Literatur Review: Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder pada Tanaman sebagai Antidiabetik

The right hand of a housewife from Indonesia holds and shows some green betel leaves

Abstrak

Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah. Prevalensi penderita diabetes melitus meningkat setiap tahun pada orang dewasa. Obat-obatan kimia bukan menjadi pilihan utama untuk dikonsumsi dalam jangka panjang akibatnya kadar gula darah tidak sedikit yang dimiliki oleh penderita dapat terkontrol.

Perawatan “Back to Nature” sudah banyak dilakukan. Oleh karena itu, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan yang bermanfaat untuk luka diabetes. Metode yang digunakan adalah metode studi literatur, artikel dari tahun 2018 sampai 2022.

Hasil uji menunjukan bahwa dari lima artikel yang meneliti kandungan senyawa kimia dalam tanaman sebagai antidiabetik yakni daun pegagan, buah okra, daun binahong, daun kerehau, dan kulit buah salak.

Kata Kunci: Metabolit Sekunder, Centella Asiatica, Antidiabetik.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Demam Tifoid: Penyebab, Risiko, Gejala, dan Pengobatan

Pendahuluan

Diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dihadapi dunia. Prevalensi dan insiden penyakit ini meningkat secara drastis di negara-negara industri baru dan negara berkembang termasuk Indonesia (Krisnatuti dkk., 2014).

Penyakit diabetes mellitus mengalami peningkatan baik global, regional, dan nasional. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013 melaporkan prevalensi penduduk Aceh yang pernah didiagnosis diabetes mellitus oleh petugas kesehatan meningkat dari 1,0% pada tahun 2007 menjadi 2,6% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Alfian (2015), salah satu faktor yang mempengaruhi dalam penurunan kadar glukosa darah adalah kepatuhan dalam terapi pengobatan diabetes mellitus, oleh karena itu kepatuhan sangat erat hubungannya dengan kadar glukosa darah.

Semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien maka kadar gula darah akan turun, sebaliknya semakin rendah kepatuhan minum obat pasien maka kadar glukosa darah tidak dapat terkontrol yang artinya kadar glukosa darah akan tetap tinggi.

Dewasa ini, di dalam bidang kedokteran telah memanfaatkan bahan alam sebagai altenatif pengobatan. Bahan utama yang digunakan adalah tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat herbal. Tumbuhan yang ada di Indonesia memiliki keragaman yang sangat tinggi dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan potensi dan karakteristik masing-masing.

Baca Juga: Daun Handeleum Bisa Menjadi Obat Diabetes, Kok Bisa? Yuk Simak Penjelasannya!

Lebih dari 9.609 spesies tanaman Indonesia yang memiliki memiliki khasiat sebagai obat (Wasito, 2018). Banyak tumbuhan yang terdapat di sekitar lingkungan masyarakat yang memiliki banyak manfaat sebagai bahan obat (Sitasiwi, 2016), sebanyak 940 jenis digunakan sebagai bahan obat tradisional (Yassir & Asnah, 2018).

Metabolit sekunder adalah produk metabolisme yang sifatnya non esensial bagi pertumbuhan suatu organisme dan ditemukan berbeda-beda antarspesies (Amalia et al, 2020). Komplikasi luka diabetes pada penderita DM cukup banyak ditemukan di Indonesia, dan termasuk dalam 10 besar negara dengan pengidap DM terbanyak yang mencapai 8,5 juta jiwa.

Kadar glukosa darah yang tinggi di dalam darah menyebabkan penderita DM mengalami penyembuhan luka yang lebih lama dibanding dengan manusia normal. Hal ini karena luka pada kondisi DM termasuk dalam luka kronis (Nagori dan Solanki, 2011), akibat perpanjangan fase penyembuhan luka yaitu haemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling (Enoch dan Leaper, 2008).

Penanganan yang tidak tepat pada luka kronis pada DM akan mengakibatkan infeksi yang umumnya diatasi dengan amputasi (Jeffcoate dan Harding, 2003; Karri et al., 2015). Oleh karena itu, perlu adanya alternatif dalam perawatan luka diabetes yang dapat dilakukan dengan tanaman obat (Leung, 2007).

Masyarakat saat ini banyak yang memilih untuk mengobati luka diabetes dengan kembali memanfaatkan alam. Penelitian tentang manfaat tumbuhan yang dapat berkhasiat sebagai penyembuh luka pada pasien DM.

Ada lima jenis tanaman hasil penelitian yang akan di-review mengenai efektivitasnya dalam penyembuhan luka pada pasien DM. Kelima tanaman tersebut adalah daun pegagan, buah okra, daun binahong, daun kerehau, dan kulit buah salak. Hasil review ini diharapkan dapat memberikan gambaran metabolit sekunder yang perperan efektif dalam pengobati luka DM.

Baca Juga: Kandungan Bahan Aktif Tanaman Pegagan (Centella Asiatica l.) dan Khasiatnya dalam Bidang Kefarmasian

Metode

Metode yang digunakan merupakan studi literatur dari artikel terbaru yang di-publish maksimal tahun 2018 dengan keyword pencarian tanaman atau senyawa metabolit sekunder dari tanaman dengan obat kimia untuk penyakit diabetes.

Adapun jurnal yang diperoleh yakni Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol pada Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) (Maulida, 2019); Potensi Buah Okra (Abelmoschus Esculentus (L) Moench) Sebagai Antidiabetes (Pasaribu, dkk, 2022); Uji Aktifitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis) terhadap Kadar Gula Darah Mencit (Ardiani, 2019);

Pengaruh Gel Ekstrak Daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) terhadap Penyembuhan Luka pada Model Tikus Diabetes (Candra. S. dkk, 2018); dan Analisis Metabolit Sekunder dan Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Salak (Salacca zalacca(Gaertn.) Voss) terhadap Kadar Glukosa dan Ureum Kreatinin Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) (Handayani. dkk, 2021).

Data yang diperoleh dari tiap artikel kemudian digabung dan dianalisis perbedaan serta kesamaan senyawa metabolit sekunder yang berperan dalam penyembuhan luka diabetes.

Baca Juga: Manfaat Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.) sebagai Pencegah Gigi Berlubang

Pembahasan

Jenis penelitian dari kelima artikel adalah eksperimental. Kelima penelitian tersebut ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tanaman terhadap penyembuhan luka diabetes. Sebagian dari penelitian tersebut menggunakan tikus dan mencit sebagai bahan penelitian di mana penggunaan tikus dan mencit pada percobaan sebagai bentuk relevansi sebelum diaplikasikan ke manusia.

Pada artikel pertama, yakni penelitian yang dilakukan oleh Maulida (2019), ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) kental diperoleh dengan cara evaporasi menggunakan rotary evaporator. Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) jantan yang diinduksi EDTA + glukosa 10%.

Pengukuran kadar glukosa darah pada mencit menggunakan glukometer. Mencit dibagi menjadi enam kelompok perlakuan secara acak dengan pengobatan yang berbeda.

Kelompok 1, 2, 3, dan 4 masing-masing kelompok diberi ekstrak tanaman pegagan dengan konsentrasi 10; 20; 30; dan 40% (b/v) dalam pelarut aquades, sementara kelompok 5 diberi suspensi glibenklamid sebagai kontrol positif dan kelompok 6 diberi Na-CMC sebagai kontrol negatif.

Analisis data menggunakan uji statistik Anova dan Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tanaman pegagan mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, alkaloid, dan tanin. Uji Anova antar keenam perlakuan menunjukkan nilai signifikan 0,008 < 0,05, yang artinya terdapat suatu penurunan kadar glukosa darah yang bervariasi dari keenam perlakuan.

Baca Juga: Daun Binahong Obat Penyeda Nyeri Sakit Maag

Nilai rata-rata tertinggi sebesar 156,33 diperoleh dari hasil uji Duncan pada perlakuan dengan konsentrasi 40% yang paling efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak tanaman pegagan mempunyai aktivitas dalam menurunkan kadar glukosa darah.

Artikel penelitian kedua yang dilakukan oleh (Pasaribu, et al, 2022) yang bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis seberapa besar peran buah okra sebagai antidiabetes. Buah okra (Abelmoschus Esculentus) merupakan tanaman herbal yang tinggi serat dan memiliki kandungan flavonoid sebagai antioksidan  yang dapat berpotensi sebagai antidiabetes. 

Metode penelitian ini merupakan studi pustaka (literature review) menggunakan metode naratif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa, buah okra mengandung senyawa  metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan polifenol. 

Buah okramemiliki potensi digunakan sebagai salah satu terapi untuk penyakit diabetes melitus karena kandungan flavonoid, melalui penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase, perbaikan sel β pancreas dan sifat antioksidan.

Pada artikel penelitian ketiga yang dilakukan oleh Ardiani, Nasution, & Tanjung (2020). Daun binahong  (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) memiliki senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, saponin, alkaloid dan steroid yang merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit.  

Baca Juga: Tanaman Hias Penyelamat Bumi

Penelitian eksperimental menggunakan mencit (Mus musculus) jantan sebanyak 25 ekor yang dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok 1 sebagai kontrol negatif,  kelompok 2 sebagai kontrol positif (pembanding), kelompok 3, 4, dan 5 diberi ekstrak daun binahong dosis 100 mg/KgBB, 200 mg/KgBB dan 400 mg/KgBB. 

Penelitian ini dilaksanakan selama 10 hari di mana aloksan diinjeksi pada hari ke-7, pengambilan darah dan pemeriksaan kadar gula darah dilakukan pada hari ke-7 dan ke-10 menggunakan alat GCU Easy Touch.

Data penurunan kadar glukosa darah yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan One Way Anova dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil One Way Anova terhadap penurunan kadar gula darah antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan p< 0,05.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak daun binahong dapat menurunkan kadar gula darah pada  mencit diabetes akibat induksi aloksan. Di mana dosis optimal ekstrak daun binahong sebagai antidiabetes adalah 400 mg/KgBB.

Artikel penelitian keempat yang dilakukan oleh Candra. S. dkk, (2018). Tikus wistar diinduksi aloksan dengan dosis 75 mg/kg BB secara intravena hasilnya menunjukan gel ekstrak daun kerehau mempunyai efek dalam menyembuhkan luka pada model tikus diabetes dengan kandungan saponin, flavonoid, dan polifenol.

Baca Juga: Hubungan Farmakognosi dengan Obat

Artikel penelitian kelima yang dilakukan oleh Handayani T. W., Widodo A., Yanti R., Prasetyo E., & Tandi J. (2021). Kulit buah salak (Salacca zalacca(Gaertn.) Voss) secara tradisional memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan salah satunya untuk mengobati diabetes melitus. 

Penelitian ini bertujuan menentukan  kandungan senyawa metabolit sekunder pada ekstrak etanol kulit buah salak dan aktivitasnya terhadap kadar glukosa dan ureum kreatinin tikus putih jantan (Rattus norvegicus). 

Skrining fitokimia ekstrak dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Penelitian eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan 30 hewan uji yang terbagi menjadi 6 kelompok perlakuan, yaitu kontrol normal, kontrol positif, kontrol negatif, kelompok dosis 70, 140, dan 280 mg/kgBB). 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah salak mengandung alkaloid 7,61 %b/b; flavonoid 0,041%b/b; tanin 1,18 %b/b; dan saponin 2 %b/b. Ekstrak etanol kulit buah salak dosis 140 mg/kg BB memberikan efek terhadap penurunan kadar glukosa darah dan ureum kreatinin. 

Kulit buah salak berpotensi diteliti lebih lanjut sebagai antidiabetes. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan dari kelima artikel di atas menunjukkan bahwa senyawa dati tanaman-tanaman di atas dapat digunakan sebagai antidiabetik.

Baca Juga: 7 Hasil Rekayasa Genetika Tanaman

Senyawa-senyawa yang dimaksud adalah saponin, tannin, flavonoid dan induksi aloksan. Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang melibatkan gangguan pada saraf perifer dan otonomik. Penderita diabetes memiliki luka diabetes yang didefinisikan juga sebagai luka yang biasa terjadi pada kaki penderita diabetes, di mana terjadinya kelainan ini diakibatkan karena diabetes mellitus yang tidak terkendali.

Kelainan ini terjadi karena adanya gangguan pada pembuluh darah, gangguan persyarafan, dan adanya infeksi (Rusmalina, 2021). Penyembuhan luka pada penderita diabetes terdiri dari empat fase yaitu fase hemostatis, fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi atau resorbsi (Malini, dkk, 2017).

Tanin terserap masuk ke dalam aliran darah, membantu menurunkan glukosa, sehingga meminimalisir terjadinya infeksi akibat kontaminasi bakteri dan kelebihan glukosa. Hal ini diperkuat tanin bekerja meningkatkan kepekaan reseptor insulin sehingga insulin yang beredar dalam sirkulasi dapat dengan mudah berkaitan dengan reseptor insulin.

Selanjutnya akan terjadi mobilisasi glukosa dan transpor ke permukaan membran sel untuk mengangkut glukosa masuk ke dalam sel sehingga glukosa dalam darah akan berkurang (Rusmalina, 2021). Kandungan saponin juga membantu dalam mekanisme penyembuhan luka dengan memacu pembentukan kolagen.

Kolagen merupakan struktur protein yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Flavonoid merupakan antimikroba yang mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut serta dinding sel mikroba.

Baca Juga: Segudang Manfaat dari Tanaman Jahe

Flavonoid bersifat antiinflamasi sehingga dapat mengurangi peradangan serta membantu mengurangi rasa sakit, bila terjadi pendarahan atau pembengkakan pada luka. Selain itu, flavonoid bersifat antibakteri dan antioksidan serta mampu meningkatkan kerja sistem imun karena leukosit sebagai pemakan antigen lebih cepat dihasilkan dan sistem limfoid lebih cepat diaktifkan.

Senyawa fenol memiliki kemampuan untuk membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen, sehingga dapat merusak membran sel bakteri (Lissa. dkk, 2018). Pada fase hemostasis senyawa saponin diketahui dapat digunakan untuk menghentikan pendarahan yang memiliki sifat mengendapkan (precipitating) dan mengumpulkan (coagulating) sel darah merah.

Pada fase inflamasi menurut Rusmalina (2021), flavonoid, tannin, dan saponin memiliki kemampuan antimikroba berupa antibakteri dan antifungi. Hal ini membantu melawan infeksi mikroba yang terjadi di daerah luka, sehingga fase inflamasi dapat berjalan normal dan luka segera mengalami fase proliferasi.

Pada fase proliferasi senyawa flavonoid berperan dalam aktivitas antioksidan, sehingga dapat menghambat pelepasan senyawa oksigen reaktif pada jaringan luka yang dapat merusak sel-sel pada jaringan luka.

Selain itu, flavonoid merupakan vasculoprotectoragent yang merupakan agen untuk memperbaiki peredaran darah dengan meningkatkan pembentukan kapiler darah atau neovaskularisasi (Soni dan Singhai 2012). Senyawa tanin bersifat astringensia yang menyebabkan pori-pori kulit mengecil dan memperkeras kulit yang membantu reepitelisasi kulit (Robinson, 1995).

Baca Juga: Suwe Ora Jamu: Minuman Tradisional Kekinian yang Menyehatkan

Kesimpulan

Senyawa kimia metabolit sekunder yang sangat berpotensi untuk penyembuhan luka diabetes di antaranya saponin, tanin, dan flavonoid yang banyak terdapat pada tumbuhan atau buah di lingkungan sekitar.

Penulis:
1. Ade Afriyanti
2. Angga Agustia Wijiaya
3. Faradhila Venesha W.
4. Ranti Triambarwati
5. Thasya Noviza

Mahasiswa Jurusan/ Prodi DIII Farmasi Politeknik Kesehatan Hermina

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Pustaka

Alfian, R. 2015. Kolerasi Antara Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Pharmascience. 2(2) : 15-23.

Ardiani, R., Nasution, H. M., & Tanjung, F. A. (2020, December). Uji Aktifitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Kadar Gula Darah Mencit. In Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian (Vol. 3, No. 1, pp. 484-490).

B. a. S. R. Nagori, “Role of medicinal plants in wound healing,” Research journal of Medical Plant, vol. 5, pp. 392-405, 2011.

Candra, D. 2018. Pengaruh Gel Ekstrak Daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) Terhadap Penyembuhan Luka Pada Model Tikus Diabetes. Jurnal Ilmiah Farmasi, vol. 6, no. 2, pp. 70-80. Handayani, T. W., Widodo, A., Yanti, R., Prasetyo, E., & Tandi, J. (2021). Analisis Metabolit Sekunder dan Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah

Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) Terhadap Kadar Glukosa dan Ureum Kreatinin Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus). KOVALEN: Jurnal Riset Kimia7(3), 161-168.

Lissa, 2018. “Uji Efektivitas Serbuk Biji Duwet (Syzigiumcumini) Sebagai Obat Alternatif Luka Diabetes Mellitus,” pp. 1693-7945.

Malini, 2017. “Uji Potensi Sediaan Salep Ekstrak Etanol Kulit Buah Jengkol Untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Pada Kulit Mencit Model Diabet, Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon,” vol. 3, no. 2, pp. 205-210.

Maulida, U., Jofrishal, J., & Mauliza, M. (2019). Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol pada Tanaman Pegagan (Centella Asiatica (L) Urban). Katalis: Jurnal Penelitian Kimia dan Pendidikan Kimia2(2), 1-8.

Pasaribu, Aggridita Agita, et al. “Literature Review: Potensi Buah Okra (Abelmoschus Esculentus (L) Moench) Sebagai Antidiabetes.”  Jurnal Gizi dan Kesehatan 14.2 (2022): 238-244.

Robinson. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, Bandung: ITB. Rusmalina, S. (2021). Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Berkhasiat Pada Penyembuhan Luka

Diabetes. RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Kabupaten Batang5(2), 35-40.

S. a. L. D. Enoch, “Basic Science of Wound Healing,” Surgery Oxford, vol. 26, pp. 31-37, 2008.

Sitasiwi, Agung Janika., Muflikhatun, Mardiati Siti. 2016. Efek Antifertilitas Ekstrak Air dari Biji Carica Papaya terhadap Keteraturan Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi (Bulletin Anatomy and Physiology), 1 (1): 68-74. W. a. H. K. Jeffcoate, “Diabetic foot ulcers,” The Lancet, vol. 316, pp. 1545-1551, 2003.

Wasito, H. 2008. Peran Perguruan Tinggi Farmasi Dalam Pengembangan Industri Kecil Obat Tradisional Untuk Pengentasan Kemiskinan. Wawasan Tri Dharma Majalah Ilmiah Kopertis Wil.IV. No. 8.

Yassir, Muhammad & Asnah. 2018. Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Obat Tradisional Di Desa Batu Hamparan Kabupaten Aceh Tenggara. Jurnal Biotik, 6(1): 17-34.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses