Resensi Buku: ABC Feminisme dari Andrea Gaviota

Buku
ABC Feminisme dari Andrea Gaviota.

Judul: ABC Feminisme: Akar dan Riwayat Feminisme untuk Tatanan Hidup yang Adil

Penulis: Andrea Gaviota

Penerbit: Bright Publisher

Bacaan Lainnya
DONASI

Cetakan: 1, Tahun 2021

Tebal: 234 halaman

ISBN: 978-623-7778-56-1

Resensi

Buku ini kental dengan doktrin feminismenya dan akan membawamu ke dunia feminisme. Dalam bukunya, Andrea mengatakan bahwa feminisme adalah gerakan politik, budaya, atau ekonomi yang bertujuan menegakkan persamaan hak dan perlindungan hukum bagi perempuan.

Feminisme melibatkan teori dan filosofi politik dan sosiologis yang berkaitan dengan masalah perbedaan gender, serta gerakan yang mengadvokasi kesetaraan gender bagi perempuan dan kampanye untuk hak dan kepentingan perempuan.

Dari penjelasan tersebut, dapat digambarkan bahwa feminisme ini bukanlah gerakan yang meminta persamaan antara perempuan dan lelaki di bidang fisik tapi lebih ke bidang cakupan kehidupan yang lebih luas.

Jelas jika persoalan fisik, lelaki akan selalu menang dari perempuan. Oleh karena itu, perempuan menginginkan persamaan yang merata untuk ketidakadilan tersebut.

Ketidakadilan ini disebut patriarki atau seksisme. Patriarki adalah sistem sosial yang mendominasikan gender maskulin lebih tinggi daripada feminin, dan mereka yang tidak menyukai gerakan feminisme biasanya disebut seksisme.

Buku ini berjumlah 234 halaman dari daftar isi sampai daftar pustaka, memuat 24 bab: 1. Makna Feminisme; 2. Siapakah Feminis?; 3. Feminisme dan Seksualitas; 4. Kecantikan Perempuan; 5. Mengakhiri Kekerasan; 6. Pandangan tentang Rumah Tangga; 7. Menumbuhkan Kesadaran Kritis; 8. Lesbianisme dan Feminisme; 9. Maskulinitas dan Feminisme; 10. Feminisme dan Perjuangan Kelas; 11. Ras dan Gender; 12. Perempuan di Tempat Kerja; 13. Hak Reproduksi dan Otoritas atas Tubuh; 14. Feminisme dan Cinta; 15. Ragam Pemikiran dan Gerakan; 16. Aktivitas Feminis Modern Awal; 17. Gerakan Feminis Modern; 18. Tokoh-Tokoh Feminisme; 19. Gelombang-Gelombang Feminisme; 20. Feminisme Global; 21. Hubungan Feminisme dengan Gerakan Politik; 22. Pengaruh Feminisme terhadap Bidang-Bidang Lainnya; 23. Feminisme dan Ranah Sosial Lainnya; 24. Inspirational Quotes.

Dari 24 bab tersebut, banyak hal yang menarik perhatian saya sebagai pembaca. Pada bukunya, Andrea berusaha menggambarkan dunia feminisme dengan kacamata yang netral namun tetap terasa seperti pro feminisme karena Andrea sudah lama terjun ke dunia ini dan aktif menyuarakan feminisme pada kesehariannya.

Hal yang paling menarik adalah macam-macam gerakan feminisme. Awalnya saya fikir bahwa feminisme hanyalah gerakan yang secara umum menginginkan kesetaraan antara perempuan dan lelaki di berbagai bidang, namun ternyata feminisme ini memiliki banyak sekali cabang dan tokohnya.

Penjelasan ini bisa kita dapatkan pada Bab 15 Ragam Pemikiran dan Gerakan. Ada banyak sekali cabang gerakan feminisme, yaitu feminisme anarkis, feminisme sosialis, feminisme Marxis, feminisme radikal, ekofeminisme, feminisme liberal, feminisme kulit hitam, feminisme psikoanalisis, feminisme multiras, pascafeminisme, feminisme pascastruktural dan pascamodern, feminisme pascakolonial, dan feminisme dunia ketiga. Banyak sekali bukan?

Dari berbagai macam cabangnya itu, beberapa yang paling menarik perhatianku adalah feminisme radikal dan feminisme kulit hitam.

Ternyata gerakan feminisme yang pada misinya koar-koar menuntut kesetaraan antara lelaki dan perempuan juga terdapat kesenjangan di dalamnya, yaitu adanya diskriminasi antara perempuan kulit putih dan kulit hitam.

Tindakan rasis ini sudah mengakar sejak lama dan masih terus terjadi sampai sekarang. Jadi bukankah terasa percuma jika kesetaraan antara lelaki dan perempuan terpenuhi tapi kesenjangan antar ras masih terus berlangsung? Maka feminisme multiras menjawab keresahan itu.

Selain itu, feminisme radikal sangat bersikeras untuk tidak mendukung hubungan heteroseksual. Mereka menganggap hierarki yang terjadi antar gender ini disebabkan oleh laki-laki, maka sebagai perempuan, mereka tidak ingin dikendalikan.

Mereka mencap perempuan yang mendukung feminisme namun menjalin hubungan dengan lelaki adalah pengkhianatan pada feminisme yang murni. Namun Andrea sebagai penulis pada penjelasan awal buku ini menegaskan bahwa feminisme juga butuh lelaki.

“Tanpa laki-laki sebagai sekutu dalam perjuangan, maka gerakan feminis tidak akan maju. Oleh karena itu, feminis harus melakukan banyak pekerjaan untuk mengoreksi asumsi yang tertanam kuat di dalam jiwa budaya bahwa feminisme bersifat anti laki-laki.” (hal. 15).

Andrea sebagai penulis juga menekankan bahwa pemicu patriarki tidak hanya dari laki-laki saja, namun juga berasal dari perempuan yang berusia tua dengan beberapa alasan.

“Perempuan yang menua sering kali merasa harus menganut faham seksis tentang feminitas dan hasrat seksual untuk melakukan kontak seksual dengan laki-laki. Mereka khawatir pihak laki-laki akan menukar diri mereka dengan perempuan yang lebih muda. Hal itulah yang mendorong para pemikir feminis radikal untuk menyatakan bahwa perempuan akan benar-benar dibebaskan secara seksual ketika perempuan dapat melihat dirinya sebagai manusia yang memiliki nilai dan hak pilihan seksual.” (hal. 27).

Namun Andrea di sini berada di pihak mereka yang setuju pada faham feminisme radikal, atau bisa dibilang ia setuju pada gerakan lesbianisme karena beberapa alasan, yang paling menonjol adalah karena para lesbian ini yang paling vokal menyuarakan tentang hak-hak perempuan daripada mereka yang feminisme heteroseksual.

Bisa kamu baca dari halaman 54-56: “Perempuan yang mengaku feminis, tetapi mengabaikan homofobia. Mereka adalah orang-orang munafik yang menginginkan persaudaraan sambil berpegang pada pemikiran supremasi kulit putih.”

Kekurangan

Sebagai orang yang sudah membaca buku ini, aku menyarankan sebaiknya kamu harus benar-benar berada di posisi orang yang bisa menerima pendapat orang lain, apalagi jika kamu adalah anti LGBTQ.

Kita perlu melihat dengan kacamata terbuka bagaimana sih feminisme itu, jika baik menurutmu silahkan disuarakan namun jika buruk, jangan mencap semuanya seperti itu, karena feminisme ternyata banyak sekali cabangnya.

Aku sendiri adalah anti LGBTQ, namun jika ditanya aku feminis atau bukan, aku menjawab bukan. Aku menyetujui beberapa faham feminisme, namun beberapa hal melanggar prinsip dan ajaran agamaku, aku adalah tipe orang yang menomorsatukan norma agama daripada segalanya. Jadi ini hanyalah pandangan masing-masing orang.

Buku ini menggunakan bahasa yang sangat baku dan ilmiah, aku memerlukan waktu 5 bulan membaca buku ini karena bahasa yang sulit difahami membuatku harus membaca satu paragraf berulang-ulang.

Kelebihan

Di luar doktrin buku ini yang ada unsur faham LGBT-nya, aku merasa mendapat banyak sekali ilmu dan pemahaman tentang feminisme dan apa saja yang dituntut oleh mereka.

Ternyata banyak juga kebiasaan patriarki yang tanpa kusadari ada di sekitarku, juga bagaimana penyebabnya bisa menjadi seperti itu. Andrea sebagai penulis buku ini sangat cerdas, ia memberikan banyak solusi sebagai jalan keluar.

Aku menyetujui beberapa konsep feminisme seperti bolehnya aborsi untuk beberapa kasus dan seperti yang digaungkan pemerintah kita akhir-akhir ini tentang bolehnya aborsi untuk korban pemerkosaan, feminisme ini juga menekankan edukasi seksual sedari dini kepada anak laki-laki dan perempuan untuk menghindari adanya patriarki, selain edukasi seksual juga menginginkan kesetaraan di lingkungan keluarga untuk menghilangkan tingginya fatherless di banyak keluarga, membahas kekerasan pada perempuan dan anak (bahwa perempuan nyatanya lebih sering melakukan tindak kekerasan kepada anaknya daripada laki-laki), kesetaraan di dunia pendidikan, pekerjaan, dan banyak hal lain.

Penulis: Ika Ayuni Lestari     

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI