Pendahuluan
Seiring perkembangan zaman yang terus meningkat, serta teknologi yang telah berkembang pesat kini kritis moral di kalangan anak muda indonesia menjadi persoalan yang semakin memprihatinkan, terutama terdapat berbagai kasus-kasus permasalahan seperti: Tawuran, narkoba, minum-minuman keras(alkohol), kekerasan seksual, pembullyan, perundungan hingga terjadinya pembunuhan pada anak muda.
Apalagi di era digital sekarang ini, anak muda sudah bisa mengakses informasi media sosial yang begitu luas, cepat, dan tidak terbatas, namun media sosial seringkali menampilkan konten negatif yang berdampak buruk bagi generasi muda maupun masyarakat.
Yang dimana akan mengakibatkan terjadinya krisis moral yang tidak sesuai dengan etika, perilaku dan tanggung jawabnya, karena kemajuan teknologi tidak selalu memberikan dampak yang positif dan juga tidak selalu diimbangi dengan penanaman nilai moral yang baik serta karakter yang kuat.
Fenomena ini menjadi tantangan yang serius untuk Indonesia dalam menghadapi krisisnya moral generasi muda, hal ini karena anak muda adalah generasi atau pewaris selanjutnya untuk melestarikan,menjunjung dan menjaga indonesia dari yang baik ke lebih baik, dimuat juga pada sila kedua yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab”maksudnya nilai kemanusiaan, adil, beradab ini mengajarkan bahwa setiap manusia harus bertindak dengan rasa hormat, empati, etika sosial yang baik serta norma baik demi menciptakan kehidupan yang martabat.
Baca juga: Menyikapi Krisis Moral dalam Pendidikan
Namun dengan kondisi krisis moral yang mengkhawatirkan ini anak muda rentan sekali terpapar konten-konten yang tidak bermutu dan kurang jelas isi dari maksud vidio tersebut, atau hal lain yang menimbulkan dampak negatif seperti pornografi, kekerasan, ujaran kebencian, video yang kurang pantas dan perilaku individualistis yang merusak nilai kemanusiaan.
Sehingga diperlukannya pendidikan karakter, untuk membangun kembali moral anak muda serta membentuk pribadi yang konsisten, jujur, bertindak baik dari ucapan maupun perbuatan di tengah derasnya teknologi digital.
Salah satunya adalah pendidikan karakter KH.Ahmad Dahlan,yaitu seorang pendiri Muhammadiyah.
Dalam pendidikanya beliau menekankan pada pembentukan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Islam, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, dan kepedulian sosial.
Beliau juga memandang pendidikan sebagai media transformasi moral dan spiritual, bukan semata-mata transfer pengetahuan saja melainkan juga menggembangkan potensi diri peserta didik serta dalam pendidikannya menekankan penyatuan ilmu umum dan ilmu agama yang bertujuan membentuk manusia yang tidak hanya cerdas tetapi juga berakhlak mulia.
Oleh karena itu pendidikan karakter untuk anak muda maupun masyarakat sangat penting apalagi di era sekarang ini, para generasi muda harus memperkuat fondasi moral agar terhindar dari pengaruh negatif digital.
Berdasarkan uraian diatas, maka essay ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa pentingnya pendidikan karakter moral pada anak muda maupun masyarakat untuk membentuk kepribadian yang berakhlak karimah dan terhindar dari dampak pengaruh negatif teknologi digital, juga mendorong peran aktif lembaga pendidikan, lingkungan, keluarga untuk menanamkan nilai kemanusiaan kepada generasi muda serta menumbuhkan kesadaran anak muda dalam menggunakan teknologi dan media sosial secara bijak, produktif, dan berlandaskan nilai-nilai bangsa dan agama.
Pembahasaan
Teknologi digital
Dalam era digital ini, hampir semua aspek kehidupan kita terhubung dengan teknologi. Mulai dari komunikasi, pendidikan, sampai hiburan, semuanya terintegrasi dengan internet.
Generasi muda, khususnya, seakan tidak bisa lepas dari gadget bangun tidur langsung main ponsel, dan sebelum tidur pun masih asyik scroll media sosial diponselnya.
Teknologi memang membawa banyak kemudahan, pembelajaran online kini menjadi hal yang lumrah dan kita juga bisa mengakses kelas dari mana saja dan mencari referensi tanpa harus repot-repot ke perpustakaan.
Namun, di balik kemudahan tersebut ada tantangan besar seperti ketergantungan pada ponsel.
Masalahnya bukan sekadar kecanduan teknologi, tetapi juga dampak yang lebih kompleks.
Media sosial yang awalnya bertujuan untuk komunikasi dan berbagi, kini sering menjadi ladang hoaks, ujaran kebencian, serta konten negatif yang beredar luas.
Ironisnya, banyak anak muda yang terpapar tanpa kemampuan menyaring informasi secara kritis.
Menurut Kusmawijaya (2021), penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berdampak pada psikologis seseorang seperti mengurangi empati, memicu kecanduan, hingga melemahkan kontrol diri. Parahnya, banyak yang tidak sadar bahwa mereka sudah terjebak terlalu jauh.
Oleh karena itu, generasi muda perlu memiliki pegangan kuat seperti nilai moral dan karakter yang kokoh agar teknologi tetap menjadi alat bantu, bukan justru yang mengendalikan hidup.
Ketika segalanya terlalu bergantung pada dunia digital, ada risiko kehilangan jati diri yang sebenarnya.
Degradasi moral di kalangan anak muda
Tantangan Besar di Era Digital Degradasi moral di kalangan generasi muda bukan lagi sekadar isu, melainkan kenyataan yang terlihat jelas di sekitar kita baik di media sosial, lingkungan kampus, maupun di lingkungan rumah.
Perubahan perilaku ini terjadi akibat terlalu lama dalam menggunakan media sosial. Bayangkan, rata-rata remaja bisa menghabiskan hingga 10 jam sehari dalam penggunaan internet.
Waktu sebanyak itu digunakan untuk bermain game, scroll Instagram, Tiktok atau menonton video You Tube, sementara interaksi sosial di dunia nyata semakin berkurang.
Yang dimana hubungan interpersonal itu sangat penting bagi perkembangan karakter dan kepribadian seseorang.
Selain minimnya interaksi sosial, akses terhadap konten-konten yang negatif juga semakin mudah dijumpai.
Tanpa filter yang memadai remaja mudah sekali terpapar hoaks, ujaran kebencian, serta konten dewasa tanpa pendampingan.
Seperti yang dikatakan Alfianno G. Gani, kurangnya bimbingan menyebabkan remaja kehilangan kemampuan menyaring informasi, yang akhirnya mempengaruhi perilaku mereka secara langsung. Dampaknya tidak main-main. Secara psikologis, banyak yang kehilangan empati.
Fenomena sad fishing atau pura-pura sedih di media sosial demi mendapatkan perhatian semata menjadi semakin marak terjadi.
Sementara itu, perilaku agresif dari game online sering kali terbawa ke dunia nyata, menyebabkan banyak anak-anak sulit diatur.
Di sekolah, prestasi akademik juga menurun karena fokus mereka lebih banyak ke media sosial.
Solusi atas masalah ini adalah harus melibatkan banyak pihak. Orang tua tidak cukup hanya memberikan ponsel, tetapi juga harus mendampingi dan mengarahkan anak-anaknya dalam penggunaan internet.
Sekolah perlu lebih aktif mengajarkan literasi digital serta pendidikan karakter. Seperti yang diajarkan KH. Ahmad Dahlan, nilai kejujuran dan tanggung jawab harus ditanamkan sejak dini agar generasi muda tidak kehilangan arah.
Ketika semua pihak orang tua, sekolah, pemerintah, dan platform media sosial bekerja sama, teknologi bisa tetap dimanfaatkan tanpa harus mengorbankan nilai-nilai moral yang esensial dalam kehidupan.
Dampak negatif dan positif digital
Awal mula perkembangan teknologi digital terjadi pada abad pertengahan, pada abad ini sudah terdapat penemuan alat-alat mekanis( kalkulator), contohnya jari-jari napier yang diciptakan oleh John Napier pada tahun 1617, kemudian pada abad 19 terdapat teknologi mesin hitung yaitu Mesin Diferensial oleh Charles Babbage, komputer digital pada abad ke 20 hingga munculnya teknologi internet (1983) dan Smartphones abad 21.
Teknologi digital telah memberikan manfaat bagi masyarakat, anak-anak, remaja hingga orang dewasa, dalam membantu pekerjaan mereka agar lebih cepat, selain itu manfaat teknologi bagi mereka ialah mendapatkan pengetahuan baru tentang apa itu teknologi digital, mengembangkan wawasan serta keterampilan baru mengenai digital.
Namun dengan seiringnya perkembangan zaman teknologi digital bisa saja akan menimbulkan dampak negatif, serta dalam pengguna media sosial juga kurangnya pengetahuan dalam penggunaan gadget sehingga akan mengakibatkan mirisnya moral di kalangan anak-anak, remaja, hingga masyarakat.
Baca juga: Pentingnya Pencegahan Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja
Seperti halnya pada kasus-kasus krisis moral terkini yaitu terjadinya pembullyan di sukabumi, yang dimana si korban mendapat perundungan di sekolah, hingga menyebabkan trauma yang serius, sampai memerlukan perawatan medis, tidak hanya itu kasus pembullyan walaupun menurut sebagian orang berfikir bahwa hanya sebuah candaan belaka saja namun itu salah, kasus pembullyan marak di Indonesia apalagi sampai terjadinya bunuh diri karena stres dan trauma nya si korban.
Kemudian kasus lain seperti tawuran, pergaulan bebas, seks bebas, minuman keras dll.
Krisis moral anak muda juga dipengaruhi oleh media sosial, yang dimana terdapat konten-konten yang mengiring ke hal yang negatif, penggunaan sosial media yang kurang baik, konten yang kurang pas dan lainnya.
Dampak positif dari teknologi seperti mempermudah berbagi informasi melalui email, berkomunikasi dengan orang lain, memudahkan para remaja atau masyarakat dalam menjalankan bisnis online, membantu dalam bidang pendidikan dan manfaat lainnya.
Oleh karena itu diperlukan pendidikan karakter dan pengetahuan tentang teknologi digital untuk anak muda serta masyarakat dalam memahami dan menumbuhkan kembali karakter moral yang baik.
Pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang membentuk serta mengembangkan kepribadian, akhlak mulia, dan moral baik, agar peserta didik menjadi individu yang beretika yang bagus, bertanggung jawab, jujur serta memiliki nilai-nilai positif.
Pendidikan juga tidak hanya berfokus pada aspek kognitif (pengetahuan) saja tetapi juga pada pembentukan sikap dan perilaku yang sesuai norma sosial dan nilai-nilai kemanusiaan.
KH Ahmad Dahlan menekankan bahwa pendidikan tidak hanya sebatas menyampaikan ilmu, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam lingkup keluarga, orang tua berperan sebagai teladan utama bagi anak-anaknya.
Pendidikan karakter tidak cukup hanya dengan kata-kata, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata, seperti membiasakan kejujuran, kedisiplinan, serta mengajarkan interaksi sosial yang penuh dengan adab.
Keteladanan ini akan membentuk fondasi moral anak sebelum mereka memasuki lingkungan yang lebih luas.
Di tingkat masyarakat, KH Ahmad Dahlan mengembangkan konsep pendidikan karakter berbasis komunitas.
Majelis taklim dan kelompok pengajian tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar agama, tetapi juga sebagai ruang praktik nilai-nilai Islam secara nyata.
Kegiatan sosial seperti membantu kaum dhuafa, kerja bakti lingkungan, dan aksi kepedulian lainnya menjadi sarana efektif untuk menanamkan nilai kebaikan dalam diri generasi muda.
Pada lembaga pendidikan formal, KH Ahmad Dahlan merancang sistem pembelajaran yang menyatukan keunggulan akademik dengan pembinaan karakter.
Sekolah tidak hanya menjadi tempat pembelajaran teoritis, tetapi juga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang menanamkan nilai-nilai tanggung jawab, kejujuran, dan kepedulian sosial.
Program seperti infak harian, kunjungan sosial, serta bimbingan guru dalam perkembangan akhlak peserta didik turut berperan dalam membentuk moral yang kokoh.
Solusi Mengatasi Krisis Moral Generasi Muda.
Untuk Mengatasi Krisis Moral yang Semakin Meresahkan, diperlukan Strategi yang Melibatkan Berbagai Pihak diantaranya:
1. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum, Sekolah perlu secara aktif mengajarkan nilai-nilai etika dalam setiap mata pelajaran.
2. Pendampingan Orang Tua dalam Penggunaan Teknologi, Orang tua harus berperan aktif dalam membimbing anak-anaknya agar tidak terpapar konten negatif di media sosial.
3. Penguatan Pendidikan Agama, Pendidikan agama berperan penting dalam membentuk nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan empati.
4. Peningkatan Literasi Digital, Generasi muda perlu dibekali dengan kemampuan menyaring informasi agar tidak mudah terpengaruh hoaks dan konten tidak mendidik.
5. Kolaborasi Antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, Semua pihak harus bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter positif.
Kesimpulan
Krisis moral di kalangan generasi muda Indonesia semakin menjadi perhatian utama, terutama dengan maraknya kasus tawuran, pelecehan seksual, penyalahgunaan narkoba, hingga berbagai bentuk kekerasan sosial.
Kemajuan teknologi digital yang pesat turut memperburuk situasi ini, karena media sosial sering kali menghadirkan konten negatif yang dapat membentuk perilaku kurang baik.
KH Ahmad Dahlan menekankan pentingnya pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Islam seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian sosial.
Pendidikan karakter tidak hanya sekadar transfer ilmu, tetapi harus mencakup pembiasaan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sekolah formal.
Fondasi moral yang kuat di tingkat individu dapat menjadi tameng bagi generasi muda dalam menghadapi pengaruh buruk era digital.
Baca juga: Urgensi Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Etika Bermedia Sosial
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan strategi yang komprehensif, seperti integrasi pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah, pendampingan orang tua dalam penggunaan teknologi, serta penguatan pendidikan agama sebagai landasan moral.
Selain itu, peningkatan literasi digital menjadi hal krusial agar generasi muda mampu menyaring informasi dengan bijak dan tidak mudah terpengaruh oleh konten destruktif.
Kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter positif.
Dengan pendekatan yang holistik dan kerja sama berbagai pihak, generasi muda dapat memiliki akhlak yang kokoh dan mampu mempertahankan nilai-nilai luhur di tengah derasnya arus digitalisasi.
Penulis: Zahwa Devita Amelia Rahman
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Negeri Islam Raden Mas Said Surakarta
Daftar Pustaka
Frieswaty & Tjutjun Setiawan,2020,Mengatasi Degradasi Moral Anak Remaja Akibat Pengaruh Media Sosial,Kharisma: Jurnal Ilmiah Teologi,Vol. 1, No. 1 (2020): 39–53. https://www.jurnalsttkharisma.ac.id/index.php/Kharis/article/view/81/pdf
Kurniawan Ade & Seindah Imani Daeli,2023,Krisis Moral Remaja di Era Digital,Literasi: Jurnal Manajemen Pendidikan,Vol. 01 No. 02, Juli 2023. https://literaksi.ayasophia.org/index.php/jmp/article/view/9/11
Nur Laylu Sofyana & Budi Haryanto,2023,Menyoal Degradasi Moral Sebagai Dampak dari Era digital,Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam,Vol. 3, No. 4 (2023). https://ejournal.penerbitjurnal.com/index.php/JMPI/article/view/441
A.Rafiq,2020,Dampak Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Suatu Masyarakat,Global Komunika,Vol. 1 No. 1 2020 Juli 2020.
JOCER: Journal of Civic Education Research. 2024. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.” CV Tirta Pustaka Press. https://journal.tirtapustaka.com/index.php/jocer.
Megawati, Adi Asmara, Fajriana, Yuniar Alam, & Budi Witjaksana. (2023). Pengantar Kalkulus. PT MAFY Media Literasi Indonesia. https://repo.umb.ac.id/files/original/f9b3f498756c28835e6914d21adde7cd.pdf
Siregar, V. D., & Tafonao, T. (2021). Berbagai Konflik Dialami Oleh Remaja Di Era Digital 4.0 Ditinjau Dari Psikologi Perkembangan Afektif. Seminar Nasional Teknologi dan Multidisiplin Ilmu (SEMNASTEKMU), Vol. 1, No. 1 (2021): 13–20. https://prosiding.stekom.ac.id/index.php/SEMNASTEKMU/article/view/79/77
Ardiyanti, R. (2023). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Semarang. Journal of Sentra Cendekia, Vol. 4, No. 1 (2023): 45–52. https://www.e-journal.ivet.ac.id/index.php/Jsc/article/view/2534/1838
Kosmawijaya, T. (2021). Media Sosial dan Dampaknya dalam Perspektif Psikologi Komunikasi. Al-Maquro’: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, Vol. 2, No. 2 (2021): 77–88. https://ejournal.uluwiyah.ac.id/index.php/maquro/article/view/27/21
Hapsari, H. R. (2024). Pendidikan Karakter sebagai Solusi Krisis Moral Generasi Muda. Yoursay Suara.com, 30 Desember 2024. https://yoursay.suara.com/kolom/2024/12/30/094632/pendidikan-karakter-sebagai-solusi-krisis-moral-generasi-muda
Ningsih, D. Y. (2020). Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an di SMK Negeri 2 Arga Makmur. Skripsi, IAIN Bengkulu. http://repository.iainbengkulu.ac.id/4282/
Abdul Aziz, H., Shajaratuddar, S., & Handrianto, B. (2023). Pendidikan karakter dalam Islam: Solusi untuk dekadensi moral generasi muda. Idarah Tarbawiyah: Journal of Management in Islamic Education, Vol. 4, No. 1 (2023): 1–12. https://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/JIEM/article/view/9385
Suarningsih, Ni Made. 2024. “Mengatasi Degradasi Moral Bangsa Melalui Pendidikan Karakter.” JOCER: Journal of Civic Education Research, Vol. 2, No. 1 (2024): 1–7. https://journal.tirtapustaka.com/index.php/jocer/article/view/47
Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News