Stop Body Shaming!

body shaming

“Kok kamu gendutan? Diet dong!”

Kalimat itu mungkin sudah tak asing lagi terlihat di beberapa komentar postingan seseorang di platform Instagram, biasanya disebut Fat Shaming.

Fat shaming merupakan kritikan atau komentar negatif tentang bentuk tubuh seseorang yang dianggap gemuk. Fat shaming menjadi salah satu bentuk body shaming yang paling umum di media sosial.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Stop Body Shaming, Depresi Hingga Bunuh Diri

Apa itu body shaming?

Body shaming adalah salah satu kejahatan seksual yang dilakukan dengan cara mengomentari fisik orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Komentar tersebut berkaitan dengan bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan penampilan fisik yang ditujukan untuk orang lain maupun diri sendiri.

Body shaming bukanlah sesuatu yang baru. Hal ini sudah ada sejak lama dan semakin mempengaruhi dunia maya dalam skala yang lebih besar dan bahkan lebih anonym dari sebelumnya. Media sosial wanita dewasa dan remaja putri saat ini semakin mengkhawatirkan dengan adanya fenomena ini.

Penyebab munculnya body shaming adalah persepsi yang buruk mengenai kondisi fisik, yang tentunya berkaitan dengan citra dan standar kecantikan ideal yang sudah mendarah daging di masyarakat.

Umumnya kita membandingkan cantik tidaknya diri kita dengan orang lain di media sosial. Ketika kita tidak memiliki penampilan ideal yang dipikirkan orang lain, ketakutan dan kegelisahan bisa muncul dalam diri kita.

Baca juga: Please Don’t Body Shaming

Penyebab yang lain yaitu perbuatan yang umumnya dianggap sebagai bahan candaan atau lelucon semata, namun hal tersebut menjurus pada tindakan body shaming. Hal ini bisa saja menyebabkan seseorang merasa sedih dan sakit hati dengan lelucon mengenai kondisi fisiknya.

Bentuk-bentuk body shaming sangat beragam. Ini termasuk komentar negatif seperti sindiran halus meminta orang tersebut untuk berolahraga agar tubuhnya ideal, komentar tentang bentuk fisik masa lalu mereka, atau bahkan membandingkan orang tersebut dengan binatang, contohnya “Ih, pipi kamu tembem banget! Makan terus sih kayak sapi.”

Terkadang sebagian orang beranggapan bahwa body shaming bisa memiliki pengaruh positif, yakni mendorong seseorang memperbaiki penampilan, menurunkan berat badan, meningkatkan kualitas diri, atau menjaga kesehatan. Namun, alih-alih meningkatkan kualitas diri, body shaming terbukti memperburuk kesehatan mental.

Menurut riset, bahwa body shaming tidak memotivasi perubahan dan bahkan menyakiti perasaan orang lain. Rasa sakit hati akibat body shaming dapat memicu stress dan mengganggu kesehatan mental, bahkan dapat menyebabkan depresi dan berujung pada rasa ingin bunuh diri.

Baca juga: Body Shaming di Sosial Media

Yang dilakukan apabila menjadi korban body shaming

  1. Menenangkan diri, dengan diri kamu yang tenang, kamu tidak akan membalas ejekan dengan gegabah.
  2. Hiraukan setiap ejekan dan perkataan orang lain dan membalasnya dengan perkataan positif.
  3. Memiliki penilaian dan perspektif mengenai arti kecantikan juga kesempurnaan versi berbeda.

Jangan berpikir bahwa kamu tidak pantas disebut cantik karena fisik yang tidak sempurna. Buka wawasan kamu tentang arti cantik yang sebenarnya, begitu kamu mengetahuinya kamu akan merasa lebih percaya diri dan yakin bahwa kamu tidak seburuk yang orang katakan.

Mengapa body shaming harus dihentikan?

Body shaming harus dihentikan karena ada banyaknya dampak yang ditimbulkan dari body shaming, terutama memperburuk kesehatan mental karena kritikan dan komentar negatif yang menyebabkan korban merasa tertekan. Selain itu, definisi cantik tidak bisa disamakan, sama seperti contoh berat badan ideal di Korea Selatan yang berbeda dengan berat badan ideal di Indonesia.

Ingatlah bahwa semua wanita itu cantik. Mulailah dengan mengenali dan mencintai diri sendiri. Inilah sebabnya mengapa kita harus menghindari segala bentuk body shaming.

Kita harus bisa mencintai diri sendiri dengan segala kekurangannya. Serta memiliki standar penampilan yang berperspektif luas. Sehingga kita bisa menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya.

Penulis: Sherly Melati Kurnia Widhi
Manajemen Manajemen Bisnis Universitas Sebelah Maret

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.