Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan

Muhammadiyah
Sumber: suaraaisyiyah.id.

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan. Pembahasan yang diangkat adalah memiliki peran penting dalam mencerdaskan umat Islam di Indonesia melalui integrasi antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan modern. Sejak didirikan pada tahun 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah berkomitmen untuk menyediakan pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang rahmatan lil’alamin dan relevan dengan perkembangan zaman. Gerakan pendidikan Muhammadiyah tercermin dalam pendirian berbagai lembaga pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Pendekatan yang diterapkan Muhammadiyah bertujuan untuk membentuk generasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan siap berkontribusi dalam masyarakat. Melalui kajian pustaka, artikel ini mengkaji kontribusi Muhammadiyah dalam dunia pendidikan, tantangan yang dihadapi, serta dampaknya terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Gerakan pendidikan Muhammadiyah diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan manfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Kata Kunci: Muhammadiyah, gerakan pendidikan, integrasi agama dan ilmu pengetahuan, pendidikan Islam Indonesia.

Pendahuluan

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta. Organisasi ini memiliki berbagai misi, salah satunya adalah untuk mencerdaskan umat Islam melalui pendidikan. Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah berkomitmen untuk mengembangkan pendidikan yang mengintegrasikan ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan modern. Sebagai gerakan pendidikan, Muhammadiyah tidak hanya fokus pada pembelajaran agama, tetapi juga pada pengembangan keterampilan dan wawasan umum agar masyarakat dapat bersaing di tingkat global.

Pendidikan yang diperkenalkan oleh Muhammadiyah bertujuan untuk membentuk individu yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga akhlak yang baik dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Konsep pendidikan yang diterapkan oleh Muhammadiyah mengedepankan prinsip keadilan, pemerataan akses pendidikan, serta memadukan kurikulum yang bersifat duniawi dan ukhrawi. Hal ini menjadi salah satu ciri khas gerakan pendidikan Muhammadiyah yang membedakannya dari institusi pendidikan lainnya (Abdullah, 2013).

Bacaan Lainnya

Berdasarkan kajian pustaka, beberapa peneliti menyoroti kontribusi besar Muhammadiyah dalam pendidikan di Indonesia. Ahmad (2014) mencatat bahwa Muhammadiyah telah mendirikan berbagai lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, yang kini telah berkembang pesat. Ari (2012) juga menekankan pentingnya peran Muhammadiyah dalam mendirikan sekolah-sekolah yang tidak hanya mengajarkan agama tetapi juga ilmu pengetahuan umum yang relevan dengan kebutuhan zaman. Hal ini mengarah pada terciptanya generasi yang lebih terdidik dan siap menghadapi tantangan global.

Menurut Aliyah (2013), keberhasilan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan tidak lepas dari upaya organisasi ini dalam menciptakan kurikulum yang dinamis dan relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, pendidikan Muhammadiyah juga mengutamakan nilai-nilai etika dan moral yang sejalan dengan ajaran Islam, sehingga mencetak individu yang tidak hanya cerdas tetapi juga berbudi pekerti luhur.

Berdasarkan berbagai kajian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan telah memberi kontribusi signifikan terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Melalui sistem pendidikannya, Muhammadiyah mampu mencetak generasi yang berilmu, berbudi pekerti, dan siap menghadapi tantangan zaman. Seiring berjalannya waktu, pendidikan Muhammadiyah terus beradaptasi dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan bangsa.

Dengan latar belakang tersebut, artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai peran Muhammadiyah dalam gerakan pendidikan di Indonesia, termasuk pendekatan-pendekatan yang diterapkannya serta tantangan yang dihadapi dalam upaya mencerdaskan umat. Untuk itu, penulis akan mengkaji berbagai sumber yang relevan, baik yang berbentuk buku, artikel ilmiah, maupun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik ini (Muhammad, 2012).

Baca Juga: Muqaddimah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah

Pembahasan

Faktor yang Melatarbelakangi Gerakan Muhammadiyah di Bidang Pendidikan

Secara historis faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah adalah adanya pemahaman agama umat Islam di Indonesia yang beragam dan kondisi keadaan Masyarakat Kauman, Yogyakarta yang jauh dari kesejahteraan dan pendidikan. Oleh karena itu K.H. Ahmad Dahlan memiliki ide untuk menciptakan sebuah Lembaga Pendidikan. Sebagai gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan selain dari Pemahaman tentang keagamaan juga di bidang Pendidikan dirasa perlu karena pada zaman itu Pendidikan di desa Kauman sangatlah kurang karena banyaknya kemiskinan akibat dari penjajahan bangsa Belanda. Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori pendidikan Islam modern. Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara. Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud “pondok pesantren“, dimana islam diajarkan di mushola langar masjid. Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan.  Sorogan adalah sistem pendidikan dimana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab dan mengartikan. Kemudian sang santri hanya mendengarkan penjelasan dari semasa itu hanya berorientasi pada hafalan sang kyai. Cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadits, Fiqih dan Ushul Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga awal abad ke-20. Dalam sekolah Belanda para murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara berpikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam. Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi umat Islam.

Bentuk-Bentuk dan Model Pendidikan Muhammadiyah

Pendidikan muhammadiyah merupakan salah satu sistem pendidikan yang dikelola oleh organisasi islam muhammadiyah di indonesia. Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah memiliki misi untuk melahirkan generasi Muslim yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia, serta mampu berkontribusi bagi kemajuan masyarakat. Muhammadiyah konsekuen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur pendidikan. Ada beberapa bentuk pendidikan Muhammadiyah:

  1. Muallimin Muallimat Yogyakarta (pondok pesantren)
  2. Madrasah Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
  3. Sekolah Diknas; TK, SD, SMP, SMA SMK, Universitas ST Politeknik Akademi
  4. Madrasah Diniyah, dan lain-lain 

Pendidikan Muhammadiyah perlu ada keberanian dalam berikhtiar memikirkan paradigma baru. Dalam penyelenggaraannya pendidikan Muhammadiyah memiliki model yang tidak selebihnya mengikuti pendidikan yang diselenggarakan pemerintah atau sekolah umum lainnya. Model pendidikan Muhammadiyah lebih cenderung pada sistem pendidikan moral atau yang sekarang lebih dikenal dengan pendidikan berbasis karakter. Sejak awal, pendidikan Muhammadiyah bukan lagi berpatokan dengan pendidikan berbasis kognitif. Pendidikan Muhammadiyah sudah sejak awal berpatokan pada sistem pendidikan moral. Moral akan menjadikan sebuah pendewasaan diri setiap siswa-siswi untuk bisa menghadapi masa depan. Justru dengan adanya sistem pendidikan moral siswa-siswi akan tertantang untuk maju menghadapi sistem pendidikan akademis dengan mudah. Model icon tersebutlah, yang selalu kita miliki di pendidikan Muhammadiyah. Mulai dari ramah anak, ramah otak, ramah lingkungan, ramah moral yang akan terus kita kembangkan untuk kekhasan pendidikan Muhammadiyah. Semakin kita kelola kekhasan model tersebut, semakin kita memiliki keunikan pada sekolah-sekolah lain diluar sekolah Muhammadiyah. Bila moral atau karakter telah terbentuk maka yang harus kita benahi adalah membuat perencanaan untuk pengembangan sekolah. Pertama, potensi siswa dengan memperhatikan pengembangan akademik dan pengembangan minat. Kedua, sarana dan prasarana sekolah. Ketiga, menyamakan visi dan misi guru, karyawan yang ada di area pendidikan Muhammadiyah. Bila pendidikan Muhammadiyah telah terkonsep, maka sekolah Muhammadiyah akan terus berkembang dengan diferensiasinya serta positioning yang tepat di Masyarakat.

Baca Juga: Muhammadiyah sebagai Gerakan Ekonomi

Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah

Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia- manusia baru yang mampu tampil sebagai “ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri dimana agama dan pengetahuan umum Bersama-sama diajarkan. Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah sekolah, jelasnya madrasah sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik.

Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhammadiyah

Pemikiran Ahmad Dahlan mengenai pendidikan sangat revolusioner. Beliau adalah seorang pendidik yang melakukan modernisasi dalam bidang pendidikan Islam. Di mana, dari sistem pondok pesantren waktu itu yang melulu diajarkan pelajaran pendidikan agama Islam, dan dari sistem pondok yang melulu diajar secara perseorangan menjadi secara klasikal di kelas dan ditambah dengan pelajaran pengetahuan umum yang mampu membawa umat menuju pencerahan. Perubahan yang dilakukan tentu saja mendapat tantangan dari masyarakat. Namun, Ahmad Dahlan memiliki prinsip, etika dan keilmuan yang kuat sehingga pelan namun pasti, konsep pembaharuan tersebut akhirnya diterima masyarakat luas. Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh pendidikan (intelektual muslim) yang melakukan rekonstruksi bangunan paradigma yang menjadi dasar pendidikan nasional. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa untuk memajukan pendidikan diperlukan cara-cara sebagaimana yang digunakan dalam sekolah yang maju. Meniru model penyelenggaraan sekolah tidak berarti mengabaikan nilai ajaran agama, sebab penyelenggaraan sistem pendidikan merupakan wilayah muamalah yang harus dikembangkan sendiri. Ahmad Dahlan hanya mengambil cara-cara yang dianggap baik, namun untuk hal-hal yang tidak baik seperti materialistis dan individualistis dari budaya sekolah barat dihindari oleh beliau.

Para pendidik khususnya di sekolah Muhammadiyah harus menghayati dan mengimplementasikan konsep dan etika yang ditanamkan oleh Ahmad Dahlan. Ketika dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah terdapat keutuhan dalam konsep pendidikan yang digagas oleh Ahmad Dahlan, antara lain:

  1. Adanya keutuhan dalam tujuan dan materi pembelajaran.
  2. Adanya keutuhan antara teori dan praktik. Konsep ini melahirkan prinsip ilmu amaliah dan amal ilmiah. Di mana, ilmu akan bermanfaat ketika diamalkan untuk kepentingan masyarakat banyak.
  3. Adanya keutuhan antara pendidikan formal dan nonformal. Pada pendidikan formal para siswa belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan, ilmu agama dan umum, serta ilmu pengetahuan tersebut akan semakin mendalam manakala ilmu diaplikasikan. Sedangkan pada pendidikan nonformal siswa akan belajar soft skill, seperti kepemimpinan, semangat kebangsaan, kesetiaan, tanggung jawab dan rela berkorban, ini merupakan ciri ketiga pendidikan holistik yang dikembangkan dalam pendidikan Muhammadiyah.
  4. Adanya kesatuan di antara berbagai pusat Pendidikan. Sejak awal berdirinya sekolah Muhammadiyah telah ditetapkan kesatuan dari empat pusat pendidikan, yakni sekolah, keluarga, masyarakat dan masjid. Sehingga, integrasi dari keempat pusat pendidikan perlu dikembangkan dan disinergikan.

Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah

Ketua Majelis Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan NonFormal (Dikdasmen PNF) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Didik Suhardi menguraikan terdapat tujuh tantangan pendidikan Muhammadiyah. Tantangan yang pertama terkait Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sejak diterapkannya kebijakan zonasi. Tantangan ini tidak hanya dihadapi oleh sekolah negeri tetapi juga sekolah swasta. Oleh karena itu, Muhammadiyah berharap PPDB dapat mencakup seluruh jenis sekolah dan diharapkan dapat menjadi kebijakan nasional. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama, dan para penyelenggara pendidikan swasta juga harus ikut berperan aktif.

Tantangan yang kedua adalah adaptasi teknologi dalam dunia pendidikan. Diperlukan digitalisasi pendidikan agar peserta didik dapat bersaing dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Penggunaan teknologi dalam pendidikan juga diharapkan dapat meningkatkan daya tarik pembelajaran dan memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik bagi peserta didik. Majelis Dikdasmen PNF telah mengembangkan learning management system Edukasi Digital Muhammadiyah (EduMu) dan pangkalan data Sistem Informasi Dikdasmen PNF Muhammadiyah (SidikMu) yang mendorong agar sekolah-sekolah Muhammadiyah memanfaatkannya demi kemajuan sekolahnya.

Tantangan yang ketiga adalah revitalisasi Al Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Asing (Ismuba). Ismuba merupakan mata pelajaran inti dalam sistem pendidikan Muhammadiyah, dan upaya menyajikan materi dengan cara yang menarik diharapkan dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap bidang tersebut. Dengan demikian, Muhammadiyah berkomitmen untuk menyediakan materi yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik sejak tingkat pendidikan dasar.

Tantangan yang keempat adalah pendidikan nonformal seperti program kesetaraan dan kursus. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan diri. Muhammadiyah menyadari bahwa ada sekolah dengan jumlah murid yang rendah, dan dalam hal ini, Muhammadiyah akan membentuk satuan tugas penjamin mutu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah tersebut.

Tantangan yang kelima terkait pemberdayaan ekonomi sekolah. Dapat dilakukan melalui pembentukan koperasi yang diharapkan dapat mencari sumber-sumber pendanaan alternatif diluar bantuan orang tua siswa, sehingga sekolah dapat beroperasi dengan lebih mandiri. Perkembangan koperasi sekolah ini diharapkan dapat meningkatkan taraf ekonomi sekolah dan membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik.

Tantangan yang keenam adalah pada sistem evaluasi pendidikan. Upaya untuk mengembangkan ujian bersama sekolah Muhammadiyah menjadi hal yang penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kolaborasi dengan PTM dan sekolah-sekolah yang bergerak di bidang teknologi informasi akan membantu menyusun sistem ujian yang lebih efektif dan dapat memotivasi peserta didik untuk berprestasi lebih tinggi.

Tantangan yang ketujuh adalah memiliki sekolah unggulan di setiap kabupaten dan kota. Sekolah unggulan juga menjadi fokus Muhammadiyah. Melalui program sekolah unggulan, Muhammadiyah berharap dapat menciptakan lembaga pendidikan yang menjadi rujukan dan panutan dalam memberikan pendidikan berkualitas.

Baca Juga: Pranata Sosial dalam Segi Agama: Kaitan Aliran Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah dengan Pranata Sosial

Penutup

Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan ilmu pengetahuan modern, Muhammadiyah berhasil menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan intelektualitas, tetapi juga membentuk karakter generasi muda yang berakhlak mulia. Pendekatan inklusif yang diterapkan dalam setiap lembaga pendidikan Muhammadiyah memungkinkan akses pendidikan yang luas bagi berbagai kalangan masyarakat.

Meskipun telah mencapai banyak kemajuan, gerakan pendidikan Muhammadiyah masih menghadapi tantangan, seperti kebutuhan untuk terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, peningkatan kualitas pendidikan, serta pemerataan akses pendidikan di daerah terpencil. Namun, dengan komitmen yang kuat untuk mencerdaskan umat dan menegakkan nilai-nilai Islam dalam pendidikan, Muhammadiyah tetap menjadi salah satu kekuatan utama dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas di Indonesia.

Ke depan, diharapkan Muhammadiyah terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan sistem pendidikan yang lebih baik dan dapat mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Dengan demikian, Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan diharapkan dapat berperan lebih besar dalam menciptakan generasi yang cerdas, berakhlak, dan siap menghadapi masa depan yang penuh tantangan.

Penulis:
1. Erika Dilla Suryani
2. Desi Nur Hidayati

Mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadiyah Gresik

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Rujukan

PWM Jateng. (n.d.). Pemikiran Pendidikan Ahmad Dahlan dan Implementasinya Telaah Prinsip Etika

Suara Muhammadiyah. (2023). Tujuh Tantangan Pendidikan Muhammadiyah Menurut Didik Suhardi.

Abdullah, M. (2013). Pendidikan Islam di Indonesia: Peran dan Kontribusi Muhammadiyah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmad, R. (2014). Muhammadiyah dan Transformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Ari, R. (2012). Pendidikan Muhammadiyah: Sejarah, Konsep, dan Perkembangan. Bandung: Alfabeta.

Aliyah, A. (2013). Pendidikan dan Pembentukan Karakter: Perspektif Muhammadiyah. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Muhammadiyah.

Muhammad, A. (2012). Muhammadiyah: Sejarah dan Perannya dalam Pendidikan Nasional. Surabaya: Pustaka Madani.

Hidayat, S. (2015). Pendidikan dan Peran Muhammadiyah dalam Mencerdaskan Bangsa. Jakarta: Rajawali Press.

Mulyana, D. (2017). Pendidikan Inklusif dalam Gerakan Muhammadiyah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

 Hasan, A. (2018). Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan Modern. Jakarta: Gramedia.

 Nurdin, R. (2016). Muhammadiyah dan Pendidikan di Era Globalisasi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Syamsuddin, M. (2019). Pemikiran Pendidikan KH. Ahmad Dahlan dan Implementasinya dalam Muhammadiyah. Malang: UMM Press.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses