Pengalaman Hidup Remaja yang Hamil di Luar Nikah

hamil di luar nikah

Masa remaja adalah periode yang memisahkan (masa peralihan) antara masa kanak-kanak dari masa dewasa. Remaja memiliki tugas perkembangan  yang harus dilewatinya dengan baik. Apabila gagal, maka remaja akan kehilangan arah, dampaknya, mereka akan mengembangkan perilaku yang menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat.

Salah satu fenomena yang sering terjadi pada masa remaja saat ini adalah fenomena kehamilan remaja di luar nikah. Hamil di luar nikah adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus dalam tubuhnya dalam keadaan belum/tidak disahkan secara formal dalam ikatan pernikahan dengan pasangannya.

Kehamilan pada remaja di luar nikah sering digambarkan sebagai kehidupan yang penuh depresi. Depresi pada remaja lebih cenderung terjadi pada mereka yang sering berpikiran negatif, memiliki konflik interpersonal, dukungan sosial yang rendah, dan kehidupan yang penuh stres.

Baca juga: Analisa Psikologi Kognitif: Mahasiswi Bunuh Diri di Makam Ayahnya usai Hamil Dipaksa Aborsi oleh Pacarnya

Bacaan Lainnya

Remaja yang hamil menderita depresi, kecemasan, frustasi dan agresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan orang dewasa.Ada dampak kehamilan diluar nikah pada usia remaja

Tingkat moralitas 2-4 tahun keli lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang buakan berusia remaja dan memiliki kesehatan fisik yang lebih buruk,resiko tinggi terhadap terjadinya penyimpangan perilaku dan penyimpangan perkembangan

Mulai Beradaptasi dengan Perubahan

Remaja mengalami banyak perubahan semenjak ia hamil. Baik fisiknya, maupun perubahan pada sistem sosialnya.

Dampak dari kehamilan di luar nikah telah perubahan besar dalam hidup remaja. pendidikan dan masa depan karir kedua partisipan menjadi kacau.

Partisipan I akhirnya dilepaskan dari posisinya sebagai ketua OSIS, mendapatkan ancaman kekecewaan yang besar atas harapan keluarga yang diembankan padanya mengenai masa depan studinya, hingga akhirnya ia tidak dapat melanjutkan studinya.

Partisipan II, mendapatkan reputasi yang buruk dari sekolahnya dan akhirnya dipindahkan ke sekolah lain.

Baca juga: Manajemen Stres pada Mahasiswa

Respon dari Lingkungan

Pada awal kehamilan, remaja menghadapi reaksi-reaksi dari lingkungan dengan cara berbohong atau mengalihkan topik pembicaraan. berespon dengan cara hanya berdiam, menghindar sama sekali dari lingkungannya (tidak keluar dari rumah) dan bahkan cenderung bersikap apatis.

Cara memberikan respon terhadap lingkungan di awal kehamilan antara dan  memiliki kemiripan, yaitu sama-sama berbohong, dan menutupi kehamilan mereka.

Menghadapi Tekanan-Tekanan yang Terjadi dan Keputusan yang Diambil

Mengalami tekanan yang luar biasa, baik berasal dari dalam mereka, berupa konflik interpersonal maupun dari lingkungan mereka.

Konflik interpersonal yang dialami berupa ketakutan dan perasaan bersalah karena telah berulang kali berbohong dan menyembunyikan keadaannya dari orang tuanya, ditekan pikiran-pikiran: sudah mempermalukan keluarga, sudah memperburuk nama sekolah; dan perasaan-perasaan: malu, takut dan khawatir.

Tekanan-tekanan dari lingkungan berupa ancaman, pergunjingan, dan juga kekecewaan pihak keluarga atas dirinya.Tekanan-tekanan tersebut menyebabkan mereka mengalami depresi, kecemasan, frustasi dan agresi yang akhirnya mengantarkan mereka dalam pengambilan keputusan yang beresiko.

Pengalaman hidup remaja yang hamil di luar nikah merupakan sebuah pengalaman hidup yang penuh tekanan dan traumatik.

Tekanan-tekanan yang dialami remaja berasal dari dalam dirinya sendiri (perasaan bersalah, malu, menyesal, marah) dan juga dari lingkungannya (dikucilkan, dipergunjingkan). Keputusan-keputusan yang diambil remaja sebagai mechanism coping terhadap tekanan yang dialamipun beragam, seperti: aborsi, percobaan bunuh diri, memberikan bayinya pada kerabat, hingga menikah.

Perjalanan yang sulit ini dilalui remaja dengan meninggalkan bekas yang dalam di hati remaja yang mengubahkan seluruh hidupnya: statusnya sebagai seorang ibu, pandangan hidup yang lebih dewasa dari sebelumnya, dan juga sebuah trauma terhadap kehamilan.

Nama: Veralistiana Irmaya
Mahasiswa Program S1 Keperawatan Universitas Binawan

 Dosen Pengampu: Apriyani Rianti, s.pd. M. Pd

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses