FTMM NEWS – Dalam era Pertanian modern, tantangan yang dihadapi petani semakin kompleks, termasuk serangan hama dan penyakit yang dapat secara signifikan mengurangi hasil panen. Jika pengendalian hama dan penyakit tidak cepat dilakukan, maka hasil produktivitas pertanian akan menurun.
Berdasarkan data AFSIS Secretarait (2023), produktivitas pertanian Indonesia terutama padi masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Vietnam. Oleh karena itu, diperlukan cara meningkatkan produksi pertanian dengan memperhatikan setiap faktor yang memengaruhi produktivitas pertanian.
Perubahan iklim dan lingkungan yang semakin memperburuk menyebabkan petani harus beradaptasi dengan berbagai metode pengelolaan pertanian yang lebih efisien dan canggih. Salah satunya dengan memanfaatkan nano biosensor sebagai solusi inovatif untuk mengatasi hal tersebut.
Cara Kerja dari Nano Biosensor Agrikultur
Dengan memanfaatkan sensor lingkungan, ultrasonic serta LED UV untuk mengusir dan menangkap hama. Sensor lingkungan untuk mengukur kelembapan tanah, suhu udara, dan lainnya. Lampu LED UV digunakan untuk menarik perhatian dari hama. Tepat dibawah lampu LED terdapat wadah berisi air berfungsi untuk menangkap hama yang ikut tertarik pada Cahaya lampu LED.
Baca juga: Pemanfaatan Nanoteknologi untuk Menanggulangi Dampak dari Panas Matahari terhadap Panel Surya
Nano-biosensor memiliki banyak potensi, penerapan dari nano-bio sensor dalam pertanian tidak tanpa tantangan. Biaya pengembangan, perawatan dan produksi yang tinggi, pelatihan dalam menggunakan fitur ini, serta kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut mengenai efektivitasnya di lapangan, menjadi beberapa hambatan yang harus diatasi.
Namun, nano-biosensor menawarkan peluang besar untuk mengubah cara kita mengelola hama dan penyakit dalam pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi ini, kita dapat meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan pertanian, mengurangi ketergantungan pada pestisida, serta melindungi lingkungan dan kesehatan manusia.
Penerapan green technology pada nano-biosensor untuk pertanian ini selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDGs 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab). Tujuan SDGs 12 adalah mendorong pola konsumsi dan produksi yang lebih berkelanjutan melalui berbagai langkah, termasuk kebijakan khusus dan perjanjian internasional tentang pengelolaan bahan yang beracun bagi lingkungan.
Penulis: Arifaldo Mulyasaputra
Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Airlangga
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Referensi
AFSIS Secretarait. (2023). Asean Food Security Information System Asean Agricultural Commodity Outlook. Agricultural Commodity Outlook (ACO) Report, No.30(25), 57. http://www.aptfsis.org
Surbakti, N. M., Dewi, S., Ramadhani, F., Septiana, D., & Pahlawan, R. (2024). PENERAPAN SISTEM KONTROL HAMA PADI DAN MONITORING SAWAH BERBASIS INTERNET OF THINGS DI SUMATERA UTARA. 8(4). https://doi.org/10.31764/jmm.v8i4.25241
Wagiyanti, W., Hamidson, H., & Suwandi, S. (2024). Intensity and Incidence of Pest Disease Attacks on Rice Plants in Enggal Rejo Village, Air Salek Subdistrict. Journal of Global Sustainable Agriculture, 4(2), 144. https://doi.org/10.32502/jgsa.v4i2.8408
Mondal, R., Dam, P., Chakraborty, J., Paret, M. L., Katı, A., Altuntas, S., Sarkar, R., Ghorai, S., Gangopadhyay, D., Mandal, A. K., & Husen, A. (2022). Potential of nanobiosensor in sustainable agriculture: the state-of-art. In Heliyon (Vol. 8, Issue 12). Elsevier Ltd. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2022.e12207
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News