Mengenal Desa Adat Huaulu

Rumah adat atau Baileo Desa Huaulu
Rumah adat atau Baileo Desa Huaulu

Era saat ini, dengan berbagai perkembangan jaman yang modernisasi, dengan berbagai teknologi yang semakin canggih, serta berbagai macam lainnya yang membuat perkembangan sampai di kalangan desa terpencil. Namun tidak di sangka masih ada juga desa yang selalu menjaga kearifan lokalnya serta melestarikan warisan leluhurnya sampai sekarang ini.

Adalah Desa Huaulu yang terletak di bawah kaki gunung binaya Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah. Dengan jarak tempuh dari gapura sampai masuk pada kawasan desa Huaulu sekitar 3 kilometer atau sekitar 25 menit. Namun sebelum masuk pada kawasan Desa Huaulu ini perlu untuk melaporkan diri ke kantor desa yang teletak paling depan sebelum memasuki kawasan rumah unik didesa Huaulu tesebut. Merupakan salah satu desa yang masih melestarikan warisan leluhur adat mereka mulai dari rumah dan berbagai kegiatan ritual lainnya. Ada juga tempat-tempat keramat yang sampai sekarang masih dipercaya oleh Desa Huaulu setempat.

Baca juga: Merespon Tantangan Revolusi Industri 4.0 dengan Penerapan Progam Desa Cerdas

Bacaan Lainnya

Rumah Adat

Baileo namanya. Salah satu tempat yang digunakan untuk kegiatan adat atau untuk tempat pertemuan Desa. Konon katanya, rumah adat Baileo ini dijadikan sebagai rumah Raja/rumah kepala Desa dan rumah beribadah. Untuk mendirikan Baileo tersebut, desa Huaulu harus mengadakan upacara adat dengan meletakkan sebuah tempurung kelapa pada tiang yang berdiri kokoh di samping Baileo tersebut. Dulu, ritualnya adalah menanam tengkorak manusia di tiang-tiang penyangga Baileo yang terbentuk meyerupai rumah panggung itu. Namun seiring berkembangnya jaman, ritul itu telah diganti.

Ukuran Baileo sangat besar dan terbuka, tidak adanya penyekat jendela atau pintu. Memiliki tempat duduk yang panjang mengelilingi bagian dalam bangunan sebagai tempat rapat hingga sampai pada acara makan besar bersama-sama. Di sudut Baileo terdapat satu ruangan privasi berupa kamar tidur, yang uniknya tidak hanya di gunakan untuk tidur saja, tetapi di gunakan juga untuk memasak serta kegiatan rumah tangga.

Tanda Kedewasaan Laki-laki dan Perempuan

Masyarakat Desa Huaulu memiliki satu ciri khas pada laki-laki yang dimana pertanda bahwa laki-laki tersebut sudah dikatakan dewasa. Adalah dengan memakai kain merah atau disebut sebagai kain berang di kepalanya. Kain berang itu biasanya dipakai untuk laki-laki yang telah beranjak usia 15-17 tahun. Selain itu juga sebagai tanda kebanggaan pada laki-laki Desa Huaulu, sebab warna merah bagi mereka adalah unsur keberanian pada laki-laki.

Sedangkan untuk perempuan dikatakan telah dewasa yaitu jika telah mendapat menstruasi. Namun mereka diwajibkan untuk menjalani ritual Pinamou yang dimana ritual pinamou itu dilakukan ketika perempuan tersebut sedang memasuki masa menstruasi. Mereka akan keluar dari rumah dan diharuskan untuk tinggal di Posune. Posune adalah sebuah rumah kecil yang hanya dihuni oleh perempuan. Selang berjalannya menstruasi beberapa hari itu, mereka hanya bisa dilayani oleh saudara perempuan atau ibunya dengan alasan darah menstruasi dianggap tidak baik untuk lingkungan adat sekitar.

Setelah selesai masa menstruasi, perempuan tersebut harus mandi bersih dan menggunakan konde serta kebaya. Lalu masyarakat Desa Huaulu tersebut akan melakukan upacara adat untuk menunjukkan bahwa perempuan itu dikatakan atau sah menjadi perempuan dewasa.

Tempat Keramat

Tempat-tempat keramat barangkali sudah tidak asing lagi untuk didengar apalagi pada desa yang masih memiliki adat sangat kental atau masih melestarikan adat mereka. Begitupula yang ada di desa Huaulu ini, terdapat beberapa tempat yang tidak di ijinkan untuk mengambil gambar atau hanya sekedar berfoto. Terdapat di bagian paling atas desa huaulu. Berdasarkan apa yang di katakan orang-orang setempat bahwa beberapa rumah itu adalah salah satu kawasan karamat, sebagai sesuatu yang tidak boleh di langgar. Jika di langgar maka akan mendapatkan musibah. “Percaya atau tidak, hal itu sudah dibuktikan dan dirasakan oleh penggunjung yang berkunjung ke sini sebelumnya” kata bapak Petrus. Salah satu warga yang bermukim dekat dengan tempat keramat tersebut.

Kawasan desa Huaulu masih sangat kental dengan adat. Mata pencaharian mereka adalah berkebun, dengan menanam cengkih, durian, pala, coklat, pisang, singkong, campada dan hasil alam lainnya. Hasil alamnya sebagai sumber pangan lokal mereka. Juga terdapat beberapa agama yaitu Hindu, Islam dan Kristen. Walau pun begitu mereka selalu beradaptasi dengan baik dan tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain. Begitulah cara mereka untuk saling menghargai.

“Pelajari budaya modern”
“Pelihara budaya lokal”

Biodata penulis

Nama Salma Mukadar biasa disapa Ama. Lahir di Sawai 11 Juli 1996 suka menulis dan jalan-jalan. Bergeser dari tulisan ini, kalian bisa menemukan kumpulan kata-katanya di halaman facebook MENJAHIT KATA.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.