Pada kesempatan kali ini, ada persoalan yang hendak dibahas yang selama ini melingkupi dunia pendidikan kita sekaligus menjadi tantangan bagi masa depan pendidikan di Indonesia. Berbicara tentang pendidikan tentu tidak lepas dari aspek yang terdapat di dalamnya yaitu kurikulum dari pendidikan itu sendiri. Mengapa standar kurikulum yang dibangun dan dirancang oleh pemerintah sering kali tidak sesuai pada kebutuhan. Memang dalam merumuskan kurikulum sekolah memiliki wewenang untuk mengimprovisasi isi kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah tersebut.
Namun keyataannya, tetap saja lagi-lagi sekolah dihadapkan pada kepatenan dan standarisasi pendidikan di Indonesia yang mengaharuskan sekolah untuk mengikuti standar tersebut. Tetapi apakah dengan mengikuti semua standar, siswa-siswa di Indonesia dapat lebih mengembangkan kemampuan di dalam dirinya? Jika hal itu ditolak dengan alasan bahwa setiap sekolah telah menerapkan pembelajaran terkait dengan minat dan bakat siswa, maka kita lihat seberapa besar porsi yang sudah diterapkan. Kita lihat seberapa besar perbandingan antara pembelajaran yang sudah distandarisasi dengan pembelajaran terkait minat dan bakat.
Suatu keadaan dimana pendidikan yang terjadi masa kini mendapat perhatian lebih dari para kritisi pendidikan. Mereka sangat menyangkan pendidikan sekarang sehingga para kritisi pendidikan bersama-sama mencoba untuk membuka sebuah sekolahan yang yang fokus pada kebutuhan peserta didik yang sesuai bakat dan minatnya sekolah tersebut dikenal dengan istilah sekolah alternatif.
Awal mula munculnya sekolah alternatif adalah sebagai bentuk perlawanan atas ketidakpuasan masyarakat terhadap praktek pendidikan arus utama. Di tengah kegelapan praktek pendidikan yang bukan pendidikan, masyarakat mengidamkan layanan pendidikan yang menawarkan cahaya. Layanan pendidikan yang tidak begitu-begitu saja (monoton). Pendidikan bukan cuma urusan memperbanyak isi memori otak atau mencari tahu sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya. Namun lebih dari itu adalah upaya menghubungkan semua yang sudah diketahui dengan hal-hal yang masih menjadi misteri. Sebagai sebuah pilihan jalan keluar, lahirlah sekolah alternatif bernama ‘Jogja Green School’ Jogja Green School merupakan sekolah berbasis alam dan lingkungan serta menjunjung tinggi pendidikan karakter. Lingkungan dijadikan sebagai laboratorium alam untuk belajar bersama alam dengan begitu peserta didik mampu mengamati, menganalisis, menemukan sesuatu yang dapat dipelajari dari alam. Jogja Green School berlokasi di Dusun Jambon RT 04 / RW 22, Trihanggo, Gamping, Trihanggo, Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55291.
Jogja Green School sudah berdiri cukup lama dari tahun 2009 sampai sekarang yang dipelopori oleh Ibu Eni tak lain sebagai pendiri Jogja Green School. Sepak terjang Jogja Green School ini cukup berat, penilaian masyarakat terhadap sejenis sekolah alternatif hanya dipandang sebelah mata tanpa memperhatikan kebutuhan anak itu sendiri. Kegigihan dan semangat seorang ibu Eni seakan memberikan nyawa dalam sekolah ini sehingga, eksistensi sekolah alternatif mendapat tempat di hati masyarakat.
Kemunculan ide ibu Eni untuk membuat sekolah alternatif berawal dari pengamatan pada anaknya selama belajar di sekolah “selama ini saya melihat pada diri anak saya adalah diri saya artinya segala keinginan saya harus dilakukan olehnya bahkan saya menganggap apa yang diajarkan itu paling benar untuk seorang anak namun, setelah diselidiki dugaannya salah justru secara tidak langsung membuat anak tertekan sehingga dapat menganggu psikologinya” ujar ibu Eni. Sedikit mengulas sosok hebat Ibu Eni beliau adalah seorang guru yang sebelumnya mengajar di sekolahan formal jenjang sekolah dasar. Keberanian dan kesabaran ibu Eni untuk mewujudkan mimpinya adalah tindakan yang sangat mulia yang mana mimpinya ingin memiliki sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan si anak secara lahiriah dan batiniah hingga akhirnya mimpi ibu Eni terwujud atas bukti nyata kepeduliannya sebagai guru terhadap pendidikan sekarang ini. Dalam mewujudkan mimpinya ibu Eni dibantu oleh pihak lainnya salah satunya adalah kepala yayasan yang telah menyediakan lahan untuk membangun Jogja Green School tersebut. Selain itu, juga ada para guru, penjaga sekolah, satpam ataupun masyarakat setempat yang mampu memberikan dukungan penuh dalam merintis Jogja Green School.
Yang unik dari sekolah alam ini adalah, metode pengajarannya disesuaikan dengan gaya belajar masing-masing anak. Contohnya, bagi anak-anak yang gaya belajarnya visual, mereka harus lebih banyak diajari dengan bantuan gambar. Contoh lain saat belajar memasak soup seorang guru membagikan uang kepada setiap anak sebesar Rp. 5000,- kemudian anak-anak diberi tugas secara merata untuk membeli bahan masakan soup per item. Selain itu, dalam pembelajaran memasak anak-anak juga belajar mengenai kecepatan serta hitung-hitungan. Jadi, semua siswa mendapat semua mata pelajaran yang termuat di satu pembelajaran. Kelas dikelompokan sesuai bakat dan minat, untuk kelas minat ada cooking class dan art class yang dilaksanakan dalam satu waktu yang sama.
Jogja Green School sangat terbuka dalam menerima siswa baru sehingga pihak sekolah harus mau menerima siswanya dalam keadaan dan latar belakang siswa seburuk apapun keadaannya. Siswa yang masuk jogja green school merupakan siswa yang rata-rata ditolak di sekolah negeri. Kondisi siswa di jogja green school tergolong anak-anak istimewa. Anak-anak istimewa diantaranya; anak autis, 75% asperger (metode duduk manis) tantrum, ADHD (Hiperaktif) keberagaman latar belakang siswa tersebut diperlakukan berbeda dengan melalui pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran.
Kondisi awal siswa murni karakter bawaan si anak ketika masuk Jogja Green School anak akan dibimbing dan dididik sesuai model dan metode yang diterapkan di sekolah tersebut sehingga anak akan mengalami perubahan perilaku atau behavior sebelum umur 12 tahun harus mengalami perubahan kondisi sebelum dan sesudah dari sana dapat terlihat tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Jenjang pendidikan yang ada Jogja Green School TK dan SD sedangkan jenjang SMP masih tahap perencanaan. Kelas dikelompokan sesuai bakat dan minat, untuk kelas minat ada cooking class dan art class yang dilaksanakan dalam satu waktu yang sama. Dalam sebuah pembelajaran semua warga sekolah adalah seorang guru baik itu satpam dan ibu kantin. Apresiasi yang diberikan kepada siswa untuk anak kecil adalah reward sedangkan untuk anak dewasa adalah punishment. Standar kelulusannya melalui keberhasilan siswa dalam mengerjakan assesment karena pada dasarnya dinyatakan tidak ada siswa yang tidak lulus. Ujian Akhir pelaksanaan Ujian Nasional setara dengan kejar paket A (PKBM). Disamping itu, untuk kendala yang terjadi adalah merubah nilai essay menjadi angka.
Anita Kara Prahita
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang