Pergeseran Makna dalam Era Digital: Telaah atas Perubahan Bahasa di Ruang Komunikasi Virtual

Komunikasi Virtual
Ilustrasi Komunikasi Virtual (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena pergeseran makna kata dalam bahasa Indonesia di media sosial sebagai bagian dari dinamika bahasa di era digital. Media sosial seperti TikTok, Instagram, Twitter, dan Facebook telah menjadi ruang aktif terjadinya evolusi semantik, di mana kata-kata mengalami perubahan makna dalam berbagai bentuk seperti perluasan, penyempitan, ameliorasi, peyorasi, disfemisme, dan eufemisme.

Penelitian ini menggunakan metode literatur review dengan menganalisis 15 artikel ilmiah yang dipublikasikan antara tahun 2021 hingga 2025, yang dikumpulkan melalui pencarian manual di Google Scholar menggunakan kata kunci “pergeseran makna” dan “bahasa digital”.

Hasil kajian menunjukkan bahwa pergeseran makna terjadi karena pengaruh budaya populer, viralitas konten, kreativitas linguistik, serta kebutuhan ekspresi identitas sosial generasi muda. Meskipun memperkaya ekspresi bahasa, fenomena ini juga memunculkan tantangan terhadap keberlanjutan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah.

Oleh karena itu, literasi kebahasaan dan kesadaran kritis dalam berkomunikasi digital menjadi hal yang penting untuk ditingkatkan guna menjaga etika dan nilai budaya dalam penggunaan bahasa Indonesia.

Bacaan Lainnya

Kata kunci: pergeseran makna, bahasa digital, media sosial, evolusi semantik, generasi muda

 

Abstract

This study aims to examine the phenomenon of meaning shift in Indonesian vocabulary on social media as part of the linguistic dynamics in the digital era. Social media platforms such as TikTok, Instagram, Twitter, and Facebook have become active spaces for semantic evolution, where words undergo changes in meaning through various forms such as broadening, narrowing, amelioration, pejoration, dysphemism, and euphemism.

This research employs a literature review method by analyzing 15 scholarly articles published between 2021 and 2025, collected manually through Google Scholar using the keywords “meaning shift” and “digital language.”

The findings reveal that meaning shifts are influenced by popular culture, content virality, linguistic creativity, and the need for social identity expression among young people.

While these shifts enrich language expression, they also pose challenges to the sustainability of standardized Indonesian language. Therefore, language literacy and critical awareness in digital communication are essential to uphold ethics and cultural values in the use of the Indonesian language.

Keywords: meaning shift, digital language, social media, semantic evolution, youth

 

Pendahuluan

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya melalui media sosial, telah membawa dampak signifikan terhadap penggunaan dan perkembangan bahasa Indonesia. Platform digital seperti 3, Instagram, Twitter, dan Facebook tidak hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga ruang kreatif yang memengaruhi struktur, bentuk, dan makna leksikal.

Fenomena pergeseran makna kata dalam bahasa Indonesia, terutama yang digunakan oleh generasi muda, merupakan gejala linguistik yang kompleks dan mencerminkan dinamika sosial, budaya, dan psikologis masyarakat pengguna bahasa.

Pergeseran ini dapat berupa penyempitan, perluasan, ameliorasi, peyorasi, hingga perubahan makna secara total. Kata-kata seperti cabut, ambyar, batu, baper, ular, dan cabe kini memiliki makna baru yang kontekstual dan sering kali jauh menyimpang dari arti asalnya.

Fenomena ini menimbulkan permasalahan kebahasaan yang penting untuk dikaji secara ilmiah, mengingat dampaknya tidak hanya pada aspek komunikasi, tetapi juga pada keberlanjutan bahasa Indonesia sebagai simbol identitas nasional.

Baca juga: Transformasi Media Komunikasi dalam Organisasi: Menghadapi Tantangan Abad Digital

Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa media sosial menjadi ruang yang aktif dalam proses pembentukan makna baru. Silaban et al. (2025) dan Bura et al. (2025) mengungkap bahwa perubahan makna dalam bahasa slang dan kosakata umum di media digital terjadi secara dinamis, dipengaruhi oleh tren komunikasi, interaksi sosial, dan budaya digital.

Abdurrozak dan Hilalludin (2025) mencatat bahwa TikTok mendorong penyebaran kosakata nonbaku dan ekspresif di kalangan Generasi Alfa, sementara Muslimah et al. (2024) menyoroti penggunaan istilah asing dan singkatan yang menyimpang dari makna leksikal.

Pergeseran ini juga mencerminkan ekspresi identitas sosial dan kreativitas berbahasa, sebagaimana disampaikan oleh Hijrah et al. (2024) dan Iswatiningsih & Pangesti (2021). Namun, penelitian Anggriana et al. (2024) dan Aziza (2021) memperingatkan adanya kecenderungan disfemisme yang berpotensi merusak etika komunikasi dan nilai budaya.

Fenomena eufemisme dalam penggunaan metafora flora dan fauna di media sosial juga ditemukan oleh Dilivia et al. (2023) dan Ningtyas et al. (2022), yang menunjukkan bahwa kosakata mengalami pergeseran makna sesuai dengan konteks sosial dan budaya dalam komunikasi digital.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk pergeseran makna kata dalam bahasa Indonesia di media sosial;
  2. Menganalisis faktor-faktor penyebab perubahan makna; dan
  3. Menjelaskan implikasi linguistik dan sosiokultural dari fenomena ini.

Kajian ini berangkat dari kerangka teoretik semantik dan sosiolinguistik, dengan memperhatikan konsep makna leksikal, makna kontekstual, serta pengaruh lingkungan komunikasi digital terhadap perkembangan makna kata.

Harapannya, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pemahaman dinamika bahasa Indonesia di era digital, serta menjadi referensi bagi pengembangan kebijakan literasi bahasa dan pendidikan kebahasaan yang adaptif terhadap perubahan zaman, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kebahasaan yang baku dan beradab.

 

Metode Penelitian

Metode penelitian yang diguanakan dalam penelitian ini adalah metode literatur review. Literatur review merupakan analisis terhadap sumber-sumber referensi yang berkaitan dengan topik penelitian untuk mengetahui perkembangan studi, mengidentifikasi kekurangan, dan membentuk landasan teoritis penelitian.

Artikel-artikel penelitian dalam studi ini diperoleh melalui pencarian manual di Google Scholar dengan menggunakan kata kunci “pergeseran makna” dan “bahasa digital”. Penelitian yang dikumpulkan adalah penelitian kuantitatif maupun kualitatif yang dipublikasikan dalam 5 tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2021 sampai dengan 2025.

Tabel 1. Daftar Artikel yang digunakan dalam Literatur Review

No.

Penulis Judul

Hasil penelitian

1 (Silaban et al., 2025) Perubahan Makna Kata dalam Bahasa Remaja: Tinjauan Semantik Terhadap Bahasa Slang di Media Digital Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan makna kata dalam bahasa slang remaja di media digital meliputi bentuk penyempitan, perluasan, ameliorasi, dan peyorasi. Variabel budaya digital dan tren komunikasi di media sosial berpengaruh positif terhadap pembentukan makna baru. Bahasa slang berfungsi sebagai sarana ekspresi identitas sosial dan solidaritas remaja, serta mencerminkan dinamika semantik dalam ruang komunikasi digital.
2 (Bura et al., 2025) Analisis Bentuk Perubahan Makna Kata Bahasa Indonesia pada Platform Instagram Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima jenis perubahan makna kata dalam bahasa Indonesia pada platform Instagram, yaitu perubahan makna meluas (16 kata), menyempit (3 kata), penghalusan (4 kata), pengasaran (3 kata), dan perubahan total (3 kata). Faktor penyebab perubahan makna meliputi sosial, budaya, psikologis, asosiasi, dan bidang pemakaian. Perubahan tersebut mencerminkan dinamika bahasa yang dipengaruhi oleh interaksi pengguna media sosial, serta menunjukkan bahwa media digital menjadi ruang terbuka untuk evolusi makna kata dalam komunikasi modern.
3 (Abdurrozak & Hilalludin, 2025) Pengaruh Media Sosial TikTok terhadap Perkembangan Kosakata Bahasa Indonesia pada Generasi Alfa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TikTok berpengaruh signifikan terhadap perkembangan kosakata Generasi Alfa. Platform ini mempercepat penyebaran kosakata baru yang bersifat nonbaku, kontekstual, dan ekspresif. Kosakata yang digunakan cenderung berasal dari bahasa gaul, serapan asing, singkatan, dan frasa viral. Faktor seperti frekuensi paparan konten, tren viral, pengaruh teman sebaya, figur publik, dan algoritma TikTok memperkuat pemerolehan bahasa ini. Dampaknya bersifat ganda: memperkaya ekspresi dan kreativitas berbahasa di satu sisi, namun juga memunculkan tantangan terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah di sisi lain.
4 (Muslimah, N. A. S., Nisa, D. I., & Fatimah, N. 2024) Dampak Media Sosial Terhadap Perubahan Struktur dan Kosakata Bahasa Indonesia di Kalangan Generasi Muda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan bahasa digital di media sosial telah mendorong pergeseran makna kosakata Bahasa Indonesia di kalangan generasi muda. Istilah asing dan singkatan digunakan luas dengan makna baru yang sering menyimpang dari arti aslinya. Meski mencerminkan kreativitas, hal ini dapat mengaburkan kaidah bahasa baku. Karena itu, dibutuhkan keseimbangan antara inovasi bahasa dan pemahaman terhadap makna asli guna menjaga keutuhan Bahasa Indonesia sebagai identitas nasional di era digital.
5 (Anggriana, F., et al., 2024) Pergeseran Makna dalam Penggunaan Bahasa Gaul di Tiktok: Analisis Disfemisme dalam Konteks Media Sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa digital di media sosial, khususnya TikTok, telah mendorong pergeseran makna signifikan dalam bahasa gaul, terutama ke arah disfemisme yang lebih kasar, merendahkan, bahkan mengandung kekerasan verbal. Pergeseran ini mencerminkan kreativitas linguistik generasi muda, namun juga berpotensi merusak etika komunikasi, mengaburkan nilai-nilai budaya, dan menciptakan lingkungan digital yang tidak sehat. Oleh karena itu, diperlukan edukasi dan kesadaran kritis agar penggunaan bahasa tetap berada dalam koridor yang menghormati nilai kemanusiaan, kebahasaan, dan identitas nasional di era digital.
6 (Hijrah, N., et al., 2024) Pergeseran Makna dan Ekspresi Identitas Penggunaan Bahasa Gaul di Media Sosial. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa era media sosial telah mendorong perubahan makna kata dari arti baku menjadi bentuk yang lebih luas, sempit, atau konotatif. Istilah seperti baper, alay, ghosting, dan receh mencerminkan dinamika budaya digital sekaligus ekspresi identitas pengguna. Bahasa digital kini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol kreativitas dan afiliasi sosial. Namun, perubahan ini juga menimbulkan tantangan dalam menjaga kelestarian bahasa Indonesia. Karena itu, dibutuhkan edukasi yang seimbang agar pengguna tetap memahami dan menghargai makna asli sesuai norma kebahasaan dan budaya.
7 (Dilivia et al., 2023) Pergeseran Makna Kosakata Flora dalam Metafora di Media Sosial Twitter: Kajian Semantik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kosakata flora seperti bawang, terong, kentang, kacang, kencur, dan cabe mengalami pergeseran makna dalam penggunaan metaforis di media sosial Twitter. Dari 19 data, ditemukan 4 pergeseran makna bersifat amelioratif dan 15 bersifat peyoratif. Pergeseran ini terjadi karena penggunaan kosakata flora untuk menyampaikan sindiran atau kritik secara halus, yang dianggap lebih sopan. Contohnya, kata “bawang” diasosiasikan dengan kesedihan, “kentang” bermakna perangkat atau tampilan yang pas-pasan, dan “cabe” merujuk pada perempuan genit. Fenomena ini menunjukkan kecenderungan penggunaan eufemisme dalam komunikasi digital sebagai strategi sopan santun berbahasa.
8 (Salsabilla, 2023) Analisis Perubahan Makna Meluas (Generalisasi) dan Perubahan Makna Total dalam Media Sosial Instagram Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam status, takarir, dan komentar di media sosial Instagram ditemukan 9 bentuk perubahan makna meluas (generalisasi) dan 5 bentuk perubahan makna total. Perubahan makna meluas terjadi ketika sebuah kata mendapatkan cakupan makna yang lebih luas dari makna asalnya, seperti kata “nongkrong”, “viral”, dan “mengalir”. Sementara itu, perubahan makna total terjadi ketika makna baru sangat berbeda dari makna aslinya, seperti kata “batu” menjadi keras kepala, “receh” menjadi terlalu mudah tertawa, dan “madu” menjadi istri kedua. Temuan ini menunjukkan bahwa perkembangan zaman, teknologi, dan media sosial sangat memengaruhi dinamika makna dalam bahasa Indonesia.
9 (Masruroh et al., 2023) Pergeseran Makna Kata Cabut dan Ambyar dalam Bahasa Indonesia Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kata cabut tidak hanya digunakan untuk mendefinisikan kegiatan menarik sesuatu dari akarnya. Kata cabut mengalami perluasan makna secara meluas dan kini digunakan untuk menyatakan ungkapan pergi atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan kata ambyar yang sering digunakan untuk mendefinisikan perasaan seseorang yang sedang patah hati, dalam penelitian ini juga ditemukan makna baru dalam bidang kuliner. Kata ambyar termasuk mengalami pergeseran makna meluas karena memunculkan makna baru di bidang kuliner
10 (Ningtyas et al., 2022) Pergeseran Makna pada Istilah Penunjuk Fauna di Media Sosial Twitter: Kajian Semantik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa istilah fauna “ular” dan “kupu-kupu” mengalami pergeseran makna dalam komunikasi di media sosial Twitter. Kata “ular” mengalami pergeseran makna menjadi asosiasi (untuk menggambarkan kelicikan) dan peyorasi (sebagai bentuk hinaan seperti penghasut dan bandel). Sementara itu, kata “kupu-kupu” mengalami pergeseran makna menjadi peyorasi (melabeli perilaku negatif), asosiasi (menyimbolkan laki-laki penggoda), metafora (simbol hubungan tanpa komitmen), dan ameliorasi (digunakan untuk menyampaikan pesan positif seperti cinta dan harapan).
11 (Makmun et al., 2022) Analisis Pergeseran Makna Kata di Media Harian Kompas Bidang Sepak Bola Edisi September–Oktober 2020 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 27 kosakata dalam 23 berita olahraga sepak bola di Harian Kompas yang mengalami pergeseran makna, meliputi makna meluas, berubah total, penghalusan, pengasaran, pengembangan istilah, dan perbedaan bidang pemakaian. Kata-kata seperti “terukir”, “musim”, “melawat”, “mengemas”, “mencecar”, dan “sabet” mengalami makna baru sesuai dengan konteks jurnalistik dan olahraga. Temuan ini menunjukkan bahwa bahasa dalam media massa bersifat dinamis dan produktif dalam menyesuaikan makna sesuai dengan kebutuhan kontekstual serta perkembangan sosial dan budaya.
12 (Basri et al., 2022) Penggunaan Bahasa Gaul pada Media Sosial Facebook dalam Caption dan Komentar Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa gaul yang digunakan dalam caption dan komentar di media sosial Facebook mengalami pergeseran dan penyusutan makna yang menyebabkan ambiguitas atau multitafsir dalam komunikasi. Ditemukan berbagai bentuk bahasa gaul seperti singkatan, akronim, plesetan, dan penyerapan bahasa asing, misalnya “OTW”, “baper”, “kiyut”, “mantul”, “meninggoy”, dan “ayang”. Penggunaan bahasa gaul ini berdampak positif sebagai bentuk kreativitas bahasa, tetapi juga berdampak negatif karena dapat menghambat penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta membingungkan bagi pengguna yang tidak memahami istilah tersebut.
13  Ernawati, Y. (2021). Perubahan Makna Kata Bahasa Indonesia di Media Sosial Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pergeseran makna dalam bahasa Indonesia pada ranah bahasa digital, khususnya media sosial seperti Instagram dan Facebook, menunjukkan dinamika kebahasaan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti asosiasi, sosial-budaya, perkembangan IPTEK, psikologis, dan konteks pemakaian. Fenomena ini menegaskan bahwa bahasa digital menjadi ruang aktif terjadinya perubahan makna, sehingga perlu kajian lanjutan yang lebih luas dan mendalam.
14 Aziza, S. N. (2021). Class in Pergeseran Makna dalam Penggunaan Bahasa Gaul di Sosial Media Instagram (Kajian Makna Eufemisme dan Disfemisme) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pergeseran makna kata merupakan fenomena yang tidak terelakkan dalam perkembangan bahasa, khususnya akibat pengaruh bahasa asing dan penggunaan bahasa gaul yang semakin meluas di ruang sosial dan digital. Dalam konteks ini, makna kata tidak lagi bersifat tetap, melainkan mengalami perubahan sesuai dengan situasi, media, dan kelompok pengguna, termasuk munculnya makna digital yang berkembang dalam interaksi daring seperti media sosial dan platform komunikasi modern. Pergeseran ini kerap menimbulkan perbedaan interpretasi, terutama ketika makna baru menyimpang dari makna asli secara disfemistik. Oleh karena itu, pemahaman terhadap makna kontekstual dan literasi bahasa yang memadai menjadi hal yang krusial agar komunikasi tetap efektif dan tidak menimbulkan kesalahpahaman di antara pengguna bahasa.
15 Iswatiningsih, D., & Pangesti, F. (2021). Ekspresi remaja milenial melalui penggunaan bahasa gaul di media sosial Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan bahasa gaul remaja  mencerminkan adanya pergeseran makna kata sebagai akibat dari kreativitas linguistik dan pengaruh lingkungan sosial, budaya, serta teknologi. Di era digital, bahasa gaul tidak hanya mengalami pemendekan atau pemelesetan, tetapi juga mengadopsi bentuk-bentuk baru melalui bahasa digital seperti singkatan dalam media sosial, emoji, dan istilah serapan dari bahasa asing. Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa terus mengalami dinamika seiring perubahan zaman, dan bahasa gaul remaja menjadi bukti konkret dari transformasi bahasa dalam konteks digital dan globalisasi.

 

Hasil dan Pembahasan

Bentuk-Bentuk Pergeseran Makna dalam Bahasa di Media Sosial

Hasil kajian menunjukkan bahwa media sosial menjadi lahan subur bagi terjadinya pergeseran makna kata dalam bahasa Indonesia, khususnya dari kalangan remaja dan generasi muda.

Pergeseran makna tersebut mencakup berbagai bentuk semantik, di antaranya perubahan makna meluas (generalisasi), menyempit (spesialisasi), ameliorasi, peyorasi, perubahan total, disfemisme, dan eufemisme. Fenomena ini tercermin secara konsisten dalam berbagai platform digital seperti TikTok, Instagram, Twitter, dan Facebook.

Penelitian Silaban et al. (2025) dan Bura et al. (2025) mengidentifikasi bahwa bentuk pergeseran makna yang paling dominan adalah makna meluas dan peyorasi, di mana kata-kata yang semula memiliki makna netral atau positif kemudian digunakan dalam konteks baru yang lebih luas atau lebih negatif.

Contoh konkret dapat ditemukan dalam penggunaan kata “bawang” untuk menyimbolkan kesedihan atau “cabe” sebagai rujukan peyoratif terhadap perempuan, seperti dijelaskan oleh Dilivia et al. (2023).

Di sisi lain, Aziza (2021) dan Muslimah et al. (2024) menunjukkan pergeseran makna melalui disfemisme, di mana makna kata mengalami perubahan menjadi lebih kasar atau merendahkan.

Hal ini selaras dengan temuan Anggriana et al. (2024) yang menyoroti meningkatnya penggunaan ekspresi verbal kasar di TikTok sebagai bagian dari bentuk kreatif linguistik remaja, meskipun berisiko menciptakan lingkungan komunikasi yang tidak sehat.

Faktor-Faktor Penyebab Pergeseran Makna

Terdapat beberapa faktor utama yang mendorong terjadinya pergeseran makna di ruang digital, di antaranya adalah pengaruh budaya populer, viralitas konten, algoritma media sosial, figur publik, serta pengaruh sosial dan psikologis remaja.

Penelitian oleh Abdurrozak dan Hilalludin (2025) menegaskan bahwa TikTok, sebagai platform berbasis algoritma, mempercepat penyebaran kosakata baru yang cenderung nonbaku dan kontekstual. Faktor frekuensi paparan konten dan pengaruh teman sebaya menjadi penentu penting dalam penginternalisasian makna baru oleh Generasi Alfa.

Selain itu, Basri et al. (2022) dan Iswatiningsih dan Pangesti (2021) mengaitkan pergeseran makna dengan kreativitas linguistik anak muda yang berupaya menyesuaikan bahasa dengan dinamika komunikasi cepat dan ringkas di media sosial.

Akibatnya, muncul berbagai bentuk bahasa gaul seperti singkatan, akronim, plesetan, dan istilah serapan asing yang mengalami rekontekstualisasi makna.

Media Sosial sebagai Ruang Evolusi Semantik

Media sosial terbukti menjadi ruang terbuka dan dinamis bagi evolusi semantik dalam bahasa Indonesia. Tidak hanya terjadi perubahan makna pada kata-kata umum, tetapi juga pada istilah-istilah bidang khusus seperti fauna, flora, dan olahraga.

Penelitian oleh Ningtyas et al. (2022) dan Makmun et al. (2022) menunjukkan bahwa kata-kata seperti “ular”, “kupu-kupu”, “kentang”, atau istilah dalam ranah sepak bola seperti “melawat” dan “mencecar” mengalami adaptasi makna yang unik sesuai dengan konteks digital dan budaya pengguna.

Lebih lanjut, perubahan ini memperlihatkan bahwa bahasa tidak bersifat statis, melainkan sangat adaptif terhadap media dan situasi komunikasi.

Sejalan dengan pandangan Ernawati (2021), pergeseran makna dalam bahasa Indonesia di media sosial merupakan bukti bahwa ruang digital memainkan peran sentral dalam memodifikasi bahasa sebagai respons terhadap perubahan sosial dan teknologi.

Implikasi Sosial dan Budaya dari Pergeseran Makna

Pergeseran makna kata yang terjadi di media sosial membawa implikasi ganda: di satu sisi memperkaya kreativitas dan ekspresi dalam berbahasa, namun di sisi lain juga menimbulkan tantangan terhadap kelestarian dan pemahaman bahasa Indonesia yang sesuai kaidah.

Hal ini ditegaskan oleh Muslimah et al. (2024) dan Hijrah et al. (2024) yang menekankan perlunya edukasi literasi bahasa yang seimbang, agar generasi muda tidak hanya kreatif secara linguistik, tetapi juga sadar terhadap makna asli dan norma kebahasaan.

Fenomena disfemisme yang ditemukan oleh Anggriana et al. (2024) bahkan mengisyaratkan degradasi etika berbahasa di ruang publik, yang dapat mengaburkan nilai-nilai budaya dan komunikasi santun. Oleh karena itu, literasi kebahasaan dan kesadaran kritis dalam berkomunikasi digital menjadi urgensi yang tidak dapat diabaikan.

Perubahan Makna Kata dalam Bahasa Slang Remaja di Media Digital

Kata Asli

Bentuk Slang Jenis Perubahasan Makna Makna Asli Makna Kata Slang (Kontekstual) Contoh Kalimat
Santai Santuy Perluasan Rileks, tidak terburu-buru Cuek, tenang dalam menghadapi situasi, gaya hidup santai “Santuy aja bro, kita pasti bisa!”
Budak cinta Bucin Amelirasi Tunduk buta karena cinta

(konotasi negatif)

Ekspresi lucu untuk orang yang sedang jatuh cinta “Aku bucin banget, tiap hari video call terus.”
Galau Galau Peyorasi Bingung, bimbang Cemas berat, sedih mendalam, tidak stabil secara

emosional

“Gue galau berat, bingung masa depan.”
Malas gerak Mager Perluasan Enggan untuk bergerak Malas secara umum, termasuk malas berpikir, motivasi rendah “Hari ini mager banget, nggak ngapa-ngapain.”

(Sumber: Silaban et al., 2025)

Analisis Bentuk Perubahan Makna Kata Bahasa Indonesia pada Platform Instagram (Bura et al., 2025).

Perubahan Makna Meluas (Generalisasi)

Kata

Makna Sebelum

Faktor Penyebab

Makna Sesudah

Azab Siksaan Sosial Karma yang diterima oleh orang jahat karena perlakuanya di masa

Hidupnya

Perubahan Makna Menyempit (Spesialisasi)

Kata Makna Sebelum Faktor Penyebab Makna Sesudah
Cegil Perempuan yang memiliki gangguan jiwa Sosial Menyukai atau mencintai seorang pria sampai kehilangan akal

Perubahan Makna Penghalusan (Eufemia)

Kata Makna Sebelum Faktor Penyebab Makna Sesudah
Badai angin kencang yang menyertai cuaca buruk Sosial Lebat atau kuat

Baca juga: Satu Indonesia, Banyak Budaya: Menjaga Keharmonisan lewat Komunikasi Antarbudaya

Perubahan Makna Pengasaran (Disfemia)

Kata Makna Sebelum Faktor Penyebab Makna Sesudah
Pelangi Fenomena alam berupa cahaya berwarna yang muncul di langit

setelah hujan

  Sosial/budaya Pelangi” mengarah kepada LGBT. Sejarah dari kalimat ini berasal dari bendera pelangi yang menjadi ciri khas LGBT

Perubahan Makna secara Total

Kata Makna Sebelum Faktor Penyebab Makna Sesudah
Receh Uang logam koin sosial Sesuatu yang             tidak

berkualitas atau sepeleh

 

Penutup

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pergeseran makna kata dalam bahasa Indonesia di media sosial, dapat disimpulkan bahwa fenomena ini merupakan wujud dinamika bahasa yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital dan budaya anak muda.

Media sosial seperti TikTok, Instagram, dan platform lainnya berperan sebagai ruang evolusi semantik yang menghasilkan perubahan makna dalam berbagai bentuk, seperti perluasan, penyempitan, ameliorasi, peyorasi, disfemisme, dan eufemisme.

Pergeseran makna ini tidak hanya memperkaya kreativitas linguistik, tetapi juga menimbulkan tantangan terhadap kelestarian bahasa Indonesia dan norma kebahasaan yang berlaku.

Faktor-faktor utama yang mendorong pergeseran tersebut meliputi frekuensi paparan konten digital, pengaruh teman sebaya, serta kebutuhan generasi muda akan ekspresi identitas sosial dan komunikasi yang efektif dalam konteks digital. Implikasi linguistik dan sosiokultural dari pergeseran makna ini menuntut kesadaran literasi bahasa yang kritis agar komunikasi tetap efektif dan etis di ruang digital.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, sangat penting untuk mengembangkan edukasi literasi bahasa yang seimbang dan berkelanjutan bagi generasi muda, sehingga mereka dapat berkreasi bahasa secara inovatif tanpa mengabaikan makna asli serta norma kebahasaan yang berlaku.

Pendidik dan pembuat kebijakan perlu menginisiasi program pelatihan dan kampanye peningkatan kesadaran mengenai etika berkomunikasi di ruang digital guna mengurangi penyebaran disfemisme dan peyorasi yang berpotensi merusak nilai budaya dan komunikasi santun.

Selain itu, penelitian lebih lanjut sangat dianjurkan untuk menggali dampak sosial budaya yang lebih spesifik dari pergeseran makna dalam berbagai platform media sosial serta untuk mengembangkan model pembelajaran bahasa digital yang adaptif terhadap perkembangan tren komunikasi modern.

Peran aktif media sosial dan platform digital juga diperlukan dalam menyebarkan pesan positif terkait penggunaan bahasa yang santun dan konstruktif, demi menjaga keberlanjutan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional.

 

Penulis:

  1. Sonia Maharani
  2. Asyifa Natasha anadi
  3. Fakhreza Erfan
  4. Muhammad Dzaki Mubarak
  5. Jefri Lolona Padang
  6. Revanza Ramadhian Syahzana

Mahasiswa Akuntansi, Universitas Andalas

Dosen Pengampu: Andina Meutia Hawa, M.Hum

 

Referensi

Anggriana, F., Pratiwi, I. K., Izzati, Z. T., & Sari, Y. (2024). Pergeseran Makna dalam Penggunaan Bahasa Gaul di Tiktok: Analisis Disfemisme dalam Konteks Media Sosial. Hikamatzu| Journal of Multidisciplinary, 1(1), 310-319.

Aziza, S. N. (2021). Pergeseran makna dalam penggunaan bahasa gaul di sosial media instagram (kajian makna eufemisme dan disfemisme). In Prosiding Seminar Nasional Linguistik dan Sastra (SEMANTIKS) (Vol. 3, pp. 444-449).

Bakrin, R., & Hilalludin, H. (2025). Pengaruh media sosial TikTok terhadap perkembangan kosakata bahasa Indonesia pada generasi alfa. BEGIBUNG: Jurnal Penelitian Multidisiplin, 3(2), 7-19.

Basri, P. I. L., Adam, A., & Andhira, D. A. (2022). Penggunaan Bahasa Gaul pada Media Sosial Facebook dalam Caption dan Komentar. Jurnal Konsepsi, 11(1), 132-142.

Bura, T., Palmavita, M., Isnanda, R., Jahro, F., & De Ancieta, Y. (2025). Analisis Bentuk Perubahan Makna Kata Bahasa Indonesia pada Platfrom Instagram. Morfologi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya, 3(2), 80-91.

Dilivia, A. Z., Febriyanto, L., & Ginanjar, B. (2023). Pergeseran Makna Kosakata Flora Dalam Metafora Di Media Sosial Twitter: Kajian Semantik. Linguistik Indonesia, 41(1), 75-88.

Ernawati, Y. (2021). Perubahan makna kata bahasa Indonesia di media sosial. Silistik, 1(1), 29-39.

Hijrah, N., Rialni, D. A. P., Maysarah, M., Sari, Y., & Adisaputera, A. (2024). Pergeseran Makna dan Ekspresi Identitas Penggunaan Bahasa Gaul di Media Sosial. Narasi: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya, 2(1), 93-100.

Iswatiningsih, D., & Pangesti, F. (2021). Ekspresi remaja milenial melalui penggunaan bahasa gaul di media sosial. KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 7(2), 476-489.

Makmun, S., Hafi, I. Y., & Tesir, M. (2022). Analisis pergeseran makna kata di media harian kompas bidang sepak bola edisi bulan september-oktober tahun 2020 kajian semantik. Jurnal Ilmiah Telaah, 7(2), 227-232.

Masruroh, M. O., Angelita, T., & Ginanjar, B. (2023). Pergeseran makna kata cabut dan ambyar dalam bahasa Indonesia. Aksara: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 24(1), 27-39.

Muslimah, N. A. S., Nisa, D. I., & Fatimah, N. (2024). Dampak Media Sosial Terhadap Perubahan Struktur dan Kosakata Bahasa Indonesia di Kalangan Generasi Muda. Indo-MathEdu Intellectuals Journal, 5(6), 7213-7221.

Ningtyas, A. C., Difanti, N., & Ginanjar, B. (2022). Pergeseran makna pada istilah penunjuk fauna di media sosial twitter: Kajian semantik. LITERASI: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, 12(1), 55-65.

Salsabilla, S. J. (2023). Analisis perubahan makna meluas (generalisasi) dan perubahan makna total dalam media sosial instagram. Bersatu: Jurnal Pendidikan Bhinneka Tunggal Ika, 1(3), 19-33.

Silaban, N., Silaban, P., Simamora, F., Nadeak, O., & Sari, Y. (2025). Perubahan Makna Kata dalam Bahasa Remaja: Tinjauan Semantik Terhadap Bahasa Slang di Media Digital. Jejak digital: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(4), 696-703.

 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses