Teknologi Kemasan Self Heating: Menjawab Permasalahan Pangan untuk Korban Bencana Alam

kemasan self heating untuk korban bencana
How to use self Heating Food box step by step vector. Self-heating hot pots require no fire or electricity, when quicklime mixed with water, releases heat adequate for cooking. vector illustration.

Indonesia merupakan salah satu negara yang sering mengalami bencana alam. Beberapa penyebab banyaknya bencana alam di Indonesia adalah dikarenakan Negara Indonesia dilalui oleh sirkum pasifik dimana merupakan terjadinya pertemuan banyak lempeng tektonik sehingga menyebabkan banyak terbentuknya gunung berapi di Indonesia.

Banyaknya gunung berapi yang aktif dapat menyebabkan terjadinya bencana gempa bumi yang disebabkan aktivitas vulkanik maupun tektonik. Selain itu Indonesia berada di garis khatulistiwa sehingga sangat mungkin terkena badai, topan dan siklon tropis terutama wilayah yang dekat dengan samudra pasifik. Curah hujan yang tinggi juga menyumbang potensi bencana, diantaranya banjir dan longsor.

Bencana alam yang terjadi berdampak pada banyak hal, di antaranya kerusakan lingkungan, kemudian jika terjadi di area pemukiman munculnya korban jiwa, kerugian harta benda, psikologis seperti trauma dan lain sebagainya.

Bacaan Lainnya

Paska bencana alam menimbulkan banyak masalah yang besar salah satunya adalah penyediaan dan pemenuhan makanan bagi para korban bencana alam.

Baca juga: Migrasi pada Kemasan Pangan

Korban bencana alam mengalami kesulitan dalam penyediaan makanan dikarenakan rusaknya infrastruktur dan tidak tersedianya fasilitas yang yang memadai. Sehingga diperlukan adanya teknologi untuk memenuhi kebutuhan mengenai makanan yang sederhana dan tidak memerlukan banyak peralatan dalam penyiapannnya.

Salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah dengan teknologi kemasan self-heating.

Pada awalnya teknologi self-heating banyak dikembangkan oleh militer. Para personel militer ketika sedang berada di daerah konflik atau peperangan, mereka membutuhkan penyediaan makanan yang sederhana, praktis dan efisien dikarenakan minimnya fasilitas untuk menyediakan persediaan makanan.

Pada awalnya teknologi yang dikembangkan adalah makanan-makanan yang ready to eat, tetapi masalahnya makanan ini biasanya disajikan tidak seperti makanan pada umumnya dan masih perlu menggunakan peralatan supaya dalam penyajianya ingin dalam keadaan panas, misalnya dengan microwave atau diseduh dengan air panas.

Berbeda dengan hal tesebut teknologi self-heating sangat praktis dimana hanya menggunakan air dingin untuk memasak makanan.

Teknologi self-heating merupakan teknik pengolahan produk pangan dengan menggunakan reaksi kimia sebagai sumber panasnya. Teknologi ini menggunakan kemasan ganda bersusun dan berpenutup (gambar 1).

Kemasan bagian atas digunakan sebagai wadah makanan, sedangkan kemasan yang kedua digunakan sebagai tempat untuk kantung yang berisi bahan kimia yang digunakan sebagai sumber panas.

Baca juga: Kemasan Pangan Jenis Logam

Cara kerja teknologi ini adalah hanya dengan menuangkan air pada bagian bawah yang berisi bahan kimia kemudian ditutup. Pada tutup kemasan terdapat lubang kecil yang berfungsi untuk mengurangi tekanan yang diakibatkan dari reaksi yang terjadi.

Contoh kemasan self-heating
Gambar 1. Contoh kemasan self-heating

Bahan kimia yang umum digunakan adalah kalsium oksida (CaO) dimana jika ditambahkan air maka akan menghasilkan reaksi eksotermik atau reaksi yang dapat menghasilkan panas. Energi panas yang dihasilkan dari reaksi digunakan untuk mendidihkan air, dan uap panas yang terbentuk digunakan untuk memasak makanan.

Berdasarkan penelititan Datir dkk (2017) menjelaskan bahwa dengan menggunakan teknologi ini dapat memasak mie sebanyak 60 g dengan air 120 mL selama 2 menit dan suhu yang terukur pada proses ini dapat mencapai 70-90°C. Selain kalsium oksida, Bohra, dkk (2015) juga mengembangkan bahan kimia lain yang dapat digunakan beberapa kali seperti phosphorous pent-oxide, dan zeolite sebagai sumber energi panas

Baca juga: Aplikasi Nanoteknologi dalam Kemasan Pangan

Sekarang ini, negara-negara besar sudah banyak menggunakan teknologi ini tidak hanya di area militer saja, tetapi digunakan untuk makanan yang dikonsumsi sehari-hari ataupun jika bepergian dimana tidak tersedianya tempat untuk memasak.

Salah satu contonya di Italia, beberapa minuman sepereti self-hot kopi, di Cina dan jepang makanan cepat saji, walaupun di Indonesia belum banyak diketahui mengenai teknologi ini. Teknologi ini juga dapat mengurangi energi yang digunakan untuk memproses suatu makanan dan juga efisien.

Dengan adanya teknologi ini diharapkan di Indonesia dapat diterapkan untuk menjawab permasalahan yang dialami oleh korban bencana alam mengenai pemenuhan gizi melalui penyediaan makanan yang layak. Sehingga walaupun banyaknya keterbatasan dari fasilitas di area bencana/tidak memungkinkan dibuat dapur umum, korban bencana alam masih dapat menjaga kesehatan dengan memakan makanan yang layak.

Penulis: Rizal Pauzan Ramdhani
Mahasiswa Magister Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor

Referensi

Bohra B, Chavan R, Gawit N, Ahire R, Kale R, dan Kapse N. 2015. An Eco-friendly and Reusable Heat Source for Self-Heating Food Packaging. International Journal Engineering of Research and Technology4(05), pp.365-368.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI