Kewirausahaan Jadi Kunci Indonesia Menjadi Negara Maju 2045

Sumber: Dokumentasi Penulis

Masalah pengangguran dan kemiskinan selalu menjadi perhatian pemerintah setiap tahunnya. Pemerintah sudah melakukan berbagai cara untuk mengatasi permasalahan itu mulai dari menyediakan fasilitas pelatihan kerja dan peningkatan soft skill melalui Badan Latihan Kerja (BLK) hingga program Pra Kerja yang digunakan untuk mempersiapkan skill dan tenaga kerja yang berkualitas.

Namun, kegiatan tersebut belum menjadi solusi dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah, tingkat pengangguran di Jawa Tengah dari tahun 2019 ke 2020 mengalami kenaikan.

Pada tahun 2020 pengangguran cenderung tinggi sekitar 6,48%.  Jawa Tengah berada di posisi 15 besar provinsi termiskin di Indonesia pada tahun 2022 dan 2023. Pada dasarnya terdapat penurunan tingkat kemiskinan tetapi masih relatif kecil yaitu 0,21%.

Bacaan Lainnya
DONASI

Data tersebut membuktikan bahwa kemiskinan masih menjadi masalah yang sulit diatasi. Masyarakat yang mencari pekerjaan semakin meningkat sedangkan penyedia kerja sangatlah terbatas.

Pengangguran tinggi jauh dari rata-rata pengangguran nasional terjadi pada tenaga kerja usia 15 sampai 24 tahun. Siswa kejuruan dan menengah serta mahasiswa yang baru lulus sulit menemukan pekerjaan di pasar kerja nasional.

Bahkan yang hanya memiliki ijazah sekolah dasar hampir setengah dari jumlah tenaga kerja di Indonesia. Hal tersebut semakin memperburuk keadaan perekonomian Indonesia.

Masyarakat perkotaan banyak berharap mendapatkan pekerjaan formal seperti di kantor maupun perusahaan besar lainnya, tetapi penawaran pekerjaan sektor formal tersebut sangatlah terbatas.

Apalagi sekarang tuntutan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) semakin tinggi sehingga sulit untuk dipenuhi ditambah banyak yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bisa lulus sekolah kejuruan ataupun menengah atas saja sudah termasuk perkembangan yang lumayan bagus.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, tingkat pengangguran tertinggi itu ada pada lulusan SMK mencapai 9,42%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 9,1 juta orang yang menganggur per Agustus 2021 dan sebanyak 2.472.859 pengangguran adalah lulusan SMA.

Seorang pengamat tenaga kerja dari Serang bernama Darlaini Nasution, SE mengatakan ada tiga faktor yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di Indonesia.

Faktor pertama adalah ketidaksesuaian hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan pekerjaan berarti banyak yang dari lulusan pendidikan tinggi yang tidak bekerja ataupun yang mendapatkan pekerjaan tidak sesuai pendidikannya seperti penjaga toko dan masih banyak lagi.

Faktor kedua adalah ketidakseimbangan permintaan dan penawaran yang dimana disini permintaan terhadap tenaga kerja sangat terbatas sedangkan penawaran tenaga kerja yang tak terbatas dan terus bertambah setiap tahunnya.

Faktor ketiga adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) rendah dibuktikan dengan data pengangguran tinggi yang berada pada usia produktif 15 tahun ke atas disebabkan oleh lingkungan yang kurang mendukung potensi manusia tersebut juga bisa karena kurangnya pelatihan soft skill nya.

Secara nyata soft skill sangatlah dibutuhkan di lingkungan pekerjaan baik itu di perkantoran maupun di perusahaan dagang sekalipun. Banyak yang berasumsi orang yang pintar belum tentu bisa unggul di soft skill nya, karena kebanyakan orang pintar itu hanya ambisius mengejar citra nama baik hingga lupa mengasah skill nya.

Persoalan pengangguran tidak pernah jauh dari kata kemiskinan. Kemiskinan dipicu oleh pengangguran yang setiap tahunnya selalu ada. Faktor yang mengakibatkan kemiskinan diantaranya pendidikan yang rendah, rasa malas bekerja, keterbatasan Sumber Daya Alam (SDA), terbatasnya modal, lapangan pekerjaan dan beban keluarga.

Pendidikan yang rendah mengakibatkan seseorang kurang memiliki keterampilan tertentu yang diperlukan di lingkungan pekerjaan. Sikap malas bekerja diartikan bersandar pada nasib dengan kata lain pasrah yang membuat seseorang bersikap acuh tak acuh bahkan sampai tidak bergairah untuk bekerja.

Keterbatasan modal dan beban keluarga tentunya selalu menjadi masalah yang dihadapi. Terkadang mereka memiliki bakat maupun potensi untuk bekerja, namun karena terbatasnya modal dan banyaknya beban keluarga membuat mereka tidak bisa berkembang.

Berbagai masalah tersebut bisa diatasi dengan membuka lapangan pekerjaan baru melalui kewirausahaan. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah setiap harinya, berwirausaha menjadi bentuk konkret yang dapat mempengaruhi penurunan angka pengangguran di Indonesia.

Berwirausaha sebenarnya sudah sejak dulu membantu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) negara, tetapi hanya sedikit orang yang konsisten menjalaninya.

Selain itu, wirausaha juga memiliki kefleksibelan waktu sehingga mereka tidak dituntut harus delapan jam penuh bekerja. Lama tidaknya wirausaha melakukan pekerjaannya  tergantung dengan target dan kapasitas yang ingin mereka capai.

Kewirausahaan erat kaitannya dengan konsep nilai tukar riil dimana ketika terjadi depresiasi atau penurunan nilai tukar riil domestik yang berarti barang domestik menjadi lebih murah dibanding barang-barang negara lain sehingga mendorong konsumen dalam negeri dan luar negeri untuk membeli lebih banyak barang domestik dan lebih sedikit barang dari negara lain.

Alhasil ekspor meningkat dan impor pun menurun yang menyebabkan adanya peningkatan ekspor neto negara. Pengembangan kewirausahaan sangat didukung oleh pemerintah yang dibuktikan dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2022 tentang pengembangan kewirausahaan nasional tahun 2021 sampai 2024.

Perpres ini sangat diperlukan untuk mengejar ketertinggalan wirausaha di Indonesia yang masih mencapai 3.47 persen dan menargetkan pada tahun 2024 mencapai 3,95 persen dengan tujuan memperkuat struktur perekonomian nasional.

Generasi Z sangat memiliki potensi untuk mendongkrak perekonomian Indonesia dibuktikan dengan banyaknya penemuan baru dan juga banyak wirausaha muda yang berhasil mengembangkan usahanya.

Anak sekolah sekarang tidak perlu bingung kalau mereka ingin serius merintis karirnya sejak masih sekolah karena dari sekolah sudah sangat difasilitasi mulai dari pelatihan hingga pendanaan untuk menjalankan usahanya.

Fasilitas tersebut sudah dirasakan manfaatnya oleh Faisal Jefrin seorang alumni SMKN 1 Kebumen jurusan Multimedia dengan usahanya bernama Brother Media. Sejak masih menjadi siswa, Faisal selalu tekun dan ulet dalam bidangnya terutama fotografi, banyak percobaan yang sudah dia lakukan dan berhasil bahkan sangat berpotensi.

Tekadnya yang kuat membuatnya dilirik oleh sekolah dan akhirnya didanai sekolah dan sekarang ia bisa membuka lapangan pekerjaan terkhusus untuk siswa SMKN 1 Kebumen.

Selain itu banyak juga mahasiswa yang sudah memiliki usaha saat masih dibangku perkuliahan, jadi mereka tidak pusing lagi mencari pekerjaan ketika mereka lulus kuliah.

Sumber: Penulis

Melalui semangat dan tekad mereka disini sudah jelas kewirausahaan sangatlah berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Produk Domestik Bruto Indonesia akan meningkat, inflasi menurun, dan masalah pengangguran akan teratasi seiriing berkembangnya wirausaha.

Indonesia yang dikenal menjadi negara berkembang maka pada tahun 2045 mendatang indonesia bisa menjadi negara maju yang tidak kalah keren dengan Jepang dan China.

 

Penulis: Samiyah Nur Amaliah
Mahasiswa S1 Ekonomi Pembangunan, Universitas Tidar

Editor: I. Chairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI