Gerakan Tajdid pada 100 Tahun Kedua

Islam
Gambar dibuat dengan teknologi AI.

Abstrak

Menginjak usia seabad kedua, Muhammadiyah menghadapi tantangan besar dalam menjaga relevansinya sebagai gerakan tajdid. Hadis Nabi tentang hadirnya pembaharu setiap seratus tahun menjadi refleksi penting: apakah Muhammadiyah dapat terus melahirkan pembaharu yang sesuai dengan tuntutan zaman?

Tulisan ini mengeksplorasi strategi dakwah dan tajdid Muhammadiyah di era global, khususnya dalam konteks pendidikan Kemuhammadiyahan dan Keislaman di sekolah dan perguruan tinggi. Melalui pendekatan yang adaptif, Muhammadiyah diharapkan mampu menjawab dinamika sejarah dan perubahan sosial dunia.

Dengan integrasi nilai-nilai Islam dan inovasi, Muhammadiyah dapat mempertahankan perannya sebagai khairu ummah serta mengukuhkan gerakan pembaruan di berbagai aspek kehidupan, baik dalam lingkup lokal maupun global.

Pendahuluan

Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912, Muhammadiyah telah berperan sebagai pelopor gerakan pembaruan Islam (tajdid) di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Organisasi ini lahir dari kegelisahan akan praktik-praktik keagamaan yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta kebutuhan akan penyesuaian agama dengan perubahan zaman (Abdullah, 2013).

Dalam seratus tahun pertama, Muhammadiyah berhasil menempatkan diri sebagai organisasi yang tidak hanya memelihara nilai-nilai keislaman, tetapi juga aktif dalam membangun masyarakat melalui pendidikan, pelayanan kesehatan, dan filantropi (Ahmad, 2014).

Gerakan tajdid Muhammadiyah telah terbukti mampu merespons berbagai tantangan zaman. Abdullah (2013) menegaskan bahwa kemampuan Muhammadiyah untuk tetap relevan terletak pada fleksibilitasnya dalam mengadopsi perubahan, sembari menjaga prinsip-prinsip dasar Islam.

Ari (2012) menyatakan bahwa tajdid merupakan proses dinamis yang menuntut inovasi berkelanjutan, baik dalam pemikiran teologis maupun praksis sosial. Tantangan di abad kedua ini akan lebih kompleks dengan kemajuan teknologi, globalisasi, dan perubahan nilai-nilai masyarakat.

Muhammad (2012) menekankan bahwa salah satu pilar keberhasilan Muhammadiyah dalam gerakan tajdid adalah perannya dalam pendidikan. Institusi pendidikan Muhammadiyah, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, telah menjadi sarana efektif dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang progresif dan kontekstual.

Baca Juga: Gerakan Muhammadiyah dalam Pendidikan dan Ekonomi

Pendidikan menjadi media untuk menyiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan identitas keislamannya (Aliyah, 2013).

Kajian pustaka menunjukkan bahwa tajdid Muhammadiyah mencakup berbagai aspek. Abdullah (2013) menyebutkan bahwa dalam bidang dakwah, Muhammadiyah telah memanfaatkan teknologi informasi untuk menjangkau lebih banyak audiens, baik di dalam maupun luar negeri.

Ahmad (2014) menggarisbawahi pentingnya pengembangan kurikulum berbasis nilai-nilai Islam yang responsif terhadap isu-isu global seperti kesetaraan gender, lingkungan, dan keadilan sosial.

Aliyah (2013) menguraikan bahwa Muhammadiyah tidak hanya berperan dalam konteks lokal, tetapi juga memiliki dampak global. Melalui kerja sama dengan berbagai lembaga internasional, Muhammadiyah berkontribusi pada isu-isu kemanusiaan, seperti bantuan bencana, pendidikan untuk pengungsi, dan kampanye kesehatan global.

Ini menunjukkan bahwa tajdid Muhammadiyah tidak hanya bersifat reformatif, tetapi juga transformatif dalam membentuk peradaban dunia.

Memasuki abad kedua, Muhammadiyah dihadapkan pada pertanyaan besar: bagaimana organisasi ini dapat mempertahankan relevansinya di tengah arus perubahan yang semakin cepat?

Ahmad (2014) berpendapat bahwa Muhammadiyah harus terus memperkuat basis intelektual dan spiritualnya, serta mengembangkan strategi yang adaptif dan proaktif.

Pendekatan ini diperlukan untuk memastikan bahwa Muhammadiyah tetap menjadi pelopor dalam gerakan tajdid Islam dan terus memberikan kontribusi bagi perbaikan masyarakat global.

Melalui strategi dakwah dan tajdid yang berorientasi pada masa depan, Muhammadiyah diharapkan dapat menjaga posisinya sebagai khairu ummah.

Dengan demikian, tantangan yang muncul dalam seabad kedua ini dapat dijawab dengan inovasi dan keteguhan pada nilai-nilai Islam, memastikan keberlanjutan gerakan pembaruan yang telah menjadi identitas Muhammadiyah sejak awal berdirinya (Muhammad, 2012).

Pembahasan

Gerakan Tajdid dalam konteks Muhammadiyah merupakan sebuah upaya pembaruan yang bertujuan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dalam menghadapi tantangan zaman.

Sejak didirikan pada tahun 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah telah berkomitmen untuk melakukan pembaruan dalam berbagai aspek kehidupan umat Islam di Indonesia. Memasuki 100 tahun kedua, Muhammadiyah menghadapi berbagai tantangan baru yang memerlukan penyesuaian dan inovasi.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai gerakan tajdid yang dilakukan oleh Muhammadiyah, termasuk tujuan, strategi, tantangan, dan harapan untuk masa depan.

Muhammadiyah didirikan sebagai respons terhadap kondisi sosial dan spiritual masyarakat Muslim di Indonesia yang saat itu masih terbelakang.

KH. Ahmad Dahlan berupaya mengajak umat untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni, menjauhkan diri dari praktik-praktik bid’ah, dan memperkuat pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadis. Sejak awal, Muhammadiyah telah berkomitmen untuk melakukan pendidikan dan dakwah sebagai dua pilar utama dalam gerakan ini.

Memasuki abad ke-21, masyarakat Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan radikalisasi. Selain itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara orang berinteraksi dan mendapatkan pengetahuan.

Dalam konteks ini, Muhammadiyah perlu melakukan gerakan tajdid untuk menjawab tantangan tersebut dan tetap relevan dengan perkembangan zaman.

Baca Juga: Kepribadian Muhammadiyah

Tujuan utama dari gerakan tajdid adalah untuk memperbaharui pemahaman dan praktik Islam agar lebih relevan dengan kondisi sosial dan budaya saat ini. Beberapa tujuan spesifik dari gerakan tajdid ini antara lain:

  1. Meningkatkan kualitas pendidikan Islam: Memperbaiki sistem pendidikan agar lebih modern dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
  2. Mendorong partisipasi aktif umat dalam kegiatan sosial dan politik: Mengajak umat untuk berperan aktif dalam pembangunan masyarakat.
  3. Mengembangkan dakwah yang inklusif dan adaptif: Menciptakan metode dakwah yang dapat diterima oleh berbagai kalangan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Muhammadiyah menerapkan berbagai strategi yang melibatkan pendidikan, dakwah, dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Pendidikan menjadi salah satu pilar utama dalam gerakan tajdid.

Muhammadiyah telah mengembangkan berbagai lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan yang diberikan tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan pemahaman agama yang baik.

Kurikulum yang diterapkan di lembaga pendidikan Muhammadiyah mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan ilmu pengetahuan modern. Hal ini bertujuan untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki pemahaman spiritual yang kuat.

Misalnya, di tingkat pendidikan dasar, siswa diajarkan untuk memahami nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan toleransi. Pendidikan karakter menjadi fokus utama dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah.

Melalui berbagai program ekstrakurikuler dan kegiatan sosial, siswa diajarkan untuk berempati, peduli terhadap sesama, dan memahami pentingnya berkontribusi bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan visi Muhammadiyah untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia.

Muhammadiyah juga mengadopsi teknologi dalam proses pembelajaran. Penggunaan media digital dan platform pembelajaran online menjadi salah satu cara untuk meningkatkan akses pendidikan, terutama di daerah terpencil.

Dengan demikian, pendidikan Muhammadiyah dapat menjangkau lebih banyak siswa dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua. Dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah juga mengalami pembaruan. Metode dakwah yang digunakan kini lebih variatif dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

Misalnya, penggunaan media sosial dan teknologi informasi untuk menyebarkan pesan-pesan dakwah. Hal ini memungkinkan Muhammadiyah untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda yang lebih aktif di dunia digital.

Dengan memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan YouTube, Muhammadiyah dapat menyampaikan informasi dan nilai-nilai Islam dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.

Konten yang disajikan tidak hanya berupa ceramah, tetapi juga video edukatif, infografis, dan artikel yang relevan dengan isu-isu terkini. Dakwah juga dilakukan melalui kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat.

Baca Juga: Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan

Muhammadiyah sering mengadakan program bakti sosial, pengobatan gratis, dan pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini tidak hanya membantu masyarakat, tetapi juga memperkuat citra Muhammadiyah sebagai organisasi yang peduli terhadap kebutuhan umat.

Dalam upaya menciptakan kerukunan antar umat beragama, Muhammadiyah aktif melakukan dialog dengan berbagai kelompok agama. Melalui dialog ini, diharapkan dapat tercipta saling pengertian dan toleransi, serta mengurangi potensi konflik yang mungkin terjadi di masyarakat.

Muhammadiyah juga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun organisasi internasional. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperkuat program-program yang telah ada dan menciptakan sinergi dalam mencapai tujuan bersama.

Melalui kerjasama dengan pemerintah, Muhammadiyah berperan aktif dalam program-program pembangunan yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Hal ini menunjukkan komitmen Muhammadiyah untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Muhammadiyah juga bekerja sama dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat untuk mengimplementasikan program-program sosial yang lebih efektif. Dengan berbagi sumber daya dan pengetahuan, diharapkan program-program tersebut dapat memberikan dampak yang lebih besar bagi masyarakat.

Meskipun gerakan tajdid yang dilakukan oleh Muhammadiyah memiliki banyak potensi, namun tidak lepas dari berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan terbesar adalah radikalisasi di kalangan umat Islam.

Beberapa kelompok ekstremis mencoba memanfaatkan ketidakpuasan masyarakat untuk menyebarkan ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang moderat. Muhammadiyah perlu berperan aktif dalam memberikan pemahaman yang benar tentang Islam dan menanggulangi paham-paham yang menyimpang.

Perubahan sosial yang cepat, terutama akibat perkembangan teknologi, juga menjadi tantangan tersendiri. Generasi muda saat ini lebih terpapar pada informasi yang beragam, dan tidak semua informasi tersebut bersifat positif.

Muhammadiyah harus mampu memberikan panduan yang jelas agar generasi muda dapat menyaring informasi dengan baik. Di dalam tubuh Muhammadiyah sendiri, terdapat berbagai pandangan dan pendapat yang berbeda.

Perbedaan ini kadang-kadang dapat menimbulkan konflik internal yang mengganggu konsolidasi gerakan tajdid. Oleh karena itu, penting bagi Muhammadiyah untuk menjaga kesatuan dan soliditas di antara anggotanya.

Melihat tantangan yang ada, harapan untuk masa depan gerakan tajdid Muhammadiyah tetap optimis. Dengan komitmen yang kuat untuk melakukan pembaruan dan adaptasi terhadap perubahan zaman, Muhammadiyah diharapkan dapat terus berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik.

Diharapkan lembaga pendidikan Muhammadiyah dapat terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan. Dengan pendidikan yang baik, generasi muda diharapkan dapat menjadi pemimpin yang mampu menghadapi tantangan di masa depan.

Baca Juga: Khittah Muhammadiyah dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara: Perspektif Moral dan Sosial

Muhammadiyah diharapkan dapat terus berperan aktif dalam kegiatan sosial dan politik, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Dengan keterlibatan yang lebih besar, Muhammadiyah dapat menjadi agen perubahan yang membawa kebaikan bagi umat.

Melanjutkan dialog antaragama dan kerjasama dengan berbagai pihak akan menjadi kunci untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama dan memperkuat solidaritas sosial.

Dengan membangun jembatan komunikasi yang baik, Muhammadiyah dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan saling menghormati.

Abad ke-21 merupakan era globalisasi, teknologi, dan informasi yang mengubah berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, ekonomi, dan budaya. Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dihadapkan pada tantangan untuk tetap relevan dan adaptif di tengah perubahan ini.

Transformasi Digital: Perkembangan teknologi digital menuntut Muhammadiyah untuk memanfaatkan platform digital dalam dakwah, pendidikan, dan layanan sosial. Pemanfaatan media sosial, e-learning, dan aplikasi berbasis teknologi menjadi langkah strategis dalam menjangkau audiens global.

Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim: Tantangan lain di abad ini adalah isu lingkungan. Muhammadiyah diharapkan dapat memimpin gerakan Islam ramah lingkungan melalui kampanye sadar lingkungan dan aksi nyata seperti pengelolaan sampah berbasis komunitas.

Krisis Nilai di Era Digital: Generasi muda dihadapkan pada berbagai pengaruh negatif dari globalisasi, seperti hedonisme dan individualisme. Muhammadiyah perlu menanamkan nilai-nilai Islam yang kuat melalui pendidikan karakter dan program pembinaan generasi muda yang relevan dengan konteks zaman.

Isu Keadilan Sosial: Kesenjangan sosial dan ekonomi semakin tajam. Muhammadiyah perlu memperkuat gerakan sosial dan filantropi untuk membantu masyarakat kurang mampu melalui program pemberdayaan berbasis komunitas.

Dalam memasuki abad kedua, Muhammadiyah menghadapi tantangan yang semakin kompleks, baik dari dalam maupun luar organisasi.

Radikalisme dan Ekstremisme: Fenomena ini menjadi ancaman serius bagi Islam moderat yang diusung Muhammadiyah.

Perlu strategi dakwah yang menekankan Islam wasathiyah (moderat) dan toleransi. Muhammadiyah juga harus aktif dalam kontra-narasi terhadap ideologi ekstrem melalui media sosial dan pendidikan.

Konsolidasi Organisasi: Perbedaan pendapat dalam tubuh organisasi seringkali memicu perpecahan. Muhammadiyah perlu memperkuat musyawarah dan kaderisasi kepemimpinan yang inklusif untuk menjaga soliditas organisasi.

Ketimpangan Ekonomi dan Sosial: Dalam menghadapi tantangan ini, Muhammadiyah harus terus berinovasi dalam program pemberdayaan ekonomi berbasis syariah dan koperasi. Peran Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) perlu diperluas untuk menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan.

Baca Juga: Muqaddimah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah

Tantangan Pendidikan: Di tengah persaingan global, pendidikan Muhammadiyah harus mampu mencetak generasi unggul yang berdaya saing tinggi. Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dan nilai-nilai Islam, serta peningkatan kualitas tenaga pendidik, menjadi hal yang mendesak.

Modernisasi Dakwah: Dakwah tradisional harus bertransformasi menjadi dakwah berbasis teknologi informasi. Muhammadiyah perlu memanfaatkan media digital untuk menjangkau generasi muda dan masyarakat global dengan pesan-pesan Islam yang moderat.

Internasionalisasi Muhammadiyah merupakan upaya memperluas jangkauan dan pengaruh organisasi di tingkat global. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa Islam yang rahmatan lil ‘alamin dapat berkontribusi pada perdamaian dunia.

Kontribusi Kemanusiaan Global: Muhammadiyah telah terlibat dalam berbagai aksi kemanusiaan, seperti memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya, Palestina, dan korban bencana di berbagai negara. Langkah ini memperkuat citra Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang peduli kemanusiaan.

Jaringan Internasional: Muhammadiyah telah menjalin kerjasama dengan organisasi internasional seperti UNICEF dan WHO dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Penguatan jejaring ini dapat memperluas kontribusi Muhammadiyah dalam isu global, seperti kesehatan, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan.

Tantangan Globalisasi: Globalisasi membawa pengaruh budaya asing yang dapat melemahkan nilai-nilai Islam. Muhammadiyah perlu memperkuat identitas Islam moderat dan memberikan pemahaman kepada umat tentang pentingnya menjaga nilai-nilai keislaman di tengah arus globalisasi.

Pendidikan dan Riset Internasional: Muhammadiyah diharapkan dapat mendirikan lembaga pendidikan dan pusat riset di luar negeri. Ini tidak hanya akan memperkenalkan Islam Indonesia di tingkat global, tetapi juga memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia.

Diplomasi Islam Moderat: Muhammadiyah dapat berperan sebagai duta Islam moderat di forum internasional untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi antar umat beragama. Ini penting untuk mengikis stereotip negatif tentang Islam di mata dunia.

Dengan mengembangkan strategi-strategi ini, Muhammadiyah dapat memperkuat posisinya sebagai gerakan Islam yang dinamis dan responsif terhadap tantangan global.

Untuk mendukung gerakan tajdid Muhammadiyah ke depan, beberapa rekomendasi dapat dipertimbangkan: Muhammadiyah perlu memperkuat jaringan pendidikan dengan mengembangkan program pelatihan bagi guru dan tenaga pendidik.

Hal ini penting untuk memastikan bahwa pengajaran yang diberikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Mengajak generasi muda untuk terlibat aktif dalam kegiatan organisasi dan sosial sangat penting.

Muhammadiyah dapat mengadakan program-program yang menarik bagi generasi muda, seperti seminar, workshop, dan kegiatan sosial yang relevan dengan minat mereka. Program dakwah yang lebih kreatif dan inovatif perlu dikembangkan untuk menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda.

Penggunaan media digital dan konten yang menarik dapat menjadi alat yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Muhammadiyah perlu melakukan penelitian dan pengembangan untuk memahami lebih dalam tentang isu-isu yang dihadapi masyarakat.

Baca Juga: Muhammadiyah sebagai Gerakan Ekonomi

Dengan data dan analisis yang tepat, Muhammadiyah dapat merumuskan program-program yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Mengembangkan kerjasama dengan organisasi internasional yang memiliki visi dan misi yang sejalan dapat memberikan manfaat bagi Muhammadiyah.

Kerjasama ini dapat membuka peluang untuk pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya yang dapat memperkuat gerakan tajdid. 

Muhammadiyah tidak hanya berfokus pada masalah domestik, tetapi juga aktif dalam berbagai forum internasional. Salah satu inisiatif yang patut dicatat adalah keterlibatan Muhammadiyah dalam memberikan bantuan kemanusiaan di wilayah konflik dan daerah yang terkena bencana alam.

Namun, globalisasi juga membawa tantangan, seperti arus informasi yang tidak terfilter dan pengaruh budaya asing yang dapat melemahkan nilai-nilai keislaman. Untuk mengatasi hal ini, Muhammadiyah terus memperkuat perannya sebagai penjaga nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran.

Pendidikan merupakan pilar utama dalam gerakan tajdid Muhammadiyah. Organisasi ini memiliki ribuan sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pelatihan yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu ciri khas pendidikan Muhammadiyah adalah integrasi antara nilai-nilai keislaman dengan ilmu pengetahuan modern.

Tujuan utamanya adalah mencetak generasi yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki karakter Islami yang kuat. Sebagai contoh, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) telah mengembangkan program pendidikan berbasis teknologi untuk menjawab tantangan era digital.

Dengan memanfaatkan platform pembelajaran daring, UMY memberikan akses pendidikan kepada mahasiswa dari berbagai daerah, bahkan yang berada di pelosok.

Di tingkat sekolah dasar dan menengah, Muhammadiyah telah mengadopsi metode pembelajaran aktif yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Hal ini terlihat dalam berbagai lomba dan kompetisi yang diikuti oleh siswa Muhammadiyah, seperti lomba robotik dan olimpiade sains.

Muhammadiyah tidak hanya berfokus pada masalah domestik, tetapi juga aktif dalam berbagai forum internasional. Salah satu inisiatif yang patut dicatat adalah keterlibatan Muhammadiyah dalam memberikan bantuan kemanusiaan di wilayah konflik dan daerah yang terkena bencana alam.

Namun, globalisasi juga membawa tantangan, seperti arus informasi yang tidak terfilter dan pengaruh budaya asing yang dapat melemahkan nilai-nilai keislaman. Untuk mengatasi hal ini, Muhammadiyah terus memperkuat perannya sebagai penjaga nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran. Untuk memastikan bahwa rekomendasi yang telah disampaikan dapat diimplementasikan dengan baik 

Muhammadiyah perlu merumuskan langkah-langkah konkret yang dapat diambil. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengimplementasikan rekomendasi tersebut: Muhammadiyah perlu menyusun rencana aksi yang jelas dan terukur untuk setiap rekomendasi.

Rencana ini harus mencakup tujuan, langkah-langkah yang akan diambil, serta indikator keberhasilan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan. Mengadakan pelatihan bagi pengurus dan anggota Muhammadiyah untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menjalankan program-program yang telah direncanakan.

Pelatihan ini dapat mencakup manajemen organisasi, teknik pengajaran, dan keterampilan komunikasi yang efektif. Untuk mendukung program-program yang telah direncanakan, Muhammadiyah perlu melakukan penggalangan dana dan mencari sumber daya yang dapat digunakan.

Baca Juga: Gerakan Muhammadiyah dalam Pendidikan dan Ekonomi

Ini bisa dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta, lembaga donor, dan masyarakat luas. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap program-program yang telah dilaksanakan.

Dengan melakukan evaluasi, Muhammadiyah dapat mengetahui sejauh mana program tersebut berhasil dan apa saja yang perlu diperbaiki untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menyebarluaskan informasi mengenai program-program yang telah dilaksanakan dan hasil yang dicapai kepada masyarakat luas.

Hal ini penting untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta menarik minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan Muhammadiyah.

Penutup

Gerakan Tajdid pada 100 tahun kedua Muhammadiyah merupakan sebuah langkah strategis yang tidak hanya bertujuan untuk memperbaharui pemahaman dan praktik Islam, tetapi juga untuk menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks.

Dengan mengedepankan pendidikan, dakwah, dan kolaborasi, Muhammadiyah berupaya untuk tetap relevan dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Implementasi rekomendasi yang telah disusun dengan baik akan menjadi kunci keberhasilan gerakan tajdid ini.

Dengan semangat pembaruan dan komitmen untuk berkontribusi, Muhammadiyah diharapkan dapat terus menjadi garda terdepan dalam menciptakan perubahan yang positif bagi umat dan bangsa, serta mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Penulis:
1. Arjun Hardiansyah Diputra
2. Misbachul Kawakib

Mahasiswa Akuntansi A Sore Universitas Muhammadiyah Gresik

Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Rujukan

Ahmad Dahlan, KH. (1992). Sejarah Muhammadiyah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Munir, A. (2010). Gerakan Tajdid dalam Muhammadiyah. Jakarta: Rajawali Pers.

Nurcholish Madjid. (1999). Islam, Kemodernan, dan Pendidikan. Jakarta: Paramadina.

Syafii, A. (2015). Dakwah Inklusif: Konsep dan Implementasi. Yogyakarta: LKiS.

Supriyadi, A. (2018). Pendidikan Islam di Era Digital. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zainuddin, A. (2012). Muhammadiyah dan Tantangan Globalisasi. Jakarta: Alvabet.

Hasan, A. (2019). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Muhammadiyah. Yogyakarta: LKiS.

Rahman, F. (2021). Dakwah dan Media Sosial: Strategi Muhammadiyah di Era Digital. Jakarta: Prenada Media.

Masykur, A. (2017). Pendidikan Islam dan Pembaruan di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Al-Qur’an dan Terjemahannya. (2019). Al-Qur’anul Karim. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia.

Kementerian Agama Republik Indonesia. (2020). Statistik Pendidikan Islam. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia.

Azzam, M. (2018). Islam dan Tantangan Globalisasi: Perspektif Muhammadiyah. Yogyakarta: LKiS.

Miftah, A. (2016). Muhammadiyah dalam Pusaran Globalisasi: Tantangan dan Peluang. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Rahman, F. (2022). Peran Muhammadiyah dalam Masyarakat Modern: Sebuah Tinjauan Historis dan Kontemporer. Yogyakarta: UGM Press.

Syaifullah, M. (2020). Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Muhammadiyah. Jakarta: Pustaka Alvabet.

Wasilah, R. (2019). Perubahan Sosial dan Pendidikan Islam: Perspektif Muhammadiyah. Bandung: Pustaka Setia.

Zainal, A. (2021). Muhammadiyah dan Modernitas: Sebuah Kajian Kritis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yusuf, M. (2018). Kepemimpinan dalam Organisasi Muhammadiyah: Tantangan dan Harapan. Yogyakarta: LKiS.

Hidayat, A. (2020). Strategi Dakwah Muhammadiyah dalam Menghadapi Era Digital. Jakarta: Prenada Media.

Salim, A. (2017). Islam dan Toleransi: Perspektif Muhammadiyah. Yogyakarta: LKiS.

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses