Pentingnya Menumbuhkan Minat Membaca pada Siswa

Siswa
Minat Membaca Siswa.

Minat membaca seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap kebiasaan membaca. Hal ini dikarenakan orang yang membaca buku tanpa adanya keinginan yang kuat untuk membaca tidak akan membaca buku dengan serius dan sepenuh hati.

Ketika seseorang membaca dengan bebas atau karena pilihan, maka mereka akan membaca dengan sepenuh hati. Orang yang terbiasa membaca akan terus mempraktikkan kebiasan ini.

Selain itu, kecintaan membaca membawa pengaruh positif bagi mereka. Karena memiliki minat membaca yang sangat tinggi menjadikan mereka juga sangat tertarik untuk belajar dan dapat memperoleh wawasan yang komprehensif.

Bacaan Lainnya
DONASI

Orang yang gemar membaca mempunyai ilmu yang luas dari buku yang dibacanya. Sangat disayangkan jika masih ada seseorang yang tidak suka membaca atau tidak terlalu tertarik membaca karena keterbatasan pengetahuan.

Minat dan motivasi untuk membaca merupakan sumber motivasi yang sangat penting dan kuat bagi seseorang untuk menganalisa, menghafal, dan mengevaluasi buku-buku yang dibacanya sebab orang tersebut membaca sebuah buku memang karena dia ingin membaca buku tersebut dari hati, yang merupakan pengalaman belajar menyenangkan.

Minat membaca mempengaruhi bentuk dan intensitas seseorang dalam menentukan cita-citanya di masa depan. Itulah proses pengembangan diri yang memegang peranan besar dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, keinginan tersebut harus terus diasah, dikembangkan, dan diperdalam karena minat membaca tidak datang begitu saja.

Membaca adalah berpikir. Berpikir adalah proses mengenali, memahami dan menafsirkan simbol-simbol yang mungkin mempunyai makna. Ada banyak faktor psikologis yang berperan di sini termasuk kemampuan, kecerdasan, minat, bakat, motivasi bahkan ada lagi yaitu kemampuan berkomunikasi dan berpikir kognitif.

Ini membantu kita memahami seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang banyak hal. Hal ini tentu membuat seseorang haus akan ilmu karena menunjukkan bagaimana mereka memandang hidupnya, arah yang sebenarnya ingin mereka tuju dan mereka tahu betapa sedikitnya ilmu yang baru mereka peroleh.

Kurangnya minat membaca berdampak signifikan terhadap kualitas Pendidikan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat membaca pada siswa yaitu faktor eksternal dan internal.

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemauan dan kebiasaan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor atau lingkungan yang berada di luar diri seseorang, misalnya lingkungan rumah, tetangga, lingkungan sekolah, dan lain-lain.

Terlebih lagi kehadiran internet adalah pedang bermata dua, karena internet begitu luas dan lengkap sehingga terkadang membaca menjadi lebih mudah bagi seseorang dan sebaliknya kehadiran internet membuat segalanya menjadi lebih mudah dan cepat.

Akses internet yang sangat mudah justru bisa menjauhkan seseorang dari dunia sastra. Faktor eksternal tersebut juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi, keinginan membaca dan kecenderungan membaca siswa.

Selain faktor-faktor di atas, rendahnya minat membaca juga disebabkan oleh faktor lain yaitu rendahnya pemahaman membaca seseorang khususnya siswa di sekolah.

Temuan Tim Program International School Assessment (PISA) Badan Penelitian dan Pengembangan Departement Pendidikan Nasional (2003) menyatakan bahwa pemahaman bacaan anak usia 15 tahun di Indonesia sangat memprihatinkan. Sekitar 37,6% hanya bisa membaca tanpa memahami maknanya dan 24,8% hanya bisa menghubungkan teks yang dibacanya dengan sejumlah informasi pengetahuan.

Data menunjukkan, minat membaca siswa Indonesia sangat rendah. Muchlas (2000) menemukan bahwa minat membaca siswa sebenarnya menurun, dengan siswa sekolah dasar berada di urutan ke 38 dan siswa SLTP di urutan ke 34 dari 39 negara.

Alasan siswa kurang tertarik membaca adalah karena berbagai jenis hiburan, permainan, acara TV, dan internet mengalihkan perhatian siswa dari buku. Banyaknya masyarakat yang mengunjungi warung internet hingga larut malam menunjukkan menurunnya minat membaca generasi muda di Indonesia.

Seperti yang terlihat para siswa ini tidak mencari bahan referensi untuk menyelesaikan tugas sekolahnya mereka hanya terlalu asyik dengan permainan tersebut hingga lupa waktu.

Kedua, terdapat banyak tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke, pusat perbelanjaan, supermarket, dan lain-lain. Bahkan, sebagian besar waktunya mereka habiskan untuk menonton sinetron yang kontennya kurang mendidik.

Tidak mengherankan jika pengunjung perpustakaan semakin berkurang seiring berjalannya waktu, kerena mereka lebih memilih menghabiskan waktunya di mall atau menonton film dibandingkan membaca.

Ketiga, budaya membaca bukanlah budaya nenek moyang kita sehingga masyarakat Indonesia khusunya generasi muda kurang menganggap membaca buku itu penting apalagi menjadikannya sebuah kebiasaan.

Keempat, fasilitas membaca seperti perpustakaan dan taman baca masih dinilai sangat langka dan asing. Kelima, harga buku masih cukup tinggi dan belum sesuai dengan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, jumlah buku di perpustakaan semakin sedikit dan pengunjung perpustakaan semakin sedikit. Duta Baca Nasional (2006) mengatakan, “Kita tidak bisa menyalahkan masyarakat atas rendahnya minat membaca.”

Melibatkan masyarakat dalam pengembangan perpustakaan merupakan upaya untuk mendorong minat membaca siswa. Membangkitkan minat membaca siswa memerlukan waktu yang tidak sebentar karena memerlukan proses membangkitkan minat membaca dan mengubah paradigma masyarakat Indonesia untuk memahami bahwa membaca itu sangat penting.

Hamijaya (2008) menyatakan, alasan lain rendahnya minat membaca adalah kurangnya kesempatan belajar inklusif dan budaya membaca. Tidak lengkapnya stok buku di perpustakaan sekolah menjadi salah satu penyebab menurunnya minat membaca siswa.

BPS (2008) menyatakan bahwa fakta menunjukkan Indonesia belum menjadikan membaca sebagai informasi, mereka lebih memilih TV dan mendengarkan radio yang kenaikannya hampir 21,11%.

BPS (2006) menyatakan bahwa masyarakat Indonesia yang memilih membaca baru 23,5% dari total penduduk sedaangkan yang memilih menonton TV sebanyak 85,9 % dan radio 40,3%.

Hal ini sangat disayangkan karena dari data di atas, masyarakat Indonesia setidaknya gemar membaca dan lebih memilih menggunakan media lain untuk mendapatkan informasi. Hal ini bedampak negatif terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.

Padahal membaca adalah kunci sukses masa depan manusia. Sama halnya dengan siswa, jika seorang siswa tidak suka membaca atau kurang minat membaca hal ini akan menyebabkan prestasi siswa tersebut menurun.

Dengan membaca, siswa bisa mendapatkan informasi-informasi yang belum diketahui dan buku merupakan sebuah sumber segala ilmu juga merupakan jendela dunia. Apabila kita tidak memupuk minat membaca yang kuat maka akan menimbulkan dampak negatif yang sangat besar.

Seperti, menurunnya prestasi seorang siswa dan berpengaruh pada menurunya kualitas output sumber daya manusia Indonesia dan juga akan mempengaruhi mutu Pendidikan di Indonesia.

Adapun peranan guru dalam meningkatkan minat membaca siswa (Miyan, 2016) sebagai berikut:

  1. Dinamisator, guru mengatur dan mengelola semua kegiatan membaca anak dengan mendinamiskan seluruh sumber bacaan;
  2. Evaluator, guru memberikan respon terhadap seluruh kegiatan membaca anak dengan menilai hasil bacaan anak dengan memberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil pemahaman;
  3. Konselor, guru memberikan petunjuk-petunjuk untuk menciptakan suasana psikologis yang kondusif demi terwujudnya jiwa, semangat dan motivasi dalam membaca yang optimal;
  4. Motivator, guru menjadi seseorang yang selalu mendorong dan memotivasi anak untuk mewujudkan minat membaca yang tinggi;
  5. Supervisor, guru mengawasi proses membaca, baik dalam jarak dekat maupun jarak jauh.

Strategi yang bisa diterapkan dalam meningkatkan minat baca siswa sebagai berikut:

  1. Buku bacaan dikemas dengan gambar-gambar yang menarik;
  2. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya minat baca anak-anak;
  3. Menumbuhkan minat baca sejak dini.

Siswa juga perlu melakukan sesuatu agar dapat menumbuhkan dan selanjutnya meningkatkan minat bacanya, dengan cara:

  1. Percaya bahwa gemar membaca merupakan hal yang terbaik untuk dapat bersaing di era global;
  2. Library visit sering mendatangi perpustakaan.

Selain peran serta guru, orang tua juga berperan aktif untuk membantu menumbuhkan minat membaca siswa, di antaranya:

  1. Membuat waktu membaca bersama keluarga;
  2. Membiasakan pergi ke perpustakaan;
  3. Memakai cara yang bervariasi untuk membantu menumbuhkan minat membaca anak.

Dengan adanya kerja sama antara guru dan orang tua mempunyai tujuan untuk merangsang minat membaca siswa  dengan menciptakan kegiatan rekreatif dan edukatif. Karena generasi mudalah yang akan mengambil alih kepemimpinan bangsa Indonesia dan menjadikan Indonesia lebih baik lagi.

Penulis: Silvi Anita Putri
Mahasiswa PGSD Universitas PGRI Ronggolawe Tuban

Dosen Pengampu: Ibu Yunita Suryani, M.Pd.

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI