Pranata Sosial dalam Segi Agama: Kaitan Aliran Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah dengan Pranata Sosial

Pranata Sosial dalam Segi Agama: Kaitan Aliran Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah dengan Pranata Sosial
Sumber: pixabay.com

Abstract

Social institutions within the context of religion play a central role in shaping social and cultural order in indonesia. This article explores the relationship between social institutions and the two largest islamic organizations in indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) and Muhammadiyah. These organizations significantly influence social structures through the religious values they uphold and propagate.

NU, with its traditionalist approach, emphasizes local culture and traditional wisdom in islamic practice, strengthening community solidarity and pesantren-based social institutions.

Meanwhile, Muhammadiyah, with a modernist approach, emphasizes education, healthcare, and preaching through formal institutions, supporting the formation of social institutions based on progress and social reform. These differing approaches create a unique social dynamic, where both organizations contribute to social stability and change in indonesia.

This article also analyzes how the interaction between religion and social institutions within NU and Muhammadiyah frameworks impacts social values, family structures, and community development.

Bacaan Lainnya

Keywords: Social institutions, religion, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, social structure, culture.

Abstrak

 Pranata sosial dalam konteks agama memainkan peran sentral dalam membentuk tatanan sosial dan budaya di Indonesia. Artikel ini membahas hubungan antara pranata sosial dan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini memiliki pengaruh signifikan dalam membangun struktur sosial melalui nilai-nilai agama yang mereka anut dan sebarkan.

NU dengan pendekatan tradisionalis menekankan pentingnya budaya lokal dan kearifan tradisional dalam praktik Islam, yang memperkuat solidaritas komunitas dan pranata sosial berbasis pesantren.

Di sisi lain, Muhammadiyah dengan pendekatan modernis menekankan pendidikan, kesehatan, dan dakwah melalui institusi formal, yang mendukung pembentukan pranata sosial berbasis kemajuan dan reformasi sosial. Perbedaan pendekatan ini menciptakan dinamika sosial unik, di mana kedua organisasi berkontribusi terhadap stabilitas dan perubahan sosial di Indonesia.

Artikel ini juga menganalisis bagaimana interaksi antara agama dan pranata sosial dalam kerangka NU dan Muhammadiyah memengaruhi nilai-nilai sosial, struktur keluarga, dan pembangunan komunitas.

Kata kunci: Pranata sosial, agama, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, struktur sosial, budaya.

Baca Juga: Pranata dalam Organisasi Sosial dan Kelembagaan

Pendahuluan

Pranata sosial merupakan sistem nilai, norma, dan aturan yang membentuk pola perilaku dalam masyarakat. Dalam konteks agama, pranata sosial berperan penting dalam mengatur kehidupan sosial dan budaya, serta memberikan pedoman moral bagi individu dan komunitas.

Di Indonesia, agama Islam memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk pranata sosial, terutama melalui organisasi-organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini memiliki karakteristik dan pendekatan yang berbeda dalam menyebarkan ajaran Islam serta membangun struktur sosial di masyarakat.

Nahdlatul Ulama, dengan pendekatan tradisionalis, berakar kuat pada budaya lokal dan nilai-nilai tradisional. Organisasi ini memadukan ajaran Islam dengan kearifan lokal, yang tercermin dalam praktik keagamaan sehari-hari dan sistem pendidikan berbasis pesantren.

Menurut Clifford Geertz, pesantren berfungsi sebagai “penjaga nilai-nilai tradisional Islam” dan menjadi pusat pendidikan yang tidak hanya mendidik secara intelektual, tetapi juga moral dan spiritual. NU berperan dalam memperkuat solidaritas komunitas melalui praktik keagamaan yang inklusif dan toleran, serta mempertahankan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.

Sebaliknya, Muhammadiyah hadir dengan pendekatan modernis yang menekankan pentingnya pendidikan formal, pelayanan kesehatan, dan reformasi sosial. Melalui berbagai lembaga pendidikan dan amal usaha, Muhammadiyah berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih maju dan mandiri.

Fokus Muhammadiyah pada modernisasi dan rasionalisasi ajaran Islam membawa perubahan signifikan dalam struktur sosial dan pembangunan komunitas di Indonesia. Menurut Kuntowijoyo, Muhammadiyah adalah “pembaru sosial yang berusaha membawa Islam dalam konteks kemodernan dan keilmuan.”

Metode Penelitian

Dalam artikel “Pranata sosial dalam segi Agama: kaitan Aliran Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah dengan pranata sosial”, jika ditinjau dari sifatnya, penelitian ini adalah penelitian konseptual. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode kajian pustaka (literature review). Berikut adalah penjelasan singkatnya:

Metode Penelitian

Pendekatan 

  • Menggunakan pendekatan kualitatif.
  • Fokus pada pemahaman mendalam terhadap fenomena sosial dan peran organisasi keagamaan dalam membentuk pranata sosial.
  • Menggali dinamika sosial melalui interpretasi nilai-nilai agama yang dianut Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Jenis Penelitian

  • Penelitian deskriptif-analitis.
  • Bertujuan untuk memberikan gambaran mendetail mengenai keterkaitan antara pranata sosial dan organisasi keagamaan.
  • Mengkaji perbedaan pendekatan NU dan Muhammadiyah dalam membangun struktur sosial di masyarakat.

Teknik Pengumpulan Data

  1. Studi Pustaka
    Mengumpulkan data dari buku, jurnal ilmiah, artikel, dan dokumen resmi terkait NU dan Muhammadiyah.
  2. Analisis Wacana:
    • Mengkaji teks, pernyataan, dan kebijakan yang dikeluarkan kedua organisasi.
    • Memahami bagaimana nilai-nilai keagamaan diterapkan dalam konteks sosial.

Teknik Analisis Data:

  1. Reduksi Data
    Memilih dan menyaring data relevan dari berbagai sumber.
  2. Penyajian Data
    Menyusun data dalam bentuk narasi untuk mempermudah interpretasi dan analisis mendalam.
  3. Penarikan Kesimpulan:
    • Mengidentifikasi pola dan hubungan antara pranata sosial dan peran NU serta Muhammadiyah.
    • Menarik kesimpulan berdasarkan temuan untuk memahami kontribusi kedua organisasi dalam dinamika sosial di Indonesia.

Baca Juga: Pranata Sosial dalam Konteks Kekerasan dalam Rumah Tangga yang Terjadi di Indonesia

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan kajian literatur mengenai “Peran Kecerdasan Emosional dalam Meningkatkan Hubungan Interpersonal di Bidang Psikologi”, ditemukan sejumlah poin utama yang menyoroti hubungan signifikan antara kecerdasan emosional (EQ) dan kemampuan membangun serta mempertahankan hubungan interpersonal yang sehat.

Komponen Kecerdasan Emosional dan Hubungan Interpersonal

Kesadaran Diri (Self-Awareness)

Kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri memungkinkan individu untuk lebih sensitif terhadap reaksi emosional orang lain, sehingga memfasilitasi komunikasi yang lebih efektif.

Pengelolaan Diri (Self-Regulation)

Pengendalian emosi membantu individu merespons situasi interpersonal dengan cara yang konstruktif, mengurangi konflik, dan menciptakan harmoni.

Empati

Sebagai inti dari hubungan interpersonal, empati memungkinkan seseorang memahami dan merasakan perspektif orang lain, meningkatkan kualitas hubungan.

Keterampilan Sosial (Social Skills)

Kemampuan untuk menjalin dan memelihara hubungan didasarkan pada komunikasi yang baik, kolaborasi, dan manajemen konflik.

Baca Juga: Pranata Sosial dalam Konteks Pernikahan Dini: Analisis Kasus Gus Zizan dan Kamila Asyifa

Pengaruh EQ pada Dinamika Hubungan Interpersonal

Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan EQ tinggi lebih mampu:

  • Menjalin hubungan baru dengan lebih mudah.
  • Menyelesaikan konflik interpersonal melalui pendekatan yang kooperatif.
  • Memberikan dukungan emosional kepada orang lain, yang memperkuat ikatan interpersonal.

Hubungan Interpersonal di Konteks Profesional dan Personal

  • Konteks Profesional: Dalam dunia kerja, EQ tinggi membantu membangun lingkungan kerja yang kolaboratif, meningkatkan kepuasan kerja, dan produktivitas tim.
  • Konteks Personal: Dalam keluarga atau persahabatan, EQ mendukung komunikasi yang jujur dan saling pengertian, yang menjadi dasar hubungan yang tahan lama.

Pengaruh Faktor Budaya

Budaya memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana kecerdasan emosional dipersepsikan dan diterapkan dalam hubungan interpersonal. Dalam budaya kolektivis seperti Indonesia, empati dan hubungan harmonis lebih ditekankan dibandingkan budaya individualis (Nugroho, 2020).

Baca Juga: Pranata Sosial sebagai Panduan Generasi Muda di Era Globalisasi

Pembahasan

Hubungan antara kecerdasan emosional dan hubungan interpersonal merupakan topik yang relevan dalam bidang psikologi, mengingat keduanya memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan individu. Pembahasan berikut menganalisis hubungan ini secara lebih mendalam.

Kecerdasan Emosional sebagai Fondasi Hubungan Interpersonal

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri serta memahami emosi orang lain. Dalam konteks hubungan interpersonal, EQ memberikan kerangka kerja untuk berinteraksi secara efektif. Misalnya, empati membantu seseorang memahami kebutuhan emosional orang lain, yang pada gilirannya memperkuat rasa percaya dalam hubungan (Goleman, 2006).

Selain itu, EQ juga memfasilitasi pengambilan keputusan yang lebih baik dalam situasi interpersonal yang rumit. Sebagai contoh, individu dengan EQ tinggi cenderung menghindari respons impulsif saat menghadapi konflik, memilih pendekatan yang lebih tenang dan rasional.

Peran Setiap Komponen EQ dalam Hubungan Interpersonal

Kesadaran Diri

Kesadaran diri membantu individu mengenali bagaimana emosi mereka memengaruhi interaksi dengan orang lain. Misalnya, seorang manajer yang sadar akan emosinya dapat menahan kemarahan saat menghadapi kesalahan tim, sehingga menciptakan suasana kerja yang positif.

Pengelolaan Diri

Kemampuan mengelola emosi mencegah respons yang merusak, seperti menyalahkan orang lain secara berlebihan. Hal ini penting dalam menjaga hubungan jangka panjang, terutama dalam konteks hubungan personal seperti keluarga atau pasangan.

Empati

Empati mendorong hubungan interpersonal yang lebih dalam karena memungkinkan individu memahami kebutuhan emosional orang lain. Dalam terapi psikologis, empati adalah keterampilan utama yang digunakan untuk membangun hubungan antara terapis dan klien (Dima, 2018).

Peningkatan Hubungan Interpersonal Melalui EQ

Studi menunjukkan bahwa pelatihan kecerdasan emosional dapat meningkatkan kualitas hubungan interpersonal. Sebagai contoh, program pelatihan untuk meningkatkan empati dan keterampilan sosial telah berhasil mengurangi konflik di tempat kerja dan meningkatkan kolaborasi.

Pada level individu, seseorang dengan EQ tinggi cenderung lebih percaya diri dan nyaman dalam situasi sosial. Mereka memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang mendalam dan bermakna karena mereka memahami pentingnya kepercayaan, dan komunikasi.

Hasil dan Pembahasan

Peran Nahdlatul Ulama (NU)

Pelestarian Budaya Lokal

  • NU mengintegrasikan ajaran Islam dengan kearifan lokal, memperkuat identitas budaya melalui pesantren.
  • Pesantren menjadi pusat pembinaan moral, spiritual, dan sosial masyarakat.

Solidaritas Komunitas

  • NU memperkuat solidaritas sosial melalui praktik keagamaan berbasis komunitas.
  • Pendekatan inklusif NU menciptakan harmoni antarbudaya dan antaragama.

Pranata Sosial Tradisional

  • NU mempertahankan pranata sosial berbasis nilai-nilai tradisional dan gotong-royong.
  • Masyarakat desa yang berafiliasi dengan NU cenderung memiliki keterikatan komunitas yang kuat.

Peran Muhammadiyah

Modernisasi Pendidikan

  • Muhammadiyah menitikberatkan pendidikan formal dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
  • Lembaga pendidikan Muhammadiyah berkontribusi menciptakan masyarakat yang maju dan berpendidikan.

Reformasi Sosial

  • Fokus pada konsep “amar ma’ruf nahi munkar” yang diwujudkan dalam aksi sosial dan reformasi struktural.
  • Mengembangkan amal usaha di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

Dinamika Sosial antara NU dan Muhammadiyah

Perbedaan Pendekatan

NU cenderung mempertahankan pranata sosial berbasis tradisional, sedangkan Muhammadiyah mengusung modernisasi.

Saling Melengkapi

Kedua organisasi menciptakan dinamika sosial yang kompleks namun saling melengkapi.

Tantangan di Era Modern

Adaptasi terhadap Globalisasi

NU dan Muhammadiyah menghadapi tantangan dalam menjaga relevansi di tengah perubahan sosial dan teknologi.

Mempertahankan Identitas Keagamaan

Kedua organisasi dituntut untuk beradaptasi dengan globalisasi sambil mempertahankan nilai-nilai keislaman.

Baca Juga: Pentingnya Integrasi Sosial dalam Masyarakat Multikultural

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pranata sosial di Indonesia. NU, dengan pendekatan tradisionalisnya, berfokus pada pelestarian budaya lokal dan memperkuat solidaritas sosial melalui pesantren dan lembaga keagamaan.

Sementara itu, Muhammadiyah, dengan visi modernisasi, menekankan pendidikan formal, amal sosial, dan reformasi struktural untuk mendorong kemajuan sosial. Kedua organisasi ini, meskipun memiliki perbedaan pendekatan, saling melengkapi dalam membangun tatanan sosial yang inklusif dan harmonis.

Saran

Peningkatan Kolaborasi

Disarankan agar NU dan Muhammadiyah terus meningkatkan kolaborasi dalam kegiatan sosial dan pendidikan untuk menciptakan sinergi yang lebih besar dalam membangun masyarakat yang sejahtera dan harmonis.

Adaptasi terhadap Perubahan Sosial:

Kedua organisasi perlu lebih adaptif terhadap perubahan zaman, khususnya dalam menghadapi tantangan globalisasi dan digitalisasi, agar peran mereka tetap relevan dalam membentuk pranata sosial di masa depan.

 

Penulis: Salma Nur Habibah
Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik, Universitas Andalas

 

Daftar Pustaka

Abdurrahman, A. (2016). Organisasi Islam di Indonesia: Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Jakarta: Penerbit Insan Cendekia.

Azra, A. (2004). Jaringan Ulama: Tradisi, Relasi, dan Identitas. Jakarta: Penerbit Logos Wacana Ilmu.

Hasim, M. (2013). Pranata Sosial dalam Masyarakat Indonesia: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Penerbit LKiS.

Mujiburrahman, M. (2006). Islamic Education and the Politics of Modernity in Indonesia. Jakarta: Paramadina.

Rahman, F. (2010). Muhammadiyah dan Modernitas: Membangun Masyarakat yang Sejahtera. Bandung: Mizan.

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses