Prasasti Batutulis, Peninggalan Prabu Surawisesa yang Sangat Unik di Bogor

Prasasti Batutulis

Tentunya masyarakat Bogor sudah tidak asing lagi dengan Prasasti Batutulis, dimana prasasti ini merupakan peninggalan dari masa kebudayaan Hindu dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Penghubung antara kota Bogor dengan kerajaan Pajajaran Pakuan. Penghubung antara kota Bogor dengan kerajaan Pajajaran Pakuan. Pada batu ini tertulis kalimat dalam bahasa Sunda Kuno dengan aksara Kawi.

Keunikan Prasasti Batutulis adalah dari sejarah terbentuknya batu ini, dari isi Batutulis hingga situs peninggalannya yang luasnya hanya 17×15 Meter.

Bacaan Lainnya
DONASI

Batu tulis ini berwarna hitam, runcing dan memiliki kaki yang melengkung. Dengan mempunyai ukuran tinggi sebanyak 151 centimeter, lebar 145 centimeter dan dengan tebal 12-14 centimeter.

Beberapa tokoh masyarakat kota Bogor sangat menjaga peninggalan ini, sehingga prasasti terjaga dengan baik oleh para tokoh masyarakat di sana.

Prasasti Batutulis merupakan peninggalan Kerajaan Pajajaran Pakuan, sebuah kerajaan Hindu yang berasal dari abad 11-16. Prasasti tersebut dibuat pada tahun 1533M oleh Prabu Surawisesa (1521M – 1535M), penerus Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Prasasti ini dibuat sekitar 12 tahun setelah meninggalnya Sri Baduga Maharaja. Tujuan dibuatnya prasasti ini adalah untuk mengenang kebesaran dan kebanggaan perjuangan ayahnya yaitu Sri Baduga Maharaja atau lebih dikenal Prabu Siliwangi yang memerintah Kerajaan Pajajaran pada tahun 1482M – 1521M.

Adapun beberapa versi bahwa prasasti ini dibuat karena Prabu Surawisesa menyesal tidak dapat melindungi wilayah Pakuan Pajajaran sehingga mengakibatkan hilangnya sebagian wilayah kerajaan.

Dahulu, situs peninggalan ini juga menjadi tempat yang dipakai sebagai podium penobatan raja-raja di Kerajaan Pajajaran.

VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) atau Persatuan Dagang Hindia Timur dan beberapa pasukan Eropa juga melakukan ekspedisi yang menemukan prasasti Batutulis ini sekitar tahun 1687.

Mereka menemukan batu prasasti setinggi dua hasta yang memuat informasi penting terkait sejarah Sunda kuno dan sebagai hasilnya orang Eropa menyelidiki lebih lanjut prasasti Batutulis ini, yang setelah diselidiki hanya membahas letak dan bentuk prasasti tersebut.

Kajian prasasti Batutulis ini telah banyak dilakukan oleh para arkeolog. Dicatat oleh seorang ahli Belanda pada tahun 1853, hingga akhirnya diteliti kembali oleh Saleh Danasasmita, seorang sejarawan dari Bogor kembali menelitinya sekitar tahun 1981-1984.

Ia kemudian menyusun ulang teks yang tercetak pada prasasti tersebut, sehingga mengungkap beberapa kesimpulan penting tentang asal muasal situs peninggalan ini.

Prasasti Batutulis ini memiliki 3 bagian yaitu Manggala (Pembuka). Sebagai pendahuluan dalam prasasti manggala ini, merujuk kepada para dewa untuk meminta perlindungan dan keamanan. Sambandha (Alasan atau Tujuan). Bagian ini berisi alasan atau tujuan dari prasasti ini. Titimangsa (angka tahun). Berisi angka tahun yang ditulis dalam bentuk candrasengkala.

Prasasti Batutulis, Peninggalan Prabu Surawisesa di Bogor

Hingga saat ini, Prasasti Batutulis telah menjadi objek seni dan wisata di Indonesia,  karena keunikan sejarah dan peninggalannya yang hanya berukuran 17×15 meter, telah menarik minat masyarakat terhadap prasasti ini dan juga para masyarakat disana yang telah merawat prasasti ini dengan baik.

Penulis: Farhiz Gentar Permadi
Mahasiswa Prodi Film dan Televisi Institut Seni Indonesia Surakarta

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI