Kali ini saya akan berbagi ilmu atau pengetahuan-pengetahuan yang belum banyak orang tahu tentang Kesehatan mental pada masa kehamilan ibu .
Kesehatan mental yang baik seperti merasa tenang dan bahagia, sangat diperlukan saat masa kehamilan, karena sangat mempengaruhi kesehatan seorang ibu hamil dan bayi dalam kandungannya.
Munculnya gangguan kesehatan mental saat hamil dapat memicu perilaku berisiko bagi kehamilan seperti merokok, konsumsi alkohol, asupan nutrisi yang tidak sesuai, menghindari pemeriksaan kehamilan, atau memicu perilaku berbahaya bagi ibu dan kandungannya.
Sayangnya, perasaan depresi dan sumber stress saat hamil biasanya sering diabaikan dan tidak ditangani.
Kehamilan dapat Mempengaruhi Kesehatan Mental
Merasa cemas dan bingung merupakan hal yang wajar bagi seseorang yang menjalani kehamilan atau ketika segera akan melahirkan. Namun sumber stress tersebut dapat meningkatan risiko seseorang untuk mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan psikosis.
Risiko tersebut juga jauh lebih tinggi jika ibu hamil memiliki riwayat gangguan kesehatan mental serius sebelumnya.
Masalah kesehatan mental pada ibu hamil juga dapat bertahan hingga beberapa waktu setelah melahirkan.
Tidak hanya itu, masalah kesehatan mental yang lebih ringan seperti gangguan mood dan merasa cemas, bisa menjadi lebih serius pada waktu tersebut.
Akibatnya, hal tersebut tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental dan fisik seorang ibu pasca melahirkan, namun juga dapat mengganggu kedekatan antara ibu dan bayi yang baru lahir.
Baca juga: Bahaya Keputihan bagi Ibu Hamil dan Bayi
Pemicu Masalah Kesehatan Mental saat Hamil
Selain riwayat gangguan kesehatan mental, beberapa hal juga dapat memicu ibu hamil mengalami gangguan mental, di antaranya :
- Kehamilan pada usia remaja
- Pengalaman mengalami trauma – fisik, emosi ataupun kekerasan seksual
- Riwayat ketergantungan obat, termasuk perilaku merokok
- Kurangnya dukungan sosial
- Menjadi orang tua tunggal saat hamil
- Memiliki tingkat sosio-ekonomi rendah
- Pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga
- Pengobatan depresi yang tidak tuntas
- Mengalami kesulitan finansial
- Memiliki pemikiran yang bertentangan akan kehamilannya
Masalah Kesehatan Mental yang Mungkin terjadi saat Hamil
1. Depresi
Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang paling umum pada masa kehamilan. Hal ini sering menjadi pemicu, dan muncul bersamaan dengan gejala gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan, obsessive-compulsive disorder, dan gangguan pola makan.
Depresi pada ibu hamil memiliki pola yang bervariasi. Pada trimester pertama dan ketiga, biasanya depresi akan terasa makin berat, namun cenderung lebih rendah atau menurun pada trimester kedua.
Depresi saat hamil ditangani sama seperti depresi pada umumnya dengan pilihan penanganan utama yang aman bagi janin, seperti terapi perilaku kognitif dan terapi kejiwaan interpersonal.
Baca juga: Memenuhi Nutrisi Ibu Hamil di Bulan Ramadhan
2. Panic Disorder
Gangguan yang dapat muncul saat masa kehamilan meskipun wanita tersebut tidak memiliki riwayat pernah menderita panic disorder. Hal ini dapat muncul dari rasa cemas dan stress yang ditandai dengan peningkatan hormon kortisol.
Jika tidak ditangani, peningkatan kortisol dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan. Penanganan tanpa obat dapat dilakukan dengan cara terapi perilaku kognitif dan supportif, menerapkan teknik relaksasi, penerapan sleep hygiene ,serta pengaturan pola makan.
3. Obsessive-compulsive Disorder (OCD)
OCD adalah gangguan berupa obsesi dan kebiasaan berulang yang sulit dikendalikan, yang dapat muncul di periode awal masa kehamilan, dan meningkat seiring masa kehamilan hingga pasca melahirkan. OCD saat hamil dapat sangat mengganggu aktivitas ibu hamil dan perlu ditangani dengan terapi perilaku atau dengan konsumsi obat.
4. Gangguan Pola Makan
Meskipun hal ini cenderung membaik saat masa kehamilan, namun gangguan pola masih dapat terjadi saat masa kehamilan.
Gangguan pola makan bukan hanya dapat mempengaruhi kesiapan ibu hamil untuk melahirkan normal, tapi juga dapat meningkatan risiko depresi pascamelahirkan serta dapat berdampak melahirkan bayi berat lahir rendah.
Baca juga: Bolehkah Ibu Hamil Melakukan Vaksinasi Covid-19?
5. Gangguan Bipolar
Bipolar disorder merupakan gangguan yang terjadi secara kambuhan pada ibu hamil, namun kejadiannya lebih sering terjadi pasca melahirkan. Seperti gangguan bipolar pada umumnya, hal ini dapat diatasi dengan menggunakan obat mood stabilizer, namun memerlukan pemeriksaan serta pertimbangan risiko beserta manfaat. Meskipun demikian, pengawasan kondisi kejiwaan dan perilaku dari ibu hamil dengan bipolar adalah hal yang paling penting.
6. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikosis yang dapat meningkat ataupun menurun pada masa kehamilan. Ibu hamil dengan gangguan ini membutuhkan pengawasan dan penanganan oleh dokter. Skizofrenia berdampak pada kesehatan ibu dan bayi akibat mendapat perawatan yang tidak sesuai, bisa memicu lahir prematur dan berat lahir rendah, hingga kematian janin dan ibu hamil. Penanganan gejala psikosis akut pada masa kehamilan sangat diharuskan, untuk mengurangi intensitas dan dampak skizofrenia. Hal ini mencakup dukungan, pengobatan, dan penanganan intensif di rumah sakit. Terapi elektroconvulsive juga diperlukan untuk menangani gejala depresi pada penderita.
Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental selama Hamil
Jika akhir-akhir ini ibu merasa stres, cemas bahkan depresi, berikut beberapa hal yang bisa ibu lakukan untuk menjaga kesehatan mental agar tetap stabil:
1. Utarakan Perasaan saat Emosi Bergejolak
Sebaiknya utarakan perasaan Bila ibu sedang mengalami gejolak emosional. Jangan ragu untuk mengutarakannya kepada pasangan, teman, atau orangtua.
Mengutarakan perasaan dapat sedikit meringankan beban yang ibu miliki. Cara ini juga cukup efektif untuk mencegah stres dan kecemasan yang ibu alami selama kehamilan.
2. Lakukan Konseling
Pertimbangkan konseling terkadang lebih mudah untuk berbicara dengan seseorang yang tidak mengenal ibu. Nah, ibu bisa mencoba sesi konseling dengan psikolog untuk mengutarakan perasaan yang ibu miliki.
Konseling dapat memberikan ruang yang aman untuk menyuarakan semua kekhawatiran yang ibu miliki. Bukan itu saja, psikolog juga akan mencoba memahami atau mengendalikan pikiran negatif ibu.
Baca juga: Pengalaman Hidup Remaja yang Hamil di Luar Nikah
3. Lakukan Olahraga Ringan
Olahraga Ringan Olahraga terkadang mampu mengalihkan fokus ke hal yang berbeda. Selain itu, aktivitas ini juga bagus untuk kesehatan ibu dan bayi.
Lonjakan endorfin saat berolahraga sudah terbukti mampu menghilangkan stres dan membuat ibu tidur lebih nyenyak. Selama hamil, sebaiknya pilih olahraga yang ringan seperti berenang, berjalan dan gentle yoga.
4. Konsumsi Makanan Bergizi
Konsumsi Makanan Bergizi Saat dinyatakan hamil, ibu wajib memilih makanan yang sehat dan bergizi. Selain untuk mendukung perkembangan janin, makanan yang bergizi juga mampu memengaruhi pikiran ibu, lho.
Pilih makanan mengandung protein, karbohidrat, serat, dan lemak sehat, serta vitamin dan mineral. Nutrisi-nutrisi yang menyehatkan ini bisa ibu peroleh dari buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, ikan, daging, telur, dan produk olahan susu.
5. Hidrasi Tubuh
Hidrasi Tubuh Hidrasi juga tak kalah penting saat hamil. Pastikan ibu minum air putih atau air mineral minimal 1,5 liter setiap hari.
Perlu ibu ketahui bahwa dehidrasi juga dapat menurunkan suasana hati dan membuat ibu lebih mudah tersinggung. Jadi, pastikan tubuh cukup terhidrasi sepanjang hari.
6. Istirahat yang Cukup
Cukup Beristirahat Kelelahan dan kurang tidur dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang, apalagi untuk ibu hamil yang badannya mudah lelah. Itu sebabnya, istirahat yang cukup termasuk salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental saat hamil. Pastikan ibu hamil tidur 7-8 jam setiap malamnya.
Cara Menjaga Kesehatan Mental saat Hamil
Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kesehatan mental saat hamil. Di antaranya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat, mulai dari mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tidak mengonsumsi alkohol, berhenti merokok, dan tidur cukup.
Konsultasi ke terapis. Seorang terapis akan membantu ibu hamil untuk mengatasi perasaan dan pikiran negatif.
Jenis terapi disesuaikan dengan kebutuhan. Namun secara umum, terapi yang dilakukan berupa cognitive behavioural theraphy (CBT), terapi psikoanalitik dan psikodinamik, psikoterapi interpersonal, serta terapi penerimaan dan komitmen (ACT).
Resep obat-obatan, seperti obat antidepresan. Konsumsi obat harus sesuai anjuran dokter sehingga tidak dapat dikonsumsi sembarangan.
Meditasi Dengan cara ini, ibu hamil diajarkan untuk memberi perhatian penuh pada pikiran dan perasaan yang sedang dialami. Hal ini diharapkan dapat membantu ibu hamil menyesuaikan pikiran dan perasaan, sehingga mampu mengatasi kondisinya secara mandiri. Misalnya dengan duduk rileks sambil menarik dan membuang napas secara perlahan.
Mencari kelompok pendukung. Teman dan keluarga dapat diandalkan sebagai tempat berkeluh kesah mengenai kehamilan. Namun terkadang, ibu hamil membutuhkan kelompok pendukung dengan kondisi serupa untuk saling menguatkan.
Dengan bertemu kelompok pendukung, ibu bisa terbuka tentang perasaan dan pengalaman yang dialami selama kehamilan. Ibu juga bisa mendengar apa yang dialami sesama wanita hamil, sehingga membuat ibu tidak merasa sendirian.
Penulis: Putri Aulia
Mahasiswa Prodi Kebidanan Universitas Binawan
Dosen Pengampu: Apriani Riyanti S.Pd., M.Pd.