Urgensi Memahami Etika Komunikasi dalam Islam pada Era New Media demi Terwujudnya Kedamaian dalam Bermasyarakat

Sumber Ilustrasi: https://pixabay.com

Dinamika teknologi informasi di era membangun saat ini, sangat berkembang dengan pesat, komunikator bisa lebih mudah dalam menyebarluaskan pesan, begitupun komunikan bisa lebih instan dalam memperoleh informasi.

Media dapat membentuk perilaku masyarakat dan masyarakat bisa membentuk media, keduanya saling resiprokal. Namun pada era new media semua orang bisa menjadi komunikator dalam bermedia. Maka dari itu perlu sekali kita memahami etika komunikasi dalam Islam untuk menghindari sara, hoaks  dan hate speech.

Era kemajuan teknologi saat ini pesan sangat cepat tersebar ke khalayak luas, terlepas dari penerima pesan tersebut memiliki daya intelektual tinggi atau rendah, dengan adanya new media, Indonesia memasuki kondisi darurat dikarenakan banyaknya peristiwa penyeberan konten negatif dan provokasi meliputi berita bohong (Hoaks).

Baca Juga: Netiket Etika Berkomunikasi di Internet

Bacaan Lainnya

Isu ras, agama, dan antar golongan (Sara) dan ujaran kebencian (Hate Speech). Penyebaran informasi di media saat ini sangat berlimpah sehingga sebagian khalayak kebingungan dalam memfilter pesan tersebut, bahkan dapat terindikasi oleh konten hoaks, sehingga berdampak pada polemik di media sosial dan berujung ke tindakan pidana. Oleh karena itu artikel ini membahas bagaimana etika komunikasi di era new media berlandaskan perspektif Al-Qur’an.

Etika berkomunikasi harus sesuai dengan syariat yakni menekankan pada unsur yang islami dan juga dengan bahasa yang menunjukkan keislaman dan komunikasi secara islami, ini harapannya akan meliputi seluruh ajaran Islam seperti akidah (iman), syariah (Islam), dan ahlak (ihsan). Sehingga dengan begitu etika dalam berkomunikasi akan berjalan dengan baik dan tidak akan menimbulkan permusuhan antar sesama.

Etika dalam Islam dikenal dengan akhlak atau adab. etika dalam Islam merupakan hal yang sangat mulia di atas ilmu, karena orang yang berilmu tanpa etika, sama halnya orang yang berilmu tersebut tidak mengamalkan ilmunya.

Sebaliknya orang yang beretika, pasti ia adalah orang yang berilmu, karena tidak mungkin seseorang tersebut tahu tentang etika apa yang baik dan apa yang buruk tanpa adanya ilmu. Oleh karena itu sebuah slogan dalam Islam menegaskan Al Adabu Fauqol Ilmi, artinya adab itu lebih tinggi daripada ilmu.

Baca Juga: Media Sosial Instagram Mempengaruhi Gaya Hidup Remaja Milenial

Al-Qur’an memberikan petunjuk tentang etika komunikasi meliputi:

Komunikasi harus atas dasar kebenaran dan kesabaran

Dalam melakukan aktivitas komunikasi, Islam memandang bahwa komunikasi yang dilakukan harus ada tujuan dan maksud yang baik (dakwah) untuk saling mengingatkan kebaikan dan nasihat-menasihati dalam kebenaran agar kemashlatan dalam kehidupan akan selalu terwujud.

Sebagaimana firman Allah Swt, dalam Al-Qur’an surah Al-Ashr ayat 1-3 yang memiliki Arti: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Filtrasi dalam menerima informasi (tabayyun)

Dalam aktivitas komunikasi, tentu adanya aktivitas penerimaan dan penyampaian pesan. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, tentu melalui jaringan internet dalam media sosial, kita sangat mudah menemukan atau menerima informasi tanpa terhalang jarak dan waktu. Untuk itu perlu adanya filtrasi dalam menerima informasi agar kita terhindar dari hal-hal yang merugikan, baik kerugian untuk diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Al-Qur’an memberikan perintah tabayyun (teliti dan jeli) dalam menerima informasi, sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 6 yang memiliki arti: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Hindari saling olok-mengolok atas perbedaan

Islam mengajarkan agar dalam aktivitas komunikasi harus bersifat saling menghargai dan menghormati atas perbedaan, baik perbedaan atas suku ras dan budaya, maupun perbedaan pilihan, dan pendapat. Hal ini sebagaimana ditegaskan firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 3 yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.”

Baca Juga: Cara Menanamkan Akhlak Sosial yang Baik dalam Bersosial Media pada Era Milenial

Berkomunikasi dengan cara dan bahasa yang baik serta tersirat nilai-nilai kebaikan

Dalam berkomunikasi, kita harus pintar menggunakan cara dan bahasa yang baik agar tersirat nilai-nilai kebaikan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 5 yang artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Penulis: Farhan Riza Putra (2007015434)
Mata Kuliah Kapita Selekta Islam dan Komunikasi
Program Studi ilmu Komunikasi Fakutas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Editor: Ika Ayuni Lestari
Redaktur Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses