Potret Rantai Kebaikan untuk Para Pekerja Penghasilan Harian di Tengah Wabah Virus Corona

corona

Dimulai saat matahari terbit hingga matahari terbenam, mereka tak mengenal kata lelah. Langkah demi langkah mereka jalani dengan tampak gagah. Ombak penderitaan yang kunjung tak ada ujungnya. Teriknya panas matahari, rintik-rintik air yang membasahi serta dinginnya angin malam tak pernah menjadi masalah bagi mereka demi sesuap nasi untuk menghidupi keluarga. Masing-masing dari mereka membawa alat untuk melengkapi pekerjaannya. Ada yang membawa motor, gerobak berisi dagangan, makanan matang dan lainnya. 

Kondisi tersebut, sebenarnya memang normal dilakukan oleh mereka. Meskipun jalanan sepi dan lengang tetapi tidak bisa dijadikan alasan untuk ikut kembali kerumah. Dengan wajah nampak lelah, penuh cemas namun tetap berusaha untuk sabar, mereka tetap berkeliaran di  luar berusaha menunggu orang untuk menggunakan jasa atau membeli sesuatu darinya. Membawa pulang segenggam koin dan selembar kertas uang saja, sudah lebih dari cukup untuk situasi saat ini. Memang seperti itu tuntutan profesi yang kini diembannya. Ya, mereka adalah para pekerja dengan penghasilan harian.

Akibat pernyebaran Virus Corona (Covid-19) yang kian meningkat, per-tanggal 24 April 2020 sudah terdapat 7.775 kasus positif dan 647 kasus meninggal. Mereka yang berprofesi sebagai pekerja penghasilan harian seperti ojek pangkalan, ojek online, supir angkot, supir taksi offline dan online, pedagang kaki lima, tukang sapu jalanan turut merasakan dampak negatifnya yaitu pada sektor perekonomian mereka  yang tidak dapat mencukupi kebutuhan harian.

Bacaan Lainnya

“Iya semenjak corona jadi udah nggak ngojek lagi, karena anak-anak sekolah pada diliburin,” ujar Ibnu, salah seorang tukang ojek langganan dari anak-anak sekolah yang kini mengaku pendapatannya telah berkurang akibat COVID-19. “Kalau yang bayar bulanan masih dikasih setengahnya, kalau yang harian (bayarnya) sama sekali nggak dapat, paling tetap ngojek kalau ada panggilan ojek selain anak sekolah, sehari dapet 30.000” keluh Ibnu saat diwawancarai.

Meskipun pemerintah sudah memberi imbauan untuk #dirumahaja namun hal tersebut tidak dapat diberlakukan oleh mereka. Bukan egois, melainkan ada hal lain juga yang menjadi perhatian mereka sebagai tulang punggung keluarga. Hal ini sungguh menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi mereka untuk menuntaskan kewajiban dalam menafkahi keluarga, ditambah lagi situasi menjadi semakin sulit dengan sepinya pelanggan. Bantuan dari pemerintah tidak bisa sepenuhnya diharapkan, butuh uluran tangan dari pihak lain.

Kisah mengenai fenomena di atas turut mengundang simpati dan empati dari masyarakat khususnya di Indonesia. Mereka menjadi tergerak untuk turut membantu para pekerja dengan penghasilan harian tersebut agar dapat meringani pekerjaan mereka. Bantuan yang dilakukan sangat bermacam-macam, tidak hanya berupa materi. Bantuan dilakukan mulai dari hal kecil seperti membantu mempromosikan dagangan yang di pinggir jalan ataupun yang di pasar dan dishare pada akun social media. Maupun bantuan besar seperti mengadakan penggalangan dana untuk dibelikan sembako bagi para pekerja yang terkena dampak negatif COVID-19.

Rezeki Tak Terduga Datang dari Mana Saja

Kekuatan social media dalam kehidupan sehari-hari memang sudah menghantui kehidupan sehari-hari, terbukti melalui sebuah unggahan berupa video yang berisikan rekaman suara hati seorang supir taksi offline yang berlokasi di Jakarta. Supir taksi tersebut mengeluarkan segala keluh kesahnya “kondisi di lapangan betul-betul mengkhawatirkan, begitu saya mendengar cerita dari teman-teman, saya langsung pergi masuk mobil dan menangis. Mereka cerita bahwa ketika berangkat narik, keluarga mereka pada belum makan termasuk teman saya ini juga belum. Begitu mendapat kupon gratis dari perusahaan, langsung mereka bungkus untuk anak istri mereka di rumah,” ucapnya. Rekaman tersebut sungguh menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Salah satunya seorang mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sebut saja NR. NR langsung merasa tergerak untuk membantu meringankan beban mereka. “Karena kasihan, di tengah pandemik seperti ini mereka harus tetap cari uang buat makan, sedangkan pelanggannya sepi, pulang nggak bawa apa-apa dan nggak bisa makan,” ujar NR. Akhirnya pada hari Minggu, 5 April 2020, NR membagikan 100 paket sembako secara bertahap untuk driver ojek online, supir taksi, dan para pengemis. “Banyak banget pengemis yang tiba-tiba mendatangi mobil gue, semua pada berebutan dan bikin mau nangis pas lihatnya, tetapi karena hujan, jadi masih sisa dan niatnya hari ini (8 April) mau dibagiin lagi,” ucapnya. NR juga turut menambahkan, “semoga dengan memberi sembako ini seenggaknya bisa meringankan beban mereka untuk memberi keluarganya makan, jadi uang penghasilan mereka bisa digunakan untuk keperluan yang lain,” tambah NR saat berbincang dengannya melalui chat pada 8/4/2020.

Membantu para pekerja penghasilan harian juga turut dilakukan oleh Hans Danials salah seorang blogger juga pemilik akun Instagram @eatandeats pada beberapa minggu lalu mengunggah sebuah postingan menarik yang sangat menyentuh hati teman-temannya serta followers lainnya. Hans mengunggah sebuah screen capture percakapan antara dirinya dengan seorang driver ojek online. Screen capture tersebut berisikan bahwa Hans sengaja memesan makanan lewat aplikasi ojek online yang kemudian makanan yang dipesannya tidak perlu diantar, melainkan untuk sang driver ojek online tersebut. Hans melakukan hal serupa tidak hanya kepada 1 driver ojek online, tetapi ke 4 driver lainnya. “Ya Allah, terima kasih ya kak. Semoga Allah balas berlipat ganda rizki yang barokah, Aamiin.” Ujar salah satu driver ojek online dalam screen capture chat tersebut. Dalam caption postingannya, Hans juga menuliskan sebuah kalimat inspiratif  “Selagi kita masih punya rezeki lebih, berbagilah, tapi jangan jadikan ini buat ajang show off ya. I post this because i realize I have the platform to ask you guys to always choose kindness above everything!”. Postingan tersebut turut dibanjiri komentar positif oleh sejumlah followers lainnya.

Peristiwa di atas dinilai sangat menginspirasi bagi para netizen yang membuat orang lain menjadi ikut tergerak hatinya untuk melakukan kebaikan yang serupa. Benazio seorang video creator yang akrab dipanggil benakribo, juga melakukan hal yang sama. Pada tanggal 19 Maret 2020, ayah dari dua anak tersebut mengunggah postingan yang sama dengan Hans Danials, yaitu memesan makanan melalui aplikasi ojek online yang tidak perlu diantar makanannya melainkan untuk sang driver tersebut. Bena melakukannya kepada 4 driver, sekaligus juga memberi sejumlah tips kepada driver.

Bena mengakui telah terinspirasi oleh akun @eatandeats alias Hans Danial. Hal ini dibenarkan olehnya dalam caption postingan tersebut “Bismillah, terinspirasi @eatandeats siang tadi, gue langsung tergerak untuk beliin makan siang untuk beberapa ojol yang #nggakdirumahaja karena mereka harus bekerja setiap hari”. Baginya hal yang ia lakukan merupakan salah satu dari sekian banyak cara yang bisa dilakukan untuk menolong mereka yang tidak bisa diam #dirumahaja.

Apapun Caranya, Berbagi Tetap Menjadi Hal Terindah

Kisah serupa namun dilakukan dengan cara lain yang berbeda juga dilakukan oleh Aphrodita Mayangsari, mahasiswi lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Aphrodita yang kerap disapa Amoy oleh teman-temannya, memiliki sebuah online shop yang menjual makanan berupa mentai, makanan khas Jepang yang sedang hits akhir-akhir ini. Pada 2 minggu yang lalu, Amoy melakukan sebuah collaboration dengan Sondang Tampubolon untuk setiap pemesanan mentai yang di pick up olehojek online, maka driver tersebut akan mendapatkan masker, hand sanitizer, brosur pencegahan COVID-19 serta bantuan sembako berupa beras 2 liter. Selain itu pada online shop milik amoy yang lainnya juga turut menerapkan rantai kebaikan ini. Ia mengumumkan di Insta storynya bahwa setiap pembelian 1 barang, keuntungan sejumlah Rp 10.000 akan dikumpulkan dan disumbangkan.

Tidak hanya mereka-mereka yang perorangan saja yang tergerak, ditemukan juga sebuah lembaga dalam bidang qurban, yaitu Makna Qurban ikut terjun langsung dalam melakukan kebaikan ini. Tim Makna Kurban menemui mereka para pekerja dengan penghasilan harian di daerah Jakarta Barat, Tangerang dan Kota Bogor. Tim Makna Qurban membagikan sembako berupa beras, telur dan lain-lain kepada para pekerja penghasilan harian seperti tukang becak, PKL, tukang ojek. “Semua perumahan diportal, perumahannya banyak yang ngga bisa dimasukkin” ujar seorang pedagang kaki lima.

Semenjak wabah virus yang semakin meningkat perharinya, banyak kawasan perumahan atau jalan yang melakukan “lockdown” secara mandiri alias menutup gerbang masuk dan keluar untuk mengurangi aktivitas di luar, namun akibatnya menjadi berdampak kepada para pedagang yang sepi pelanggan dan bingung harus kemana melangkah membawa gerobak kayu kesayangannya tersebut. “Dampaknya untuk pedagang-pedagang kecil inilah, untuk makan aja susah,” ujar kedua pedagang pinggir jalan.

Membeli untuk Memberi

Terdapat banyak cara untuk membantu meringankan beban orang lain, salah satunya dengan membeli untuk memberi. Ya, membeli dagangan mereka yang sudah berjualan di pinggir jalan hingga larut malam yang tak kunjung habis lalu memberinya kepada mereka juga yang membutuhkan adalah suatu cara yang dilakukan oleh Indra Novint Noviansyah, pemilik akun Instagram @novintt, pada beberapa hari lalu mendatangi seorang pedagang buah jeruk dipinggir jalan dengan mobil pick-up nya. Pemuda ini membuat hashtag #VitaminUntukPekerjaJalanan karena baginya mereka (para pekerja jalanan dengan penghasilan harian) juga memerlukan vitamin di tengah wabah seperti ini. Setelah membeli beberapa kilogram buah jeruk pada pedagang, Indra membagikannya kepada beberapa pekerja jalanan seperti pemulung yang tidur di dalam gerobak miliknya di pinggir jalan. “Stay at home? Dia aja nggak punya rumah,” ujar Indra ketika ingin mendatangi seorang bapak-bapak yang sedang terlelap dalam gerobaknya. Indra juga menambahkan “Slogan stay home, bagi mereka udah pasti nggak mungkin, home manee,” tuturnya. Indra membagikannya juga kepada supir taksi offline, dan pekerja jalanan lainnya yang masih berkeliaran hingga tengah malam. Ia juga menjelaskan mengapa harus jeruk yang yang dibagikan, menurutnya alasan apapun pekerja jalanan juga berhak dapat asupan vitamin dan cara terbaik dengan dari buahnya langsung dan cara lain banyak yang sudah langka dan mahal.

Berbicara soal vitamin, semenjak wabah COVID-19 ini memang sangat sulit dicari dan kalaupun ada, pasti harganya sangat mahal. Sulit dicari karena banyaknya panic buying dan mahal karena beberapa oknum tertentu yang memanfaatkan kondisi saat ini untuk meraih keuntungan. Kedua, jeruk masih dominan kebunnya milik petani kecil, jadi bisa double impact ke petani dan pekerja jalanan. Ketiga, jika ia memberi mie instant, yang mendapat salesnya ialah konglomerat tepung, mie dan jaringan minimarket, sedangkan jeruk yang dapat marginnya adalah petani kecil dan pedagang tepi jalan. Dan terakhir, bagi Indra harga jeruk yang murah meriah hanya Rp. 5000.

Cara yang sama dalam berbagi versi “memberi vitamin” juga menjadi sebuah rantai, Aan seorang entrepreneur dalam akun Instagramnya @aanstory mengunggah hal yang sama. Seminggu yang lalu, Aan membuat sebuah misi yaitu mencari pedagang kaki lima yang jualanannya tidak ada di aplikasi ojek online. Ia menemui salah seorang pedagang buah strawberry yang dagangannya masih utuh. Bapak pedagang juga mengakui bahwa restoran yang biasanya berlangganan strawberry menjadi tidak membeli lagi akibat tutupnya restoran tersebut. Setelah membeli buah strawberry, Aan memberinya kepada seorang satpam yang tengah berjaga 24 jam di sekitaran rumahnya. Ia juga mengakui bahwa telah terinspirasi oleh Indra Novint Noviansyah.

Pada beberapa hari yang lalu, Aan kembali melakukan misi keduanya yaitu membeli makanan dari pedagang di pinggir jalan. Misi kali ini bertemakan “tukaran makanan dan sarapan bareng”. Pagi-pagi buta di kota Surabaya, Aan sudah mencari targetnya dan menemukan seorang pedagang roti dan onde-onde yang kemudian ia beli dagangannya. Setelah itu, dia menemukan seorang tukang sapu jalanan yang sedang melaksanakan pekerjaan, kemudian Aan memberi makanan yang sudah tadi dia beli untuk tukang sapu jalanan. Setalah itu, Aan melanjutkan misi keduanya dengan membeli dagangan dari seorang pedagang soto di pinggir jalan. “Kalau jualan bapak nggak ada di online (aplikasi online ) ya?” tanya Aan. “Pengennya gitu tapi saya kan nggak ngerti caranya” jawab bapak tersebut. Bapak pedagang soto mengaku tidak begitu paham caranya untuk memasukan dagangannya pada aplikasi online karena tidak bersekolah saat dahulu. Aan juga melanjutkan pertanyaannya “Kalau corona gini sepi ya pak?” tanya Aan. “Bukan sepi, tapi orang yang lewat jadi berkurang,” ujarnya sambil meracik kuah soto.

Selain minimnya pendapatan harian akibat COVID-19, para pekerja dengan penghasilan harian ini juga tidak hanya harus diberi bantuan berupa materi dan sembako. Justru karena mereka tidak bisa untuk stay at home, masih harus keluar rumah, mereka butuh juga bantuan kesehatan seperti hand sanitizer untuk mencegah adanya bakteri atau virus. Seorang public figure yang cukup terkenal di dunia hiburan tanah air, yaitu Nikita Mirzani membagi-bagikan 700 botol hand sanitizer secara gratis kepada orang-orang yang sedang berada dijalanan. “Mudah-mudahan dengan sedikit yang bisa kita lakukan tetapi bisa membantu orang banyak,” ujar Niki melalui tayangan Youtube nya pada 29 Maret 2020.

Fenomena rantai kebaikan yang dilakukan orang-orang telah menyebarluas pada masyarakat Indonesia terutama di akun social media masing-masing. Dimulai dari  kalangan masyarakat biasa, lembaga maupun public figure. Ada yang turut membagikan peristiwa tersebut dan ada juga yang tidak. Adanya postingan dalam tema melakukan kebaikan tidak semata-mata dijadikan ajang untuk pamer, justru melalui social media lah dapat memberikan good influence kepada orang lain. Seperti yang Hans Danials sudah katakan dalam postingan Instagramnya ”Selagi kita masih punya rezeki lebih, berbagilah, tapi jangan jadikan ini buat ajang show off  ya. I post this because i realize I have the platform to ask you guys to always choose kindness above everything!”.

Almira Rafifah
Mahasiswa Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Baca juga:
Corona Tidak Menggugurkan Tugas dan Kewajiban
Kolektivisme Sebagai Upaya Mereduksi Penularan Virus Corona
Terhambatnya Proses Pembelajaran Pada Saat Ini Akibat Virus Corona

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI