Abstrak
El Nino adalah fenomena alam di mana iklim menjadi lebih hangat dibanding tahun-tahun biasa yang ditandai dengan kemarau panjang dan kekeringan. El Nino merupakan salah satu dampak perubahan iklim akibat pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca terutama akibat aktivitas manusia.
El Nino dapat berpengaruh terhadap proses tahapan wabah penyakit melalui perubahan kondisi iklim dan dinamika ekologi. Beberapa faktor berkontribusi pada hubungan ini adalah peningkatan suhu dan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
El Nino dapat mencemari sumber air, menyebabkan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera, tifus, dan hepatitis A.
Praktik sanitasi dan kebersihan yang buruk memperparah risiko ini. Selain itu juga masalah gizi, kekeringan akibat El Nino dan terganggunya siklus pertanian dapat menyebabkan kelangkaan pangan dan malnutrisi. Sistem kekebalan yang lemah karena nutrisi yang tidak memadai membuat populasi lebih rentan terhadap infeksi.
Upaya untuk memperkuat sistem pelayanan kesehatan, meningkatkan surveylans penyakit, dan mendorong ketahanan masyarakat menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa ancaman tidak kasat mata dari dampak kesehatan El Nino dapat di respon dengan tanggapan yang komprehensif dan efektif.
Abstract
El Nino is a natural phenomenon ini which the climate becomes warmer than usual years characterized by long droughts. El nino is one of the impacts of climate change due to global warming caused by increase in greenhouse gases, mainly due to human activities.
El Nino can affect the stages of disease outbreaks though changes in climatic conditions and and ecological dynamics. Several factors contributing to this relationship are rising temperatures and mosquito-borne diseases.
El Nino can contaminate water sources, causing the spread of waterborne diseases such as cholera, typhus and hepatitis A. Poor sanitation and hygiene practices exacerbate these risks. In addition, nutritional problems, drought caused by El Nino and disruption of the agricultural cycle can cause food scarcity and malnutrition.
A weakened immune system due to inadequate nutrition makes the population more susceptible to infection. Efforts to strengthen the health care system, improve disease surveillance, and promote community resilience are important steps to ensure that the invisible threats from El Nino’s health impacts can be responded to in a comprehensive and effective manner.
Badan Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) memprakirakan bahwa di Indonesia pada tahun 2023 akan terjadi kemarau panjang akibat fenomena El Nino.
Ada peluang 60% untuk transisi dari ENSO-netral ke El Nino selama bulan Mei-Juli 2023, dan ini akan meningkat menjadi sekitar 70% pada bulan Juni-Agustus dan 80% antara bulan Juli dan September menurut Pembaruan, yang didasarkan atas masukan dari Pusat Produksi Global WMO.
Beberapa ahli bahkan menyebut El Nino tahun ini akan menjadi salah satu yang terkuat yang pernah terekam di era modern.
El Nino adalah fenomena alam di mana iklim menjadi lebih hangat dibanding tahun-tahun biasa yang ditandai dengan kemarau panjang dan kekeringan. El Nino merupakan salah satu dampak perubahan iklim akibat pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca terutama akibat aktivitas manusia.
Hasil riset dari Ruyu Gan yang diterbitkan jurnal ilmiah Nature Communicatons baru-baru ini menyebutkan bahwa fenomena El Nino menjadi lebih sering terjadi dalam 40 tahun terakhir dengan frekuensi setiap 13 tahun sekali.
El Nino terjadi akibat interaksi rumit antara laut dan atsmosfer yang berdampak luas kepada pola cuaca, ekosistem, dan ekonomi. El Nino memiliki arti “anak kecil” dalam bahasa spanyol. Fenomena ini mengacu kepada pemanasan berkala suhu permukaan laut di tengah dan timur samudra fasifik.
Dalam kondisi normal, angin pasang yang kuat mendorong air laut permukaan yang hangat menuju pasifik barat. Akumulasi air hangat ini menghasilkan gradien suhu yang signifikan di samudera pasifik, dengan air yang lebih dingin hingga naik disepanjang pantai Amerika selatan.
Selama El nino angin pasat ini melemah, memungkinkan air hangat bermigrasi ke arah timur. Redistribusi inilah yang akhirnya mengganggu gradien suhu dan mempengaruhi pola sirkulasi atmosfer.
Perairan hangat melepaskan panas ke atmosfer, menyebabkan naiknya udara dan pembentukan sistem tekanan darah di Pasifik tengah dan timur. Ini menggangu sirkulasi walker yang khas, pola sirkulasi atmosfer yang mendorong angin pasat dan pola cuaca.
Efek jangka panjang El Nino berpotensi mendatangkan malapetaka pada pola cuaca, ekosistem, dan ekonomi di seluruh dunia. Dampaknya dirasakan baik di negara maju maupun berkembang. Adapun dampak dari El Nino yang dimaksud dapat berupa gangguan sebagai berikut:
- El Nino dapat menyebabkan serangkaian anomali cuaca, termasuk kekeringan, banjir, dan badai hebat. Daerah yang biasanya mengalami kondisi basah dapat mengalami periode kering yang berkepanjangan, sedangkan daerah kering dapat tergenang oleh curah hujan yang berlebihan.
- Perubahan pola curah hujan dan suhu dapat sangat mempengaruhi pertanian, menyebabkan gagal panen dan kekurangan pangan. Hal ini dapat memiliki konsekuensi yang menghancurkan baik bagi ketahanan pangan lokal maupun pasar internasional. Selain itu juga akan berpengaruh terhadap pemenuhan pangan serta gizi masyarakat.
- Ekosistem laut sangat sensitif terhadap dampak El Nino. Peristiwa pemutihan karang, yang disebabkan oleh peningkatan suhu laut, dapat menyebabkan kematian terumbu karang secara luas. Perikanan juga dapat mengalami pergeseran dalam distribusi dan kelimpahan ikan.
- Dampak sosial ekonomi dari El Nino sangat besar. Kerusakan infrastruktur, berkurangnya produktivitas pertanian, dan meningkatnya permintaan energi (karena suhu ekstrem) dapat membebani ekonomi dan menyebabkan kerugian finansial.
Potensi Dampak El Nino terhadap Kesehatan Manusia
Efek dari El Nino seringkali dikaitkan dengan efeknya yang luas terhadap pola cuaca dan ekosistem, namun selanjutnya pengaruhnya ternyata meluas melampaui domain tersebut.
Interaksi kompleks antara kondisi laut dan atmosfer selama peristiwa El Nino juga dapat berdampak besar terhadap kesehatan manusia. El Nino dapat berpengaruh terhadap proses tahapan wabah penyakit melalui perubahan kondisi iklim dan dinamika ekologi. Beberapa faktor berkontribusi pada hubungan ini adalah:
1. Peningkatan Suhu dan Penyakit yang Ditularkan oleh Nyamuk
El Nino terkait dengan perubahan suhu yang lebih tinggi dan pola curah hujan yang berubah, yang menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perkembangbiakan nyamuk.
Hal ini menyebabkan prevalensi penyakit yang lebih tinggi seperti malaria, demam berdarah, dan virus Zika karena nyamuk berkembang biak dalam kondisi yang lebih hangat dan lebih basah.
2. Banjir dan Penyakit yang Ditularkan Air
Curah hujan yang tinggi dan banjir selama peristiwa El Nino dapat mencemari sumber air, menyebabkan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera, tifus, dan hepatitis A. Praktik sanitasi dan kebersihan yang buruk memperparah risiko ini.
3. Masalah Gizi
Kekeringan akibat El Nino dan terganggunya siklus pertanian dapat menyebabkan kelangkaan pangan dan malnutrisi. Sistem kekebalan yang lemah karena nutrisi yang tidak memadai membuat populasi lebih rentan terhadap infeksi.
Selain dampak langsungnya, El Nino juga dapat berkontribusi pada permasalahan kesehatan mental di masyarakat yang terkena dampak:
- Pemindahan dan kehilangan: Peristiwa cuaca buruk dan bencana terkait dapat memaksa orang meninggalkan rumah mereka, mengakibatkan pemindahan, kehilangan mata pencaharian, dan meningkatnya stres.
- Ketidakpastian ekonomi: Kegagalan panen, penurunan produktivitas pertanian, dan gangguan ekonomi dapat menyebabkan tekanan finansial dan ketidakpastian tentang masa depan, yang mempengaruhi kesejahteraan mental.
- Dinamika Sosial dan Komunitas: Ketegangan yang disebabkan oleh tantangan terkait El Nino dapat menyebabkan ketegangan sosial, konflik komunitas, dan penurunan kohesi sosial, yang selanjutnya berdampak pada kesehatan mental.
Upaya untuk mengembangkan ketahanan terhadap dampak kesehatan El Nino membutuhkan pendekatan multi-aspek:
- Sistem Peringatan Dini: Membangun dan memperkuat sistem peringatan dini dapat membantu masyarakat bersiap menghadapi wabah penyakit, peristiwa cuaca ekstrem, dan tantangan kesehatan.
- Peningkatan Sistem Surveylans: Sistem surveylans penyakit yang kuat dapat membantu mendeteksi dan menanggapi wabah dengan cepat, mencegah eskalasinya.
- Pendidikan Kesehatan Masyarakat: Mempromosikan praktik kebersihan, pengelolaan air yang aman, dan strategi pengendalian vektor dapat mengurangi risiko penularan penyakit.
- Ketahanan Sistem Layanan Kesehatan terhadap Perubahan Iklim: Mengembangkan infrastruktur perawatan kesehatan yang tahan terhadap dampak El Nino dan peristiwa terkait iklim lainnya sangat penting untuk mempertahankan layanan kesehatan.
Dampak kesehatan dari El Nino berfungsi sebagai peringatan dari kondisi jejaring hubungan antara lingkungan dan kesejahteraan manusia.
Karena peristiwa El Nino menjadi lebih sering dan intens karena perubahan iklim, maka mengatasi konsekuensi kesehatannya dari El Nino membutuhkan tindakan kolektif, pembuatan kebijakan serta kerja sama semua pihak di tingkat nasional dan internasional.
Upaya untuk memperkuat sistem pelayanan kesehatan, meningkatkan surveylans penyakit, dan mendorong ketahanan masyarakat menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa ancaman tak kasat mata dari dampak kesehatan El Nino dapat di respon dengan tanggapan yang komprehensif dan efektif.
Penulis: R. Mugi Prajeni W.
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Referensi
Khasanah, I. U. dan Sastra, A.R., 2017, Pengaruh Fenomena El-Nino dan La-Nina Terhadap Perairan Sumatera Barat, Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4.
Maulidiya, H., Ihwan, A. dan Jumarang, M.I., 2012, Penentuan Kejadian El-Nino Dan La-Nina Berdasarkan Nilai Selatanern Oscilation Indeks, Positron
Sitompul, Z. dan Nurjani, E., 2013, Pengaruh El Nino Selatanern Oscillation (Enso) Terhadap Curah Hujan Musiman Dan Tahunan Di Indonesia, Jurnal Bumi Indonesia, Vol. 2