Fenomena konflik sosial yang terjadi di Papua selama beberapa tahun terakhir menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Konflik ini sering muncul karena perbedaan budaya, agama, dan kepentingan antar kelompok masyarakat.
Dari pembelajaran Pancasila, saya semakin paham bahwa nilai-nilai dasar bangsa ini sebenarnya bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dan membangun perdamaian serta kesejahteraan di Papua.
Pancasila lahir dari proses panjang dan dialog antara berbagai kelompok yang berbeda, sama seperti keberagaman masyarakat Papua yang terdiri dari banyak suku dan adat istiadat.
Ini mengajarkan saya bahwa untuk membangun perdamaian di Papua, kita harus saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada.
Pancasila bukan aturan kaku yang tidak bisa berubah, tapi sebuah sistem nilai yang bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat (Puryanto, 2022).
Konflik di Papua juga berakar pada perbedaan pandangan tentang sejarah dan politik, seperti pelaksanaan Pepera 1969 yang masih menjadi perdebatan.
Hal ini menunjukkan pentingnya nilai Pancasila, khususnya sila keempat tentang musyawarah dan mufakat, untuk menyelesaikan masalah dengan cara damai dan melibatkan semua pihak (Anugerah, 2020).
Salah satu nilai penting dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa yang mengajarkan kita untuk saling toleransi antar umat beragama.
Di Papua, keberagaman agama dan kepercayaan sangat tinggi, sehingga nilai ini sangat penting untuk mengurangi konflik yang sering muncul karena perbedaan keyakinan (BPIP, 2025).
Selain itu, sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengingatkan kita untuk selalu menghormati hak asasi manusia dan bertindak adil.
Konflik di Papua sering terjadi karena ketidakadilan dan pelanggaran hak masyarakat adat.
Dengan menerapkan nilai ini, kita bisa menciptakan suasana yang lebih damai dan beradab (Waterpauw, 2021).
Pancasila juga menjadi dasar negara yang harus dijadikan pedoman dalam membuat kebijakan.
Di Papua, pemerintah dan masyarakat harus mengedepankan dialog dan musyawarah agar semua suara didengar dan solusi yang diambil bisa diterima bersama (Puryanto, 2022).
Nilai gotong royong dan tanggung jawab sosial dalam Pancasila harus diterapkan oleh semua pihak agar pemerintahan berjalan adil dan bersih.
Seringkali, pembangunan di Papua masih dirasakan tidak merata. Dana besar sudah dialokasikan, tapi masyarakat masih merasa kurang mendapat manfaat.
Ini menunjukkan pentingnya penerapan nilai keadilan sosial agar pembangunan benar-benar dirasakan oleh semua orang (Anugerah, 2020).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila supaya manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Papua.
Misalnya, teknologi bisa digunakan untuk memperkuat pendidikan yang menggabungkan nilai-nilai Pancasila dan kearifan lokal Papua (Kustiyanti, 2022).
Teknologi komunikasi juga bisa membantu mempererat hubungan antar kelompok masyarakat dan menyebarkan nilai toleransi.
Namun, kemajuan teknologi juga harus diimbangi dengan etika agar tidak merusak budaya lokal dan tidak menimbulkan kesenjangan sosial baru.
Pancasila mengajarkan kita agar teknologi digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial, bukan hanya untuk menguntungkan segelintir orang.
Dalam belajar Pancasila, saya menyadari bahwa menghubungkan teori dengan kenyataan di Papua tidak mudah, terutama karena konflik dan ketidakadilan yang kompleks.
Untuk mengatasi ini, saya mencari informasi tambahan, berdiskusi dengan banyak orang, dan mencoba mengaitkan nilai-nilai Pancasila dengan masalah yang ada di Papua.
Dengan cara ini, saya belajar bahwa penerapan Pancasila harus disesuaikan dengan kondisi nyata dan melibatkan masyarakat secara aktif (Puryanto, 2022).
Penting juga untuk menanamkan nilai Pancasila lewat pendidikan yang mengajak masyarakat Papua untuk mencintai tanah air dan budaya mereka sendiri (Kustiyanti, 2022).
Kepala BPIP juga menegaskan bahwa nilai Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya teori di kelas (BPIP, 2025).
Selain peran individu, peran masyarakat dan pemerintah sangat penting dalam mengamalkan nilai Pancasila.
Pemerintah harus membuat kebijakan yang adil dan merata, serta melibatkan masyarakat Papua dalam proses pengambilan keputusan.
Hal ini sesuai dengan sila keempat Pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan (Puryanto, 2022).
Masyarakat juga harus aktif menjaga persatuan dan kerukunan, serta mengedepankan sikap toleransi dan gotong royong.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mulai dari hal kecil, seperti saling menghormati antar tetangga, menjaga kebersihan lingkungan, dan membantu sesama yang membutuhkan.
Dengan begitu, nilai-nilai Pancasila akan terasa nyata dan hidup dalam masyarakat.
Pendidikan adalah kunci untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dini.
Di Papua, pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dan kearifan lokal sangat penting agar generasi muda bisa memahami dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka.
Pendidikan juga harus memberikan ruang bagi siswa untuk belajar tentang pentingnya toleransi, keadilan, dan persatuan (Kustiyanti, 2022).
Selain itu, pendidikan harus menggunakan metode yang menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari agar siswa tidak hanya menghafal, tetapi benar-benar memahami makna Pancasila.
Misalnya, melalui kegiatan diskusi, simulasi musyawarah, dan proyek sosial yang melibatkan siswa secara langsung.
Dari pembelajaran Pancasila, saya semakin yakin bahwa nilai-nilai Pancasila adalah kunci untuk membangun Papua yang damai, adil, dan sejahtera.
Dengan mengamalkan nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial, kita semua bisa ikut menyelesaikan konflik dan membangun masyarakat Papua yang harmonis.
Penerapan nilai Pancasila yang konsisten dan sesuai dengan kondisi Papua, didukung oleh pendidikan yang mengintegrasikan kearifan lokal dan teknologi yang beretika, akan memperkuat persatuan dan keadilan di sana.
Dengan begitu, Pancasila bukan hanya menjadi teori, tapi pedoman hidup yang nyata dan bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Papua.
Penulis: Nabila Reyzha Pramadany
Mahasiswa Prodi Psikologi, Universitas Brawijaya
Daftar Referensi
Anugerah, B. (2020). Papua: Mengurai Konflik dan Merumuskan Solusi. Jurnal Lemhannas RI, 7(4), 51-65.
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). (2025). Kepala BPIP-RI Kunjungi Papua: Perkuat Nilai-Nilai Pancasila.
Komjen Paulus Waterpauw. (2021). Memaknai Pancasila dalam Konteks Mewujudkan Papua Damai. Siaran Pers Relawan Pancasila Muda.
Kustiyanti, K. (2022). Memperkuat Kesadaran Bela Negara dengan Nilai-Nilai Pancasila dalam Perspektif Adat Papua. ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 2(2), 416-420.
Puryanto, S. (2022). Konflik, Karakter dan Pancasila: Studi Kepustakaan. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 4(4), 2351-2360.
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News