Ternyata Begini Realita Etika Mahasiswa Saat Ini

Apakah pembaca tahu berapa jumlah penduduk Indonesia yang menamatkan pendidikannya hingga bangku kuliah?. Menurut data dari BPS tahun 2023 hanya sekitar 10% dari total penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah tentu saja hal ini menjadikan mahasiswa sebagai seseorang yang diharapkan sukses karena dianggap sudah memiliki pendidikan yang tinggi dibandingkan yang lain.

Namun apakah hal ini benar adanya? atau justru sebaliknya masyarakat memilih untuk tidak berkuliah karena tidak ada perbedaan yang begitu signifikan.

Mari kita lirik kembali tujuan dari kuliah itu sendiri. kebanyakan masyarakat Indonesia melanjutkan pendidikan hingga jenjang perkuliahan agar karir dalam pekerjaannya menjadi lebih baik dan terencana, peluang sukses dan hidup mapan pun menjadi semakin tinggi.

Bacaan Lainnya
DONASI

Namun tujuan sebenarnya dari perkuliahan bukan hanya itu, melainkan dalam berkehidupan kita juga membutuhkan ilmu agar kehidupan kita dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Sedangkan mahasiswa saat ini kuliah hanya untuk sekedar memenuhi ego dan gengsi.

Bagi sebagian orang berpikir bahwa menjadi mahasiswa tidak menjamin akan kesuksesan seseorang. Begitupun juga sebaliknya semua itu tetap kembali kepada pribadi dari masing-masing mahasiswa.

Baca Juga:Derap Komunitas Marah-Marah: Etika Komunikasi Tergerus, Pengguna Twitter Terancam?

Salah satu faktor penting yang kurang dimiliki oleh mahasiswa saat ini adalah etika. Etika sangatlah penting dalam berkehidupan entah itu di lingkungan pekerjaan ataupun di lingkungan masyarakat. Kepribadian seseorang dapat dilihat dari bagaimana cara ia beretika dalam kehidupan sehari-hari.

Dikutip dari laman Satu Data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), BPS mendata, pada Agustus 2023, tercatat ada 452.713 orang lulusan S1, S2, dan S3 yang tergolong NEET (not in employment, education, and training), sedangkan lulusan diploma ada 108.464 orang.  Bahkan dalam sebuah interview seorang recruter pernah ditanya apa penyebab lulusan universitas saat ini sulit untuk mendapat pekerjaan, jawabannya adalah etika.

Mahasiswa saat ini cenderung berbicara secara terang terangan tanpa adab yang baik. Mulai dari cara berbicara dan postur tubuh yang kurang baik sampai ketidakpekaan terhadap apa yang terjadi di sekitar. Jadi masalah etika mahasiswa ini sudah tidak bisa diabaikan lagi dan perlu pencegahan lebih lanjut.

Pencegahan lebih lanjut ini memeng benar benar harus dilakukan. Pasalnya banyak mahasiswa yang masih mengabaikan terkait etika dasar dalam berkehidupan, seperti membuang sampah pada tempatnya, tidak berbuat gaduh atau berbicara keras ketika ditempat umum sampai tidak merokok dikampus.

Etika dasar seperti ini saja mereka masih sulit untuk melakukannya, bagaimana dengan etika yang lain. Hal hal seperti ini lama kelamaan akan menjadi kebiasaan.

Jika sudah menjadi kebiasaan yang lebih parahnya lagi akan menjadi karakter yang tertanam dan tentu saja akan menjadi budaya yang kurang baik.

Dalam dunia perkuliahan saat ini banyak sekali budaya yang kurang baik seperti demo yang merusak, arak-arakan yang menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan, juga pembulyan berkedok kaderisasi menjadikan mahasiswa memiliki etika yang kurang baik.

Baca Juga: Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMBY Menggelarkan Program Pemberdayaan Masyarakat pada Komunitas KBPL dan GIANTS: Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan Event Komunitas

Apalagi hal-hal di atas sudah seperti budaya yang harus dilanjutkan secara turun menurun. Hal ini membuat mahasiswa menjadi mengabaikan masalah fundamental yang ada dari budaya tersebut.

Akhirnya budaya-budaya tadi memberikan efek kepada kepribadian dan etika mahasiswa yang menjadi semakin  buruk setelah lulus kuliah.

Kenapa fenomena ini bisa terjadi? hal itu dapat kita lihat dari faktor di atas tadi bahwasannya penduduk Indonesia yang melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah hanya sekitar 10% yang akhirnya membuat beberapa mahasiswa merasa paling baik dan paling pintar dari yang lain.

Sifat jumawa tadi juga ikut dijadikan sebagai budaya yaitu arak arakan, memberikan ucapan selamat dengan cara yang berlebihan dan kurang sehat.

Ada juga yang sampai menghabiskan banyak biaya dan waktu hanya untuk seremoni kelulusan yang sebenarnya justru adalah langkah awal dari perjuangan karir mereka.

Hal hal seperti ini harus dihilangkan dan diberi perhatian dan penanganan lebih lanjut oleh mahasiswa itu sendiri.Salah satu hal yang dapat diberi perhatian lebih adalah tujuan dari kuliah itu sendiri.

Apakah tujuan berkuliah hanya karena gengsi atau mugkin karena suruhan orang tua. Bukankah lebih baik jika kuliah dilakukan dengan serius dan tekun.

Buat tujuan dan strategi yang tepat agar kuliah dapat bermanfaat dan tidak sia sia. Kurangi hal hal yang berbau tidak bermanfaat seperti healing atau sekedar nongkrong bersama teman teman.

Healing boleh asal jangan berlebihan. Hal hal seperti ini akan membuat daya juang sesorang menjadi lemah. Sebuah harapan atau cita cita tidak akan tercapai jika kita mimiliki daya juang yang lemah.

Baca Juga: Kejujuran dan Keadilan: Fondasi Etika dalam Sistem Informasi Digital

Indonesia diprediksi akan menjadi tahun emas tahun 2024 atau biasa kita sebut Indonesia emas 2045. Namun dengan realita anak muda saat ini yang tidak lain dan tidak bukan adalah mahasiswa, apakah tahun emas itu akan menjadi harapan atu malah akan menjadi bencana?. Tentu kita semua berharap akan menjadi harapan.

Tentu saja mahasiswa menjadi harapan kita untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik. Semua ini kembali lagi kepada mahasiswa apakah ingin menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk? Pilihan ada ditangan masing masing mahasiswa.

Jadi para mahasiswa apakah siap untuk memperbaiki etika? Karena sejatinya seorang pelaut tidak lahir dari lautan yang tenang.

Penulis:  Laisa Nurul Vika

Mahasiswa jurusan Teknik Mesin, Universitas Tidar

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.