Tradisi Wiwitan yang Kian Memudar

Tradisi Wiwitan yang Kian Memudar
Sumber: img harianjogja

Indonesia merupakan bangsa majemuk yang memiliki beragam suku dan masing-masing suku tersebut memiliki kebudayaannya masing-masing. Setiap suku bangsa memiliki ciri khas yang membedakan dengan suku bangsa yang lain. Salah satu suku yang terkenal di Indonesia adalah suku jawa. Suku jawa memiliki tradisi-tradisi yang begitu menarik sehingga tak heran jika banyak yang terpikat dengan keindahan tradisi suku jawa.

Di antara tradisi yang dilakukan masyarakat jawa adalah tradisi sebelum mulai menanam padi dan panen. Tradisi ini disebut dengan istilah tradisi wiwitan. Wiwitan merupakan bagian dari pola pikir petani yang percaya akan hal mistis. Mereka masih dipengaruhi keyakinan akan adanya kekuatan diluar diri manusia. Upacara tradisi wiwitan ini dianggap oleh petani jawa guna mendapatkan manfaat dan dianggap dapat mencegah hal-hal yang buruk.

Kata Wiwitan berasal dari kata wiwit yang dalam bahasa jawa diartikan dengan mulai. Oleh karena itu, upacara tradisi wiwitan merupakan simbol waktu memulai panen padi yang diawali dengan persiapan yang dilakukan oleh petani. Fungsi diadakannya upacara tradisi wiwitan adalah sebagai wujud terima kasih dan rasa syukur kepada bumi sebagai sedulur sikep dan Dewi Sri atau Dewi Padi yang telah menumbuhkan padi.

Bacaan Lainnya

Tradisi wiwitan merupakan bentuk keseimbangan hubungan antara manusia dan alam. Tuhan menganugerahkan alam kepada manusia, dan manusia bertugas mengelolanya dengan baik. Sebagai ungkapan syukur, manusia mengembalikan sebagian dalam bentuk tasyakuran yang dikenal dengan istilah tradisi wiwitan.

Prosesi Tradisi Wiwitan

Tradisi Wiwitan ini dimulai dengan petani menyiapkan peralatan-peralatan untuk proses upacara wiwitan. Peralatan-peralatan tersebut seperti kendil yang berisi air, ani-ani (alat untuk memotong padi), bunga mawar, menyan, serta kain jarik untuk membungkus hasil padi yang sudah dipetik Mbah Kaum. Mbah Kaum merupakan sesepuh di kampung tempat dilaksanakan upacara tradisi wiwitan.

Setelah semua peralatan disiapkan, para petani berbondong-bondong menuju area persawahan menggunakan pakaian adat jawa dan membawa uborampe (perlengkapan). Perlengkapan terdiri dari ingkung ayam, jajan pasar, dan tumpeng. Selanjutnya, Mbah Kaum pun datang dan memulai proses tradisi wiwitan ini dengan doa. Lalu dilanjutkan memotong sebagian padi sebagai tanda padi sudah siap untuk dipanen.

Setelah prosesi wiwitan selesai, para petani membagikan hidangan yang sudah disiapkan kepada masyarakat sekitar. Warga sekitar boleh mengikuti proses upacara wiwitan ini dan memakan hidangan yang sudah disiapkan para petani. Oleh karena itu tradisi wiwitan tak hanya untuk wujud ucapan syukur atas nikmat Tuhan namun juga sebagai wujud menjalin silaturrahmi antar warga.

Tradisi Wiwitan yang Kian Memudar

Di era modern saat ini, budaya tradisi wiwitan mulai memudar. Hal ini adalah wujud pengaruh dari arus globalisasi yang berkembang cukup pesat. Walaupun tradisi wiwitan ini merupakan tradisi yang mempercayai dewa kesuburan, namun jika dilihat dari nilai yang wujud rasa syukur yang terkandung didalamnya sangat cocok untuk tetap dilestarikan di masa saat ini.

Tradisi wiwitan yang mempercayai dewa kesuburan ini memang sangat berlainan dengan ajaran agama Islam. Namun, dapat diambil hikmah dari tradisi ini yakni dalam hal tasyakuran sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan nikmat yang diberikan oleh Tuhan.

Masyarakat saat ini sudah tidak tertarik lagi dengan tradisi wiwitan ini dan berangggapan bahwa walaupun tidak ada upacara tradisi wiwitan, hasil pertanian pasti akan memperoleh hasil yang terbaik jika petani merawat sawah dengan baik dan memberi pupuk serta melakukan irigasi secara teratur. Hal ini sangat berbeda dengan pola pikir masyarakat dahulu yang percaya bahwa dengan adanya tradisi wiwitan maka akan memperoleh hasil yang terbaik pada hasil pertanian karena masyarakat sudah melakukan penghormatan kepada dewi kesuburan.

Solusi untuk Menghidupkan Tradisi Wiwitan yang Kian Memudar

Solusi yang tebaik guna tetap melestrikan tradisi wiwitan adalah sebagai berikut:

Masyarakat harus tetap melaksanakan tradisi wiwitan  

Karena tradisi ini merupakan warisan dari nenek moyang terdahulu, maka sudah sepatutnya kita sebagai warga masyarakat untuk tetap menjaga kearifan lokal tradisi wiwitan. Jangan sampai tradisi yang sudah susah payah dibuat oleh nenek moyang bangsa Indonesia hilang seiring dengan perkembangan zaman.

Masyarakat juga harus mengajarkan tradisi ini kepada generasi berikutnya

Suatu tradisi akan tetap ada jika masyarakatnya mau mengajarkan tradisi kepada generasi berikutnya. Hal ini bertujuan agar jika generasi saat itu sudah banyak yang meninggal, maka masih ada generasi baru yang mengerti dan faham serta tetap melaksanakan tradisi ini sehingga tradisi ini tidak akan memudar.

Pemerintah juga harus memiliki andil dalam menghidupkan tradisi wiwitan 

Selain dari masyarakat, pemerintah juga memiliki andil yang cukup tinggi dalam mencegahan hilangnya tradisi wiwitan yang dimiliki Indonesia. Pemerintah sebaiknya memberikan inovasi kepada rakyatnya seperti memberikan penghargaan kepada daerah yang masih tetap menjalankan tradisi ini serta mempublikasikan kepada seluruh masyarakat agar masyarakat daerah lain juga bersemangat untuk menghidupkan kearifan lokal daerahnya.

Silva Syahri Rahmadhani
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Editor: Sharfina Alya Dianti

Baca Juga:
Memahami Makna Kematian dalam Tradisi Dayak Bahau
Tradisi Rebo Wekasan Desa Suci
Tradisi Nyadran Dam Bagong Kabupaten Trenggalek

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.