Sebagian orang mungkin belum mengenal apa itu penyakit skizofrenia atau berpikir bahwa itu adalah psikosis seperti Joker (karakter fiksi) yang bersifat jahat dan berbahaya bagi orang sekitar, padahal keduanya berbeda.
Nah stigma ini tidak mendeskripsikan secara menyeluruh dan tidak akurat sama sekali loh, karena psikosis hanyalah salah satu gejala dari gangguan mental, seperti gangguan bipolar, depresi berat, delusi, dan skizofrenia.
Meski gejala psikosis dapat muncul pada skizofrenia, tidak semua penderita skizofrenia pasti mengalaminya karena pada dasarnya orang yang menderita penyakit skizofrenia memiliki gejala yang berbeda-beda.
Baca Juga: Kesehatan Mental pada Anak dan Remaja
Gejala-gejala pada skizofrenia dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Gejala positif
Gejala ini ditandai dengan adanya perubahan pada tingkah laku dan pikiran seperti halusinasi, yaitu melihat, mendengar, atau bahkan sampai mencicipi sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
2. Gejala negatif
Gejala ini merupakan timbulnya sifat apatis terhadap lingkungan sekitar, merasa hampa, tidak peduli dengan penampilan, dan tidak termotivasi untuk melakukan apa pun.
3. Gejala kognitif
Gejala ini lebih sulit untuk dilihat, pada umumnya gejala ini menimbulkan kesulitan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, contoh yang paling sering terjadi ada sulit untuk berkonsentrasi.
Seseorang bisa dikatakan menderita skizofrenia apabila mengalami gejala-gejala tersebut, dan apabila gejalanya memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan kegiatan sehari-hari. Berdasarkan data dari WHO, ada lebih dari 20 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. Sementara di Indonesia sudah mencapai sekitar 400 ribu orang.
Penyebab dari skizofrenia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang yang menderita skizofrenia, yaitu keturunan, komplikasi saat kelahiran, dan cedera otak.
Baca Juga: Masyarakat dalam Menghadapi Kesehatan Mental di Masa Pandemi Covid-19
Selebihnya bagi orang-orang yang berisiko tinggi mengalami skizofrenia ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan gejala-gejala mereka kambuh, seperti stres dan penggunaan narkoba.
Penderita skizofrenia rentan dekat dengan kematian karena mereka suka berhalusinasi dan mudah merasa paranoid berlebihan entah dari dirinya sendiri atau orang lain, maka dari itu perlu penanganan untuk penderita skizofrenia seperti:
1. Beri mereka jarak dan ruang
Penderita skizofrenia sering kali merasa paranoid, yang membuatnya selalu merasa curiga jika orang-orang di sekitarnya akan membahayakan dirinya.
2. Hindari keadaan yang membuat mereka semakin paranoid
Jauhi benda-benda yang dapat memicu perasaan paranoid para penderita skizofrenia. Contohnya televisi, karena penderita paranoid dapat merasa jika berita atau film yang diputar sedang membicarakan dirinya.
3. Jauhkan benda-benda berbahaya
Jika penderita skizofrenia sudah terlalu paranoid, mereka akan melakukan apa saja untuk membela diri dari ancaman yang sebenarnya tidak nyata. Mereka akan mengumpulkan benda apa pun yang dapat dijadikan senjata. Oleh karena itu, demi menjaga keselamatan orang-orang di sekitar penderita skizofrenia, segera amankan dan jauhkan benda-benda berbahaya dari mereka.
4. Usahakan selalu terhubung dengan layanan kesehatan
Pastikan penderita skizofrenia mendapat perawatan yang tepat dari dokter spesialis kesehatan jiwa atau psikiater untuk penanganan yang lebih aman dan cepat.
Ada juga beberapa metode pengobatan untuk mengobati skizofrenia yaitu:
1. Obat-obatan
Untuk mengatasi halusinasi dan delusi yang dialami, dokter biasanya akan meresepkan obat anti psikosis dalam dosis yang rendah. Obat ini bekerja dengan menghambat efek dopamin dan serotonin dalam otak.
2. Terapi Elektrokonvulsif
Terapi elektrokonvulsif merupakan metode yang paling efektif untuk meredakan keinginan bunuh diri, mengatasi gejala depresi berat, dan menangani psikosis. Terapi dilakukan 2-3 kali dalam seminggu selama 2-4 minggu, serta dapat dikombinasikan dengan psikoterapi dan pemberian obat.
Baca Juga: Kesehatan Mental pada Pasien Gagal Ginjal
3. Psikoterapi
Psikoterapi yang dilakukan bertujuan agar pengidap dapat mengendalikan gejala yang dialaminya. Terapi ini dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan. Beberapa metode psikoterapi yang dapat dilakukan untuk pengidap skizofrenia, antara lain:
a. Terapi perilaku kognitif, yang bertujuan untuk mengubah perilaku dan pola pikir pada pengidap.
b. Terapi remediasi kognitif, yaitu terapi yang mengajarkan pengidap cara memahami lingkungan sosial, serta meningkatkan kemampuan dalam memperhatikan atau mengingat sesuatu, dan mengendalikan pola pikirnya.
Sayangnya, penderita skizofrenia tidak memiliki dukung yang besar oleh orang lain dan tidak banyak membicarakan penyakit ini, dan orang yang memberi dukungan bagi penderita skizofrenia sangat sedikit.
Ada hal-hal kecil yang bisa kita lakukan untuk membantu penderita skizofrenia seperti:
a. Berhenti mengecap penderita skizofrenia sebagai orang gila, karena hal ini hanya memperburuk keadaan bagi si penderita, stigma tersebut hanya membuat penderita skizofrenia semakin menghindari perawatan yang diperlukan dan membuatnya semakin dikucilkan oleh lingkungan sekitar.
b. Pahami skizofrenia lebih dalam, sering kali hal yang kita takuti adalah hal yang tidak kita pahami, hal ini terbukti bagi penderita skizofrenia di Indonesia yang terlantar atau tidak diasuh. Jika semakin banyak yang memahami skizofrenia, akan banyak pula penderita skizofrenia yang tertolong dan mendapatkan perawatannya.
Keyla Salsabela
Mahasiswa Akademi Keperawatan Hermina Manggala Husada
Editor: Diana Pratiwi