Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di tingkat SD Pemahaman konsep merupakan hal yang penting dalam mempelajari matematika dikarenakan konsep dalam mata pelajaran matematika saling berkaitan satu sama lain. Permasalahan yang dialami dalam dunia pendidikan adalah siswa kurang memahami konsep matematika dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan ini sebagai seorang pendidik guru dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dengan menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan model experiential learning untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika SD. Pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran matematika dapat meningkat dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dengan model pembelajaran experiential learning dikarenakan dapat memberikan siswa belajar berdasarkan pengalaman dan kontekstual.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi jenjang sekolah dasar. Matematika bagi siswa SD berguna untuk kepentingan hidup pada lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian. Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan dasar bagi penerapan konsep matematika pada jenjang berikutnya. Dalam belajar matematika salah satu kemahiran matematika yang harus dikuasai yakni, menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Pada kenyataannya salah kemahiran matematika mengenai pemahaman konsep belum dilaksanakan dengan baik dikarenakan masih dijumpai siswa yang belum paham konsep.
Salah satu faktor penyebab siswa tidak paham konsep dikarenakan anggapan siswa yang menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami. Hal ini sejalan dengan Ruseffendi (2006: 156) yang mengemukakan bahwa terdapat banyak peserta didik yang setelah belajar matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit.
Baca Juga: Bagaimana Model Pembelajaran Experiental Learning Diterapkan dalam Pembelajaran Matematika?
Pemahaman konsep dalam mata pelajaran matematika saling berhubungan maka dari itu pemahaman konsep matematika penting untuk ditingkatkan. Untuk meningkatkan pemahaman konsep langkah yang dapat dilakukan guru sebagai pendidik adalah dengan menyajikan pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung bagi siswa atau pembelajaran kontekstual. Cara yang dapat dilakukan guru dalam menyajikan konsep pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung dan kontekstual untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan model pembelajaran experiential learning. Berdasarkan hal ini kita akan belajar bagaimana cara menerapkan pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik dengan model pembelajaran experiential learning untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika.
PEMBAHASAN
Sebagai seorang pendidik kita dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dengan menerapkan pendekatan matematika realistik dengan model pembelajaran experiential learning di SD. Pendekatan matematika realistik dengan model experiential learning cocok diterapkan pada siswa SD untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika dikarenakan sesuai dengan karakteristik siswa SD yakni berada pada tahap berpikir operasional konkret. Sebelum membahas mengenai cara menerapkan pendekatan matematika realistik dengan model experiential learning, kita akan terlebih dahulu berkenalan dengan pendekatan matematika realistik dan model exeperiental learning terlebih dahulu.
Pembelajaran matematika realistik (PMR) pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. PMR merupakan pendekatan pemelajaran Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa PMR mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa (Smart, 2009; Kawuryan, Sutijan & Budiharto,2012; Nurhayati & Maulana, 2009). Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik jika digabungkan dengan model pembelajaran experiential learning akan lebih dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa memiliki keterpaduan dalam menyajikan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman dan kontekstual.
Pembelajaran dengan model exeperiental learning dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa dikarenakan memberikan proses belajar berdasarkan pengalaman. Menurut Kolb dalam (Muhammad, 2015:128) mengemukakan bahwa model pembelajaran experiential adalah belajar sebagai proses mengonstruksi pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Pembelajaran matematika dengan model exeperiental learning dapat membuat siswa untuk terus menerus mengembangkan konsep pengetahuan dan bertanggungjawab akan proses belajar.
Pada penerapannya sintak pembelajaran matematika dengan menggunakan model experiential learning menurut Kolb dan Kolb (2008) memiliki beberapa tahap antara lain: 1.Concreate experience, proses dimana belajar dimulai dari pengalaman konkret. Pada tahap ini menekankan pada dimana dan bagaimana peserta mendapat pengalaman selama proses pembelajaran. 2. Observation and reflections, dalam tahap ini pengalaman konkret yang diperoleh direfleksikan secara individu untuk dipahami dan dipikirkan. 3. Formations of abstract concept and generalizations, pada tahap ini hasil refleksi menjadi dasar pembentukan konsep dan pengalaman yang dialami dapat diterapkan dalam konteks baru. 4. Testing implementations, pada tahap implementasi ini, konsep yang diperoleh diterapkan dalam konteks dan situasi. Pembelajaran melalui pengalaman nyata kemudian direfleksikan dengan harapan dapat terbentuk suatu konsep.
Pada penerapannya kita akan membahas penerapan pendekatan matematika realistik dengan model experiential learning dalam materi bangun datar kelas II tema 4 “Hidup Bersih dan Sehat” dengan sub tema 1 “Hidup Bersih dan Sehat di Rumah” Kegiatan penerapan materi matematika diintegrasikan dengan materi bahasa Indonesia atau dengan pembelajaran tematik. Tahap implementasi pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran yakni, kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan pembelajaran yang dijabarkan merupakan kegiatan yang didesain secara tatap muka, walaupun pada penerapannya dapat juga digunakan dalam daring atau dalam jaringan. Sebelum berlanjut pada sintak pembelajaran terlebih dahulu kita harus menyiapkan perangkat pembelajaran seperti (rancangan pelaksanaan pembelajaran, media, LKPD, modul, dan evaluasi) untuk mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Contoh perangkat pembelajaran yang mendung penerapan pembelajaran dapat di unduh pada link:
https://drive.google.com/file/d/1XTRdKDPP7B6LlOiKIrcq59JhGHyvi6kD/view?usp=sharing
Berikut penjabaran sintak kegiatan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dengan model pembelajaran experiential learning:
A. Kegiatan Pembuka
Pada kegiatan pembuka kegiatan pembelajaran di isi dengan kegiatan salam, doa, presensi, menyanyikan lagu Indonesia raya, menyimak apersepsi guru mengenai materi sebelumnya, menyimak penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran, dan motivasi agar siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
B. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti kegiatan pembelajaran diisi dengan empat tahap pembelajaran melalui pendekatan matematika realistik dengan model experiential learning. Empat tahap tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap concrete experience. Pada tahap ini siswa membaca teks cerita dengan judul “Halaman Rumah Dayu Indah dan Asri” yang ada dalam PPT dan dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab mengenai isi cerita yang dibaca dan meminta siswa menyebutkan ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat dan lingkungan rumah yang tidak sehat berdasarkan gambar yang telah diamat dan menyebutkan benda yang berbentuk bangun datar berdasarkan hasil pengamatan gambar lingkungan rumah yang sehat dan lingkungan rumah yang tidak sehat pada PPT.
2. Tahap reflective observation (watching). Pada tahap ini siswa mengamati kembali gambar benda yang berbentuk bangun datar yang terdapat pada PPT dan yang berada di lingkungan sekitar dan menyimak penguatan tentang nama dan jenis benda yang berbentuk bangun datar serta ciri-cirinya.
3. Tahap abstractcon ceptualitation (thinking). Pada tahap ini siswa memahami konsep mengenai ciri-ciri bangun datar dan pengelompokan bangun datar berdasarkan ciri-cirinya dengan media PPT serta dengan memperhatikan modul.
4. Tahap active experimentation (doing). Siswa menjawab soal pada media PABATAR dan RUBATAR serta memahami konsep ciri-ciri bangun datar dan pengelompokannya dengan media PABATAR dan RUBATAR dengan pengalaman langsung. Kemudian siswa mengerjakan tugas LKPD dan menyimak penguatan terhadap LKPD yang telah dikerjakan.
C. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan refleksi, menyimak penguatan guru mengenai pembelajaran yang telah dilakukan, menyimpulkan kegiatan pembelajaran, apresiasi mengenai keaktifan pembelajaran pada hari ini, menyanyikan lagu daerah, berdoa, dan salam.
Perlu kita pahami bahwa dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan model experiential learning tidak hanya menyajikan benda-benda konkret dalam kegiatan pembelajaran. Perlu di garis bawahi pendidik perlu memperhatikan unsur kognitif siswa yang dihubungkan dengan pengalaman belajar. Dalam hal ini pendidik perlu memperhatikan lingkungan kontekstual siswa dalam memilih perangkat pembelajaran, pemilihan berbagai metode pembelajaran yang mendukung pembelajaran berdasarkan pengalaman, tahap berpikir siswa, dan perangkat pembelajaran yang konkret, interaktif, dan disesuaikan dengan karakteristik dan pengalaman belajar siswa sebelumnya.
PENUTUP
Kegiatan diatas merupakan contoh penerapan pendekatan matematika realistik dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika SD. Pendekatan matematika realistik dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan pemahaman konsep dikarenakan siswa dapat belajar berdasarkan pengalaman, memperhatikan unsur kognitif atas konstruksi pengetahuan dan kontekstual sehingga membuat kegiatan pembelajaran lebih bermakna. Proses pembelajaran ini cocok digunakan untuk siswa SD yang masih pada tahap operasional konkret. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan menjadi referensi untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA:
Aledya, V. (2019). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika pada Siswa. May, 0–7.
Gradini, E. (2016). Miskonsepsi dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar di Dataran Tinggi Gayo. Numeracy, 3(2), 52-60.
Handayani, S. D. (2016). Pengaruh konsep diri dan kecemasan siswa terhadap pemahaman konsep matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1).
Hariri, C. A., & Yayuk, E. (2018). Penerapan model experiential learning untuk meningkatkan pemahaman materi cahaya dan sifat-sifatnya siswa kelas 5 SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 8(1), 1-15.
Hidayat, R., & Iksan, Z. (2015). Miskonsepsi pada topik program linear siswa Sekolah Menengah. Jurnal Pendidikan Matematika, 9(1), 1-9.
Rahmah, N. (2013). Hakikat pendidikan matematika. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(2), 1-10.
Soviawati, E. (2011). Pendekatan matematika realistik (pmr) untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa di tingkat sekolah dasar. Jurnal Edisi Khusus, 2(2), 79-85.
Zulkarnain, I. (2020, July). PENGARUH METODE EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA. In SINASIS (Seminar Nasional Sains) (Vol. 1, No. 1).
Pipit Hidayati
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar/PGSD
Universitas Negeri Yogyakarta
Editor: Diana Pratiwi