Kondisi Kesehatan Mental Mahasiswa Indonesia di Masa Pandemi
WHO (World Health Organization) secara resmi menetapkan virus SARS-CoV-2 sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Artinya, virus corona telah menyebar secara luas di dunia. Gejala umum yang terlihat pada pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 antara lain demam, batuk, dan kehilangan indra penciuman. Ketika virus ini menyebar, kita diwajibkan memakai masker, cuci tangan, dan menjaga jarak.
Tentunya, dengan banyak sekali perubahan yang terjadi sepanjang pandemi Covid-19 ini, seperti perubahan dalam berbagai di lingkungan mahasiswa. Mulai dari menurunnya aktivitas perekonomian untuk membayar uang perkuliahan, sampai semua kegiatan perkuliahan dilakukan secara online. Tidak sampai di situ saja, pandemi Covid-19 ini jua berdampak terhadap kesehatan mental mahasiswa seperti sebagian mahasiswa mengalami kecemasan saat pembelajaran daring, ada juga yang mengalami sulit tidur karena tekanan pemberian tugas yang sangat banyak.
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan baik, mampu melihat potensi masing-masing, dan ketika ada masalah menghadang, individu tersebut dapat mengatasi masalah tersebut. Sebaliknya orang yang kesehatan mentalnya bermasalah, akan mengalami gangguan keadaan hati, tidak bisa menikmati hidup serta tidak dapat mengatasi masalah hidup dan semua orang berpotensi untuk terkena kesehatan mental.
Baca Juga: Bagaimana Dampak Lumpur Lapindo terhadap Kesehatan Mental Korban?
Pada masa pandemi Covid-19, angka masalah kesehatan mental meningkat pesat. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan angka kasus gangguan jiwa dan depresi mengalami peningkatan hingga 6,5 persen di Indonesia. Bahkan, berdasarkan survey yang dilakukan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) sebanyak 68% responden mengaku cemas, 67% depresi, dan 77% mengalami trauma psikologis.
Gejala cemas paling utama yang dirasakan responden adalah merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, khawatir berlebih, mudah marah atau jengkel, dan sulit untuk rileks. Sementara gejala depresi utama yang dirasakan gangguan tidur, kurang percaya diri, lelah tidak bertenaga, dan kehilangan minat.
Kita semua perlu tahu bahwa kesehatan mental adalah aspek penting untuk mencapai kesehatan umum. Namun, di sebagian besar negara berkembang seperti Indonesia, masalah kesehatan mental tidak menjadi prioritas di atas penyakit menular. Masalah kesehatan jiwa semakin memburuk di era pandemi, namun investasi untuk mengatasinya belum meningkat secara signifikan. Hal ini terbukti dalam kurangnya sumber daya dan layanan serta kesenjangan pembiayaan pengobatan yang besar.
Baca Juga: Memasak Baik untuk Kesehatan Mental di Saat Pandemi
Seiring dengan meningkatnya kasus Covid-19, kasus kesehatan mental pun menjulang tinggi. Kita tidak boleh lupa bahwa kesehatan fisik sama pentingnya dengan kesehatan mental. Memelihara kondisi psikis kita bisa dimulai dengan bersikap selektif terhadap berbagai macam berita dan jumlahnya yang kita baca per harinya. Memang penting untuk up to date dengan keadaan pandemi belakangan ini, namun membaca berita negatif yang berlebihan dapat memicu kecemasan yang berlebih. Jangan lupa ya! Segalanya yang berlebihan selalu berujung tidak baik.
Quality Time bersama keluarga di rumah bisa dijadikan aktivitas jitu untuk mengobati kerinduan dan kebutuhan kita untuk bersosialisasi. Karena, mungkin banyak dari kita yang sebelumnya terlalu sibuk untuk menghabiskan hari-hari bersama keluarga dan dengan adanya pandemi yang mengharuskan kita untuk tetap di rumah ini, bisa membuka kesempatan yang luas bagi kita untuk menghabiskan waktu dengan keluarga. Mulailah untuk membiasakan berkeluh kesah maupun berbagi kebahagiaan di rumah karena waktu yang akan kita habiskan untuk beraktivitas di rumah bertambah sangat banyak.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan meluangkan waktu untuk berolahraga atau menjalankan hobi. Ada banyak hobi yang dapat dilakukan di rumah seperti membaca buku, bercocok tanam, membuat kue, belajar bahasa asing, dan belajar alat musik. Kita juga dapat mempelajari banyak hal baru dengan waktu luang yang tersedia. Olahraga juga termasuk salah satu aspek yang penting seperti olahraga aerobik atau kardio.
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Mental pada Masa Pandemi Covid-19
Olahraga ini bermanfaat untuk melatih jantung dan paru-paru. Latihan aerobik bisa dilakukan di rumah dengan memanfaatkan peralatan yang ada. Contoh olahraga ini yaitu senam aerobik, lompat tali, jalan kaki di sekitar rumah dan lain-lain. Olahraga anaerobik olahraga yang memerlukan energi yang besar namun dilakukan dengan waktu yang singkat. Contohnya angkat beban apabila ada di rumah, lari cepat, dan push-up.
Fan Maitri Aldian
Mahasiswa Universitas Airlangga
Editor: Diana Pratiwi