelolaan keuangan mereka dipengaruhi secara signifikan oleh perkembangan teknologi ini. Dengan kemampuan untuk terhubung secara global dan akses mudah ke informasi melalui perangkat digital, milenial terbiasa dengan kecepatan dan kemudahan yang belum pernah terjadi sebelumnya (Barage, 2022). Namun, di balik kenyamanan teknologi, generasi ini juga dihadapkan pada tantangan ekonomi yang unik. Harga rumah yang tinggi, biaya pendidikan yang semakin melambung, dan ketidakpastian pekerjaan adalah beberapa dari banyak masalah yang dihadapi oleh milenial saat ini. Tantangan-tantangan ini menciptakan tekanan ekonomi yang tinggi, yang sering kali membuat mereka merasa sulit untuk mencapai kestabilan finansial yang diinginkan. Dalam menghadapi realitas ekonomi yang kompleks ini, milenial harus beradaptasi dengan cepat dan mencari solusi kreatif untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi (Surya, 2023).
Baca Juga:Â Peran Generasi Milenial, Bergerak Turut Andil dalam Menyongsong Net Zero Emission 2060
Di tengah tantangan ekonomi yang kompleks, generasi milenial tidak hanya berurusan dengan mencari nafkah, tetapi juga harus menavigasi peran mereka dalam konteks keluarga modern. Di era di mana nilai kesetaraan gender semakin ditekankan, banyak milenial menginginkan keterlibatan aktif dalam urusan rumah tangga dan perawatan anak, sambil tetap mengejar karir yang sukses. Mereka tidak lagi terpaku pada peran tradisional yang dibatasi oleh gender, melainkan ingin berkontribusi secara merata dalam tugas-tugas rumah tangga dan membagi tanggung jawab dengan pasangan mereka. Namun, mencapai keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, aspirasi karir, dan tanggung jawab keluarga sering kali menjadi tantangan yang rumit dan kompleks bagi milenial (Muliawati,2020). Dewasa ini, generasi milenial di gadang-gadang sebagai motor pergerakan masyarakat. Tidak hanya di bidang teknologi dan informasi, generasi milenial menjadi pemain utama dalam mengkontruksi masa depan dunia. Generasi milenial memiliki karakteristik yang mengagumkan seperti optimisme, intelegensi, komitmen dan ambisi yang mampu membuat dunia menjadi lebih baik. Tak hanya itu disampaikan oleh Alsop, generasi milenial memiliki keterampilan multitasking yang lebih baik dari generasi sebelumnya (Alsop, 2008). Generasi milenial dinilai lebih fleksibel dengan perkembangan zaman (Brailovskaia & Bierhoff, 2018).
Sehingga ketika zaman berkembang generasi ini dapat beradaptasi dengan baik. Kemampuan adaptasi semacam inilah yang menjadi perhatian bersama. Pasalnya kehidupan di masa mendatang merupaka misteri yang tidak pernah diketahui gambaran riilnya. Tantangan di masa mendatang menjadi hal yang perlu disiapkan sejak dini. Karakteristik orang tua milenial menjadi peluang besar dalam membentuk keterampilan berpikir abad 21. Untuk mengetahui hal itu, peneliti merasa tertarik melakukan penelitian terkait pengaruh pola asuh orang tua generasi milenial terhadap keterampilan berpikir abad 21. Dalam menghadapi tekanan ini, milenial sering kali harus membuat keputusan sulit tentang bagaimana memprioritaskan waktu dan sumber daya mereka. Mereka mungkin merasa terbebani oleh harapan untuk sukses secara profesional, sementara juga merasa penting untuk hadir secara emosional dan fisik dalam kehidupan keluarga mereka. Hal ini menciptakan dilema internal yang sering kali sulit dipecahkan, dan memicu perasaan stres dan kecemasan akan masa depan. Selain itu, dinamika dalam hubungan antar pasangan juga bisa terpengaruh oleh tuntutan ekonomi dan peran yang diemban masing-masing individu, menambah kompleksitas dalam mencapai keseimbangan yang diinginkan (Barage, 2022).
Dalam artikel ini, kami akan menyelidiki secara mendalam dampak dari pola asuh dan pembagian kerja dan tekanan ekonomi yang dirasakan oleh keluarga milenial. Kami akan melihat bagaimana perubahan budaya, termasuk perubahan dalam norma-norma gender dan harapan sosial, serta kemajuan teknologi, seperti keterjangkauan teknologi informasi dan media sosial, telah mempengaruhi dinamika keluarga. Kita akan menjelajahi bagaimana perubahan-perubahan ini menciptakan tantangan baru bagi generasi milenial dalam menjalankan peran mereka di dalam keluarga, serta bagaimana mereka berusaha untuk menavigasi dan mengatasi tekanan ekonomi yang terkait (Pebriana, 2022). Selain itu, kita juga akan membahas berbagai solusi yang dapat membantu keluarga milenial mencapai keseimbangan yang sehat antara kehidupan pribadi dan karir mereka. Ini termasuk strategi untuk mengelola stres dan kecemasan terkait tekanan ekonomi, metode untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara pasangan dalam pembagian kerja rumah tangga, serta pendekatan praktis untuk memanfaatkan teknologi dengan lebih efektif dalam mengelola waktu dan sumber daya. Dengan memahami secara lebih baik tantangan-tantangan yang dihadapi oleh keluarga milenial saat ini, kita berharap dapat memberikan wawasan yang berharga dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi mereka dalam meraih keseimbangan hidup yang harmonis (Surya, 2023).
Baca Juga:Â Bagaimana Pola Asuh Single Parent Terhadap Perkembangan Perilaku Anak
Permasalahan
Milenial sering kali dihadapkan pada tekanan ekonomi yang signifikan, yang berasal dari berbagai sumber. Mereka berusaha untuk mencapai kesuksesan karirdalam lingkungan kerja yang kompetitif, sambil berusaha memperoleh pendapatan yang stabil untuk memenuhi kebutuhan finansial mereka sendiri dan keluarga mereka. Selain itu, dengan perubahan budaya yang menghargai keterlibatan aktif dalam kehidupan keluarga, semakin banyak milenial yang merasa perlu untuk terlibat dalam urusan rumah tangga dan perawatan anak, yang menambah kompleksitas dalam membagi kerja antara pasangan. Orang tua dan pola asuh memiliki peran yang besar dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa kelak. Setiap orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pada pendidikan, peran orang tua menjadi hal yang mutlak. Orang tua yang tidak mengetahui perkembangan anaknya, maka kepribadian anak akan ikut tidak diketahui. Alhasil, orang tua tidak akan pernah bisa memperlakukan dan mendidik anaknya dengan tepat (Murdoko, E.W.H, 2017; Rahman, Mardhiah & Azmidar 2015). Menurut Hurlock, salah satu bentuk antisipasi yang paling berkesan bagi pendidikan anak di era digital seperti sekarang ini adalah pola asuh (Tridonanto, 2014).
Perkembangan peran gender juga yang berasal dari pola asuhan orangtua juga menjadi faktor penting dalam permasalahan ini. Semakin banyak milenial, terutama perempuan, yang menginginkan keterlibatan aktif dalam mengurus rumah tangga dan keluarga, selaras dengan ambisi karir mereka. Namun, peran gender tradisional masih sering kali mempengaruhi ekspektasi dan tanggapan sosial, yang dapat menciptakan ketegangan dan kesulitan dalam membagi kerja antara pasangan secara adil. Sebagai hasilnya, banyak milenial menemuitantangan yang kompleks dalam menyeimbangkan antara tuntutan ekonomi dan tuntutan peran dalam konteks keluarga.
Metodologi
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis pola asuh, pembagian kerja, dan tuntutan ekonomi pada keluarga milenial secara mendalam. Pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti untuk memahami fenomena sosial dari sudut pandang yang lebih luas, menggali makna, motivasi, dan pengalaman individu dalam konteks yang lebih dalam. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika keluarga milenial dalam menghadapi tantangan ekonomi dan peran gender. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling, yaitu pemilihan responden berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Responden penelitian ini adalah pasangan milenial yang memiliki anak dan tinggal di wilayah perkotaan. Kriteria inklusi responden meliputi usia antara 25 hingga 40 tahun, memiliki pekerjaan tetap atau bekerja secara mandiri, dan memiliki anak di bawah usia 12 tahun. Pemilihan responden dilakukan dengan mempertimbangkan keberagaman latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan untuk memperoleh sudut pandang yang lebih luas tentang pola asuh, pembagian kerja, dan tuntutan ekonomi pada keluarga milenial.
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dan observasi partisipatif. Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman, pandangan, dan sikap responden terkait pola asuh, pembagian kerja, dan tuntutan ekonomi dalam keluarga milenial. Observasi partisipatif dilakukan untuk mengamati secara langsung interaksi dan dinamika dalam keluarga milenial, serta memahami konteks sosial dan budaya di mana mereka berada. Data yang terkumpul dianalisis secara tematik, yaitu dengan mengidentifikasi pola-pola tematik yang muncul dari data dan menginterpretasikannya dalam konteks yang lebih luas. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan pendekatan induktif, yaitu mengembangkan tema-tema dan kategori-kategori analisis dari data yang terkumpul. Analisis dilakukan dengan membandingkan dan mengelompokkan data berdasarkan tema-tema yang muncul, kemudian mengidentifikasi hubungan antara tema-tema tersebut untuk menghasilkan pemahaman yang lebih dalam tentang pola asuh, pembagian kerja, dan tuntutan ekonomi pada keluarga milenial. Validitas data diperhatikan melalui triangulasi sumber data dan pengecekan kembali hasil analisis dengan responden untuk memastikan akurasi dan keabsahan temuan penelitian.
Baca Juga: Hubungan Kejadian Stunting dengan Pola Asuh Ibu
Kajian Pustaka
Konsep dan Pengertian Generasi Milenial
Generasi milenial adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi kelompok individu yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 (Alsop, 2008). Mereka seringkali digambarkan sebagai individu yang tumbuh dalam era teknologi digital dan memiliki karakteristik yang unik dalam pola pikir, nilai, dan perilaku mereka (Barage & Sudarusman, 2022). Generasi ini dianggap memiliki pandangan yang berbeda tentang pekerjaan, kehidupan pribadi, dan nilai-nilai yang penting dalam kehidupan (Pebriana, 2022). Dalam konteks keluarga, generasi milenial seringkali dihadapkan pada tuntutan untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi (work-life balance) (Muliawati & Frianto, 2020). Mereka juga mengalami stres kerja yang tinggi dan sering kali mengalami kepuasan kerja yang rendah, yang dapat berdampak pada niat untuk meninggalkan pekerjaan (turnover intention) (Barage & Sudarusman, 2022).
Apa yang Dikaji dalam Penelitian Ini
Penelitian ini mengkaji pengaruh work-life balance, stres kerja, dan kepuasan kerja terhadap niat untuk meninggalkan pekerjaan (turnover intention) pada pekerja generasi milenial di Yogyakarta (Barage & Sudarusman, 2022). Penelitian ini penting karena dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pekerja milenial untuk tetap atau meninggalkan pekerjaan mereka. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor ini, organisasi dapat mengembangkan strategi untuk mempertahankan pekerja milenial yang kompeten dan berpotensi.
Pembahasan
Dalam lingkungan modern, pembagian kerja dalam keluarga milenial semakin kompleks karena munculnya berbagai faktor yang mempengaruhi dinamika rumah tangga. Pasangan harus berusaha menemukan keseimbangan antara pekerjaan, keterlibatan dalam tugas rumah tangga, dan tanggung jawab sebagai orang tua. Faktor-faktor seperti kebutuhan finansial untuk memenuhi gaya hidup yang diinginkan, ekspektasi budaya yang berkembang, dan aspirasi karir individu masing-masing anggota keluarga turut memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana tugas-tugas dibagi di antara mereka. Orangtua adalah orang pertama yang dapat membawa perubahan pada anak mereka (Houle, Besnard, Bé rubé , & Dagenais, 2018). Mereka memberikan yang terbaik baik bagi buah hatinya. Pengetahuan tentang pola asuh, kesehatan, perkembangan anak, bakat, dan minat, hingga pendidikan anak mereka gali informasinya melalui komunitas, kegiatan seminar dan lain sebagainya. Mereka mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut mulai dari gratis hingga berbayar. Fasilitas yang diberikan orangtua kepada anak dimaksudkan untuk memberikan yang terbaik pada anak.
Tantangan utama yang dihadapi oleh keluarga milenial adalah menavigasi ekspektasi dan norma sosial seputar peran gender tradisional. Meskipun semakin banyak pasangan yang ingin berkontribusi secara adil dalam tugas-tugas rumah tangga dan perawatan anak, ekspektasi yang diinternalisasi dari budaya yang lebih tua kadang-kadang memperumit upaya untuk mencapai keseimbangan yang sehat. Kurangnya dukungan sosial atau tekanan dari lingkungan sekitar jugadapat mempengaruhi kemampuan pasangan untuk menjalani pembagian kerja yang adil. Selain itu, tekanan ekonomi sering kali menjadi faktor yang signifikan dalam menentukan dinamika pembagian kerja dalam keluarga milenial. Peningkatan biaya hidup, seperti biaya perumahan yang tinggi dan biaya pendidikan yang melambung, mendorong kedua pasangan untuk bekerja penuh waktu demi mencapai stabilitas finansial. Namun, ini juga dapat menyebabkan kelelahan, stres, dan kurangnya waktu untuk berbagi tanggung jawab rumah tangga dengan adil.
Komunikasi yang efektif dan kesepahaman antara pasangan menjadi kunci dalam mengatasi konflik dan stres yang mungkin timbul akibat pembagian kerja yang kompleks. Dengan berbicara terbuka tentang harapan, kebutuhan, dan aspirasi masing-masing, pasangan dapat menciptakan rencana yang sesuai dengan situasi mereka sendiri. Selain itu, dukungan dari keluarga, teman, dan bahkan konselor perkawinan dapat memberikan perspektif dan saran yang berharga dalam menavigasi tantangan yang dihadapi keluarga milenial.
Baca Juga:Â Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Mencegah Bullying pada Anak
Analisis Rumusan Masalah
Pola komunikasi antara orang tua dan anak terkait kecanduan game online menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Hal ini relevan mengingat kecanduan game online dapat memengaruhi dinamika keluarga secara keseluruhan. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya cara orang tua dan anak menyampaikan kekhawatiran terkait kecanduan game online. Selain itu, penelitian ini akan meneliti hambatan-hambatan dalam komunikasi yang mungkin muncul dan mempengaruhi penanganan kecanduan game online di lingkungan keluarga. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai peran komunikasi dalam mengatasi kecanduan game online pada anak. Analisis rumusan masalah ini mencerminkan urgensi dan kompleksitas masalah kecanduan game online dalam keluarga. Dalam banyak kasus, kecanduan game online dapat menjadi sumber konflik antara orang tua dan anak. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam tentang pola komunikasi, cara menyampaikan kekhawatiran, dan hambatan-hambatan dalam komunikasi menjadi sangat penting untuk membantu mengatasi masalah ini secara efektif.
Teori Konseptual & Solusi
Teori konseptual komunikasi interpersonal oleh George Herbert Mead dikembangkan pada awal abad ke-20, khususnya sekitar tahun 1930-an. Sementara itu, teori psikologi perkembangan oleh Jean Piaget dimulai pada tahun 1920-an dan terus dikembangkan sepanjang paruh pertama abad ke-20. Teori Erik Erikson tentang perkembangan psikososial juga muncul pada pertengahan abad ke-20, terutama pada tahun 1950-an. Lev Vygotsky, dengan teori zona perkembangan aktualnya, juga aktif pada periode yang sama, yaitu pada tahun 1920-an hingga kematiannya pada tahun 1934. Herbert Blumer, pencetus tindakan simbolik, aktif pada tahun 1960-an.
Dalam menghadapi tantangan kompleks pembagian kerja dan tuntutan ekonomi, pasangan milenial dapat menemukan solusi dengan memulai dari diskusi terbuka dan jujur tentang harapan serta kebutuhan individu masing-masing. Komunikasi yang efektif adalah kunci untuk menemukan kesepakatan yang seimbang, di mana pasangan dapat membagi tugas-tugas rumah tangga secara adil, mengatur jadwal yang fleksibel, atau bahkan mempertimbangkan untuk mendapatkan dukungan dari anggota keluarga atau layanan luar. Selain itu, merencanakan keuangan keluarga secara bersama-sama juga merupakan langkah penting dalam mengatasi tekanan ekonomi. Dengan bekerja sama dalam menetapkan prioritas keuangan dan tujuan bersama, pasangan dapat menciptakan rencana yang terarah untuk mencapai stabilitas finansial. Hal ini dapat melibatkan pengelolaan anggaran keluarga, investasi yang cerdas, serta menetapkan target jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai tujuan keuangan yang diinginkan.
Baca Juga:Â Pengaruh Pola Asuh Otoriter terhadap Karakter Remaja
Selain upaya internal dalam rumah tangga, pasangan milenial juga dapat mencari dukungan dari luar, baik dari anggota keluarga, teman, atau bahkan konselor perkawinan. Mendapatkan perspektif dari orang lain yang mungkin telah menghadapi atau memahami tantangan yang serupa dapat memberikan wawasan baru dan solusi yang lebih baik. Terkadang, berbicara dengan pihak yang netral dan berpengalaman dapat membantu pasangan menemukan solusi yang lebih efektif untuk masalah yang mereka hadapi. Tidak hanya itu, penting bagi pasangan milenial untuk selalu terbuka terhadap fleksibilitas dan adaptabilitas. Situasi dan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali berubah, oleh karena itu, mereka perlu siap untuk mengadaptasi rencana dan strategi mereka sesuai dengan kebutuhan dan perubahan yang terjadi. Dengan sikap terbuka dan kesediaan untuk belajar dan beradaptasi, pasangan milenial dapat lebih mudah mengatasi tantangan dan mencapai keseimbangan yang sehat antara kehidupan pribadi dan karier mereka.
Kesimpulan
Dalam kesimpulan, penting untuk diakui bahwa pembagian kerja dan tuntutan ekonomi pada keluarga milenial merupakan tantangan yang kompleks, namundapat diatasi melalui upaya kolaboratif dan komunikasi yang baik antara pasangan. Melalui diskusi terbuka, pasangan dapat menemukan solusi yang seimbang dalam membagi tugas-tugas rumah tangga dan mengelola keuangan keluarga. Komunikasi yang efektif juga membantu dalam menetapkan prioritas bersama untuk mencapai tujuan finansial yang diinginkan. Selain itu, pasangan milenial perlu terbuka terhadap fleksibilitas dan adaptabilitas dalam menghadapi perubahan situasi dan tantangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan sikap yang terbuka dan kesediaan untuk belajar, mereka dapat menyesuaikan strategi dan rencana mereka sesuai dengan kebutuhan yang berkembang. Dukungan dari luar, baik dari anggota keluarga, teman, atau profesional, juga dapat memberikan perspektif yang berharga dalam menghadapi masalah yang kompleks. Penting untuk diingat bahwa mencapai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan karir membutuhkan kerja keras dan komitmen dari kedua belah pihak. Namun, dengan komunikasi yang baik, kerjasama, dan sikap yang terbuka terhadap perubahan, pasangan milenial dapat berhasil mengatasi tantangan ini dan menciptakan lingkungan keluarga yang sehat dan harmonis.
Penulis:
Pratika Gunareksa (Nim:202310310311060)
Mahasiswa Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang
Editor:Â Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Daftar Pustaka
Alsop, R. (2008). The Trophy Kids Grow Up: How The Millennial Generation IsShaking Up The Workplace. San Fransisco: Jossey-bas.
Barage, P., & Sudarusman, E. (2022). Pengaruh work-life balance, stres kerja, dan kepuasan kerja terhadap turnover intention (studi pada pekerja generasi milenial di Yogyakarta). , (1).
Pebriana, B. (2022).(Doctoral dissertation, STIM YKPN Yogyakarta).
Margayaningsih, D. I. (2020). Peran kelompok wanita tani di era milenial. , (1), 52-64.
Muliawati, T., & Frianto, A. (2020). Peran work-life balance dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan milenial: studi literatur., (3), 606-619.
Murdoko, E.W.H. (2017) Parenting with Leadership Peran Orang Tua dalam Mengoptimalkan dan Mempedayakan Potensi Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Surya, I. B. K., & Riana, I. G. (2023). Peran Kepuasan Kerja Memediasi Work Life Balance dengan Komitmen Organisasional Generasi Milenial Pada Hotel Non- Bintang. , (1), 1-6.
Tridonanto, A. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta: Elex Media Komputindo.