Dewasa ini, seringkali dijumpai artis-artis tanah air yang melaksanakan tradisi mitoni sebagai tradisi penyambutan kehamilan yang memasuki bulan ketujuh. Aurel Hermansyah, mengutip dari IDN News (Sri, 2021), melaksanakan upacara mitoni pada 18 Desember 2021 lalu yang cukup menjadi perbincangan hangat di masyarakat.
Disamping itu ada beberapa artis Indonesia lainnya yang juga ikut melaksanakan tradisi mitoni seperti Nagita Slavina, Nella Kharisma, Vicky Shu, dan masih banyak lagi. Tradisi mitoni dalam lingkungan masyarakat Jawa Timur sendiri masih melekat kuat, sehingga banyak masyarakat Jawa Timur tetap melaksanakannya walaupun tidak bertempat tinggal lagi di Jawa Timur.
Tradisi mitoni atau yang lebih dikenal sebagai tradisi tingkeban oleh masyarakat adalah tradisi masyarakat Indonesia yang masih kental di lingkungan sekitar, terutama di lingkungan masyrakat Jawa Timur.
Baca Juga: Tari Serimpi sebagai Tari Tradisional yang Terkenal Akan Keindahannya
Di Kota Malang sendiri, tradisi mitoni masih sering dilakukan oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang masih merawat baik tradisi ini. Tradisi mitoni dilakukan atas dasar untuk memanjatkan perasaan syukur atas kesehatan ibu dan bayi serta memohon keselamatan bagi keduanya.
Hal ini biasanya termasuk dari salah satu tradisi tolak bala yang secara turun temurun berkembang di masyarakat. Asal muasal tradisi mitoni berawal dari tradisi slametan bagi pemeluk agama Hindu yang lambat laun diakulturasi dengan kebudayaan pemeluk agama Islam yang ada di Indonesia.
Tradisi mitoni dapat mudah dijumpai di lingkungan masyarakat adat, terutama yang masih menjunjung tinggi tradisi kejawen. Dalam pelaksanaan tradisi ini pun ada dua kepercayaan, yang mana sebagian masyarakat masih melaksanakannya secara tradisional, dan sebagian lagi melaksakannya menurut ajaran agama Islam.
Dalam sejarah perkembangannya, pelaksanaan tradisi mitoni semakin signifikan perbedaannya terhadap sejarah awalnya, tradisi mitoni biasanya dilaksanakan lebih ringkas dan sederhana dengan murni berkiblat dengan tata cara Islam yang tumbuh secara natural di masyarakat.
Adanya pandemi di Indonesia menyebabkan sedikit perubahan dalam tradisi mitoni, yang umumnya dilakukan beramai-ramai di sekitar hilir sungai menjadi hanya dilakukan oleh keluarga yang bersangkutan saja disaat prosesi mitoni.
Baca Juga: Suwe Ora Jamu: Minuman Tradisional Kekinian yang Menyehatkan
Setelahnya akan dilanjutkan dengan memberikan berkat atau makanan kepada tetangga-tetangga sekitarnya sebagai ungkapan syukur. Kenyataannya, tradisi mitoni tidak tercantum dalam syariat agama Islam, hal ini cukup menimbulkan banyak perbedaan pendapat terkait pelaksanannya di masyarakat.
Pemeluk agama Islam yang masih melakukan tradisi mitoni biasanya melaksanakan tradisi ini dengan ajaran Islam, yang mana dalam pelaksanaannya segala doa dan syukur hanya ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi mitoni biasanya dihiasi oleh bacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang dipimpin oleh pemuka agama setempat, pembacaan ayat-ayat Al-Quran bisa berbeda-beda pada setiap pemuka agama. Namun tujuan pembacaannya tetap sama, yaitu sebagai media penyalur permohonan untuk meminta kesehatan dan keselamatan bagi ibu dan bayi.
Berdasarkan wawancara terhadap salah satu tokoh pemuka agama yang masih melestarikan tradisi mitoni, yaitu Kiai Mahfudz dan Ustadz Muhammad Zaky, S.Pd. bersama Syahrul Rahman pada jurnalnya yang berjudul “Mitoni: Antara Budaya dan Agama” menyebutkan bahwa tradisi mitoni yang masih bertahan di masyarakat cenderung diisi oleh taghblig akbar, pengajian, dan prosesi lain yang berdasar pada agama Islam.
Mengutip dari jurnal Umi Machmudah yang berjudul ”Budaya Mitoni: Analisis Nilai-Nilai Islam dalam Membangun Semangat Ekonomi”.
Baca Juga: Living Hadits: Tradisi Ziarah Kubur dalam Agama Islam
Sepuluh surah yang biasa dibacakan saat berlangsungnya tradisi mitoni adalah surah Yasin, surah al-Waqiah, surah ar-Rahman, surah Muhammad, surah Luqman, surah Maryam, surah Kahfi, surah Thaha, surah Yusuf, serta surah al-Mulk.
Masyarakat yang memilih untuk mempertahankan tradisi mitoni mempercayai bahwa tradisi ini memegang banyak nilai-nilai penting yang dapat diajarkan secara turun-temurun.
Nilai-nilai yang dimaksudkan oleh masyarakat adalah mengingatkan untuk selalu meminta kesehatan dan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjadi media pendidikan dini bagi calon orangtua untuk senantiasa mengajarkan hal-hal kebaikan pada anaknya.
Hingga membangun silaturahmi antarmasyarakat dan memupuk kembali sifat gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Generasi muda beranggapan bahwa adanya pelaksanaan tradisi mitoni ini masih dianggap relevan bagi seluruh lapisan masyarakat mengingat nilai-nilai yang berusaha ditanamkan.
Ketika pelaksanaan tradisi ini tidak menyinggung atau merendahkan keyakinan dan kepercayaan masyarakat, maka tradisi mitoni dapat terus dilestarikan di lingkungan masyarakat.
Baca Juga: Tradisi Wiwitan yang Kian Memudar
Di sisi lain, tradisi mitoni yang sudah dianggap sebagai warisan budaya Indonesia, ada baiknya tetap dilestarikan khususnya di era globalisasi saat ini.Upaya-upaya pelestarian mitoni di lingkungan masyarakat tentu tidak lepas dari kontribusi baik dari anggota masyarakat itu sendiri, LSM budaya terkait, karang taruna, hingga peran penting mahasiswa dalam menyebarkan urgensi pelestarian tradisi mitoni.
Kesulitan yang umum ditemui adalah ketika generasi muda cenderung kurang memiliki minat dalam meneruskan tradisi ini kepada generasi selanjutnya, yang nantinya akan memicu pengikisan kebudayaan.
Oleh karenanya diperlukan dukungan dari generasi muda yang masih memiliki ketertarikan dalam pelestarian tradisi mitoni untuk ikut serta berpartisipasi.
Contohnya adalah melalui karang taruna yang berperan penting sebagai roda penggerak di lingkungan masyarakat, mereka mampu untuk mengubah presepsi negatif masyarakat terhadap tradisi mitoni dengan cara membantu pelaksanaan tradisi tersebut.
Hal ini dapat dikombinasikan dengan bantuan dari mahasiswa untuk mendapatkan pelatihan khusus, contoh pelatihan memainkan alat musik, pelatihan ekonomi, hingga pelatihan seperti halnya menjadikan tradisi mitoni sebagai sebuah objek wisata tahunan.
Mengutip dari bacamalang.com, tradisi larungan sebagai acara tahunan yang tercatat dalam kalender wisata Malang sudah menjadi rutinitas yang dilaksanakan setiap tahunnya.
Beriringan dengan itu, diadakan pertujukan-pertunjukan seni dari berbagai daerah di Jawa Timur dengan tujuan mempromosikan daerah wisata sekaligus memperkenalkan kebudayaan yang ada kepada khalayak umum.
Dengan adanya kalender wisata tidak menutup kemungkinan bahwa pemerintah desa dapat melaksanakan hal yang sama terhadap tradisi mitoni, yang mana masyarakat sendiri masih terbuka akan eksistensinya.
Selanjutnya adalah mahasiswa yang menjadi penopang di masyarakat dapat memberikan pengertian terkait pentingnya pelestarian tradisi mitoni berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
Dampaknya akan jauh lebih besar ketika mahasiswa mampu merangkul tradisi mitoni dan menanamkan sebuah presepsi baru kepada masyarakat untuk membantu berkontribusi dalam pelestariannya.
Baca Juga: Tradisi Rebo Wekasan Desa Suci
Salah satu contoh bentuk pelestarian dari mahasiswa adalah dengan pengabdian kepada masyarakat seperti yang dikutip dalam artikel Kompasiana, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mampu mengembangkan minat dan bakat anggota karang taruna di Desa Dongko, Trenggalek.
Untuk menjadi iring-iringan atau kelompok seni musik dan puisi jawa yang dimanfaatkan saat berlangsungnya tradisi mitoni. Tidak hanya itu, mereka juga diajarkan memainkan alat musik dari dasar dan diajarkan untuk mempelajari seni nembang sebagai upaya daya tarik wisatawan.
Melihat hal ini, tradisi mitoni tidak hanya bisa dilestarikan sebagai warisan kebudayaan, akan tetapi juga dapat membuka peluang dijadikan sebagai objek wisata budaya dan menambah lapangan kerja bagi penduduk sekitar.
Penulis: Zahrah
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Ika Ayuni Lestari
Redaktur Bahasa: Rahmat Al Kafi
Sumber:
https://www.idntimes.com/hype/entertainment/cicil-s/artis-yang-jalani-7-bulanan-dengan-adat-jawa/13
Fajarwati, D. (2018) “Artikel Adsobsi Ajaran Islam Dalam Ritual Mitoni ”, Vol. 2 (08)
Machmudah, U. (2016) “Budaya Mitoni (Analisis Nilai-Nilai Islam dalam Membangun Semangat Ekonomi)” l-HARAKAH , 18(2), p. 185.
Pika, M. L. dan syahrul rahman (2020) ‘Mitoni : Antara Budaya dan Agama ( Studi Kasus Desa Air Panas Kec . Pendalian IV Koto )’, Syarul Rahman dan May Listia Pika,al fawatih : Jurnal kajian Al-quran dan hadist, 1(2), p. 7.