Respon Mahasiswa terhadap Pemilu yang akan Datang

Respon Mahasiswa terhadap Pemilu
Respon Mahasiswa terhadap Pemilu (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Tahun politik menuju Pemilu 2024 telah berada didepan mata. Saat ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional.

Bersamaan dengan hal tersebut, KPU menyebutkan bahwa angka pengguna hak suara pada Pemilu 2024 mendatang akan didominasi hingga 60% oleh para pemilih muda pada rentang usia 17-39 tahun.

Fenomena ini menarik perhatian salah satu mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan UMM angkatan 2020, yakni Ahmad Fauzan. Ia menyampaikan, dari sisi kuantitas pemuda akan lebih mendominasi terutama dari sisi demokrasi yang mengimplementasikan mayoritas suara terbanyak.

Bacaan Lainnya

“Sebagaimana dari bonus demografi yang sudah mulai terbaca, bahwasanya dominasi pemuda di Indonesia sudah cukup banyak yang secara tidak langsung juga akan menandakan jika Pemilu 2024 nanti akan di dominasi oleh usia produktif,” ungkap Fauzan.

Namun demikian, kesadaran politik bagi para pemilih muda ternyata masih perlu dipertanyakan. Fauzan memaparkan, sebagai bagian dari usia produktif, salah satu hambatan yang menyebabkan turunnya partisipasi politik generasi usia produktif adalah krisis kepercayaan terhadap kinerja kekuasaan terutama pemerintah.

“Maka, untuk meningkatkan partisipasi tersebut, generasi muda harus mendapatkan sebuah kepercayaan kembali dari pemerintah untuk menuntaskan segala tanggung jawab dan amanah dengan sebaik-baiknya dan menyadarkan bahwasanya partisipasi politik dari generasi muda sangat penting untuk arah gerak bangsa kedepan,” ujarnya.

Peran dari pesatnya perkembangan teknologi tentu sangat berpengaruh terhadap partisipasi pemilih muda. Salah satu pengaruhnya adalah arus informasi yang datang silih berganti. Pesatnya informasi tersebut, terutama melalui media-media kreatif yang saat ini digemari oleh kawula muda.

“Kondisi tahun politik saat ini tentunya berbeda dengan 5 atau 10 tahun yang lalu, bahwasanya dinamika partisipasi anak muda kala itu masih sangat terpengaruh oleh ketokohan-tokohan yang dibangun secara kurang maksimal dan masih cenderung ketinggalan zaman jika diukur dengan masa kini.

Tapi, kini semuanya sudah berubah dan menjadi sebuah hal yang semakin dinamis pada setiap pergerakannya, dimana salah satu pendorong utamanya saat ini adalah perkembangan teknologi informasi,” ungkapnya.

Terakhir, sebagai salah satu bagian dari usia produktif dengan hak suara pada Pemilu 2024 mendatang, Fauzan berpesan “Untuk para pemilih muda termasuk saya, mari sampaikan hak suara kita, tentu dengan tujuan menuju kebaikan tidak lain dan tidak bukan hanya untuk masa depan Indonesia yang lebih baik,” pungkasnya.

Kelompok pemuda (milenial) menjadi sasaran strategis melihat potensinya yang sangat besar hingga mencapai 56,45% atau sekitar 113 juta pemilih. Salah satu kelompok pemilih muda adalah mahasiswa.

Opini dan preferensi mahasiswa menjadi sentral karena tingkat literasi dan perhatian mereka pada isu-isu publik dan dinamika politik bisa berimplikasi pada sikap politik kelompok pemilih lain.

Sehingga memahami preferensi politik kelompok mahasiswa dalam Pemilu dan isu publik merupakan hal yang penting untuk dilakukan, karena pemegang suara terbanyak untuk pemilu 2024 dipegang oleh kelompok pemuda (milenial).

Mahasiswa juga sekelompok intelektual yang memiliki tempat istimewa di mata masyarakat Indonesia. Mahasiswa dianggap memiliki peranan penting dalam sejarah berdirinya pemerintahan Indonesia saat ini, terutama dalam menyambung suara rakyat yang dipercaya masih begitu jujur, idealis dan bebas dari tunggangan kelompok manapun.

Mahasiswa memiliki 3 peran, yaitu agent of change, agent of social control dan iron stock. 3 peran ini yang menunjukan bahwa mahasiswa dapat mewakili lidah rakyat dalam mengontrol dan mengawasi berbagai kebijakan pemerintah, pelopor terwujudnya perubahan sosial pada masyarakat serta sebagai penerus kepemimpinan di masa yang akan datang.

Sebagai kaum akademis, mahasiswa sudah semestinya mengambil peran penting dalam berbagai aspek bidang kehidupan termasuk dalam bidang politik.

Pesta demokrasi atau pemilihan umum (Pemilu) sudah di depan mata. Mahasiswa dituntut untuk memainkan peran tersebut sebagai bukti bahwa mahasiswa masih mampu menunjukkan eksistensinya dengan aktif.

Sebagai agen perubahan dalam bidang politik, mahasiswa tidak harus terjun ke lapangan bermain dengan para pemangku kepentingan elite politik.

Mahasiswa cukup memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya berdemokrasi bagi bangsa dan negara. Begitu juga dengan kontrol sosial yang harus dijaga mahasiswa selama menjalankan kehidupannya di tengah-tengah masyarakat, termasuk dalam melakukan kontrol pada Pemilu ini. Mahasiswa juga dinilai sebagai penguat moral bangsa.

Dibandingkan Pemilu-Pemilu sebelumnya, salah satu pembeda pada Pemilu 2024 adalah dominasi pemilih muda. Berdasarkan rilis Komisi Pemilihan Umum (KPU), gabungan pemilih generasi milenial dan generasi Z lebih dari 50 persen total pemilih yang ada di daftar pemilih tetap (DPT).

Hal ini tentu menjadikan pemilih muda sebagai target kampanye sehingga akan menjadi fondasi pembentukan narasi supply dan demand pada Pemilu 2024.

Pemilih muda yang memiliki proporsi terbesar dalam Pemilu 2024 menjadi potensi besar untuk meningkatkan kualitas demokrasi. Penelitian Maulida dkk (2021) menemukan bahwa 96,4 persen pemilih muda tidak dipengaruhi politik uang dan 81,3 persen tidak dipengaruhi orangtua dalam menggunakan hak pilihnya.

Terlepas dari preferensi apa yang digunakan pemilih muda dalam menggunakan hak suaranya, data tersebut menunjukkan bahwa pemilih muda telah memperagakan sikap pemilih yang ideal, yakni bebas, jujur, dan adil.

Sejalan dengan praktik ideal yang ditunjukkan pemilih muda dalam Pemilu 2019, sudah selayaknya penyelenggara lebih mengoptimalkan keterlibatan pemilih muda, terutama mahasiswa, untuk menyongsong Pemilu 2024.

Melalui karakternya yang energik, idealis, kritis, dan akademis, mahasiswa lebih tepat menjadi pengawal terwujudnya demokrasi yang berkualitas bersama Bawaslu untuk menekan praktik politik uang dan isu populisme.

Pada Pemilu kali ini, mahasiswa diharapkan mampu memiliki moral yang baik, menjadi teladan dan juga bisa memberikan dampak positif di masyarakat.

Tidak hanya itu, mahasiswa juga sebagai penjaga nilai atau menyebarkan nilai-nilai luhur yang selama ini diakui secara universal. Contohnya kejujuran, empati, keadilan, tanggung jawab, dan lainnya.

Peran mahasiswa dalam kaitannya dengan iron stock adalah menanggung nilai etis sebagai penyandang predikat mahasiswa secara bahasa maha yang artinya tinggi dan siswa adalah terpelajar.

Lima peran mahasiswa itu yang menunjukkan bahwa mahasiswa dapat mewakili lidah rakyat dalam mengontrol dan mengawasi berbagai kebijakan pemerintah, pelopor terwujudnya perubahan sosial pada masyarakat serta sebagai penerus kepemimpinan di masa yang akan datang.

Namun, di tengah kelompok intelektual ini masih ada pandangan apatis terhadap politik yang ada di Indonesia, contohnya saja pada Pemilu. Mahasiswa masih banyak yang memilih menjadi golongan putih (golput) atau tidak menggunakan hak pilihnya. Hal ini akan sangat merugikan bangsa Indonesia itu sendiri.

Untuk menjaga marwah demokrasi, mahasiswa sebaiknya tidak apatis dan hanya berdiam diri serta acuh tak acuh terhadap kontestasi pemilu di Indonesia. Selain itu, mahasiswa juga tidak perlu reaktif mengingat negara ini merupakan negara hukum sehingga harus sesuai koridor atau aturan yang ada apabila ingin mengkritisi.

Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka golput di kalangan mahasiswa, antara lain:

1. Meningkatkan kesadaran politik mahasiswa

Mahasiswa perlu menyadari bahwa mereka memiliki peran penting dalam menentukan masa depan bangsa. Oleh karena itu, mereka perlu memahami pentingnya menggunakan hak pilihnya.

2. Meningkatkan literasi politik mahasiswa

Mahasiswa perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang politik dan proses Pemilu. Dengan demikian, mereka dapat membuat keputusan yang tepat dalam memilih pemimpinnya.

3. Meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam politik

Mahasiswa perlu aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan politik, baik di kampus maupun di luar kampus. Dengan demikian, mereka dapat lebih memahami dinamika politik dan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar.

Selain itu, pemerintah dan penyelenggara Pemilu juga perlu meningkatkan upaya untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam politik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

Membuat proses Pemilu yang lebih ramah bagi mahasiswa. Misalnya, dengan mempermudah pendaftaran pemilih dan memberikan dispensasi bagi mahasiswa yang ingin menggunakan hak pilihnya di luar tempat tinggalnya.

Meningkatkan sosialisasi Pemilu di kalangan mahasiswa. Sosialisasi ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti media sosial, poster, atau spanduk.

Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan angka golput dikalangan mahasiswa dapat berkurang dan mahasiswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses demokrasi.

Penulis: Muhammad Farhan Abid
Mahasiswa Ilmu Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.