Eksistensi Tiktok sebagai Hiburan dan Wadah Kreativitas di Masa Pandemi

Tiktok di Masa Pandemi

Aplikasi TikTok telah menjadi salah satu budaya popular yang menyerang dunia, tak terkecuali Indonesia. Dalam perjalanan eksistensinya, aplikasi Tiktok sebenarnya sudah masuk ke Indonesia pada tahun 2017, namun pada kala itu dianggap oleh masyarakat sebagai aplikasi destruktif dan sifatnya membodohi karena didalamnya terkandung konten negatif seperti pornografi, asusila dan sebagainya. Hal ini yang kemudian menyebabkan Kementerian Komunikasi dan Informatika mengambil tindakan preventif dengan memblokir aplikasi ini. Namun keadaan ini berbanding terbalik ketika memasuki awal tahun 2020 dimana aplikasi ini justru menjadi salah satu pilihan favorit masyarakat, apalagi di masa pandemi ini.

Kenyataan di media sosial, aplikasi ini kerap diperbincangkan. Entah karena ada trend yang sedang viral, konten yang menarik, dan lain sebagainya. Fenomena ini menjadikan Tiktok tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Masih segar di ingatan kita bahwa dulu Tiktok sempat dianggap sebagai aplikasi pembodohan karena konten-kontennya yang kurang bermutu dan terkesan berlebihan. Hingga timbul anggapan bahwa Tiktok adalah aplikasi untuk orang-orang yang “alay”.

Awal tahun 2019 pengguna aplikasi Tiktok meningkat secara drastis di Indonesia. Sempat ada yang berasumsi bahwa ini hanyalah tren musiman. Akan tetapi hingga tahun 2021 sekarang ini eksistensi Tiktok masih tetap awet di hati masyarakat. Bayak orang berpendapat juga bahwa Tiktok kembali booming dikarenakan masa pandemi Covid 19, yang mewajibkan orang-orang untuk tetap berada di rumah. Jadi, daripada jenuh, mereka memutuskan untuk menciptakan dunia baru di Tiktok. Uniknya lagi, konten-konten yang di sajikan semakin unik dan kreatif. Hal inilah yang membuat penulis tertarik dalam melakukan penelitian ini.

Bacaan Lainnya
DONASI

Penelitian yang berkaitan dengan topik ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, di antaranya adalah: 1) Dini, Dwi Cahyani (2021) Dampak Penggunaan Aplikasi Tik Tok Dalam Interaksi Sosial (Study Kasus Di Sma Negeri 11 Teluk Betung Timur Bandar Lampung). Undergraduate thesis, Uin Raden Intan Lampung. 2) Fauziah, Yuliani Resti (2019) Konsep Diri Remaja Penggunaan Aplikasi Tik Tok Di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Tentang Konsep Diri Remaja Pengguna Aplikasi Tik Tok Di Kota Bandung Dalam Menunjukkan Eksistensi Diri Di Lingkungan Pergaulannya). Other thesis, Universitas Komputer Indonesia. 3) Marini, R. (2019) Pengaruh Media Sosial Tik Tok Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Di SMPN 1 Gunung Sugih Kab. Lampung Tengah. Lampung: Skripsi. 4) Prianbodo, Bagus (2018) Pengaruh “Tiktok” Terhadap Kreativitas Remaja Surabaya. Surabaya: Other Thesis, Stikosa-AWS. 5) Shofiana, Riza Ayu (2018) Impression Management Pengguna Aplikasi Tik Tok (Analisis Dramaturgi Erving Goffman Bagi Siswa SMA/SMK di Kecamatan Ambulu). Undergraduate thesis, Universitas Muhammadiyah Jember.

Baca Juga: Generasi TikTok di Era Pandemi

Adapun penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini berbeda. Peneliti mengambil judulEksistensi Tiktok Sebagai Hiburan Dan Wadah Kreativitas Di Masa Pandemi” yang mana berfokus pada pengembangan kreativitas masyarakat pengguna selama masa pandemi Covid 19. Nantinya peneliti juga akan membuat daftar konten kreator yang menginspirasi kegiatan-kegiatan kreatif di aplikasi Tiktok. 

Kreativitas

Kreativitas merupakan produk berpikir kreatif seseorang (Siswono 2004:78). Artinya kreativitas seseorang akan terlihat setelah orang tersebut mampu berpikir secara kreatif. Kreatif itu sendiri berarti gagasan atau ide atas konsep dan rencana untuk suatu kemajuan, yang bisa juga digunakan untuk memecahkan suatu masalah (Shadiq 2010:10). Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa kreatif bukan hanya sekedar menemukan ide. Akan tetapi ide tersebut harus memiliki keunggulan, memiliki prospek yang menjanjikan apabila di wujudkan atau di laksanakan.

Guildfor (dalam Ali dan Asrori, 2006:41) menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada dua cara berpikir yaitu, berpikir divergen dan konvergen. Konvergen adalah cara berpikir yang meyakini hanya ada satu jawaban atas setiap persoalan. Sedangkan divergen adalah cara berpikir dengan meyakini ada banyak alternatif penyelesaian masalah. Kebanyakan orang lebih condong berpikir

Rhodes (1961: 305) menggunakan pendekatan 4-P kreativitas (product, process, person dan press) untuk menjelaskan sifat multifaset dan untuk menggambarkan kondisi sukses kreatif.

  1. Product (Produk) termasuk ide-ide yang diungkapkan dalam bentuk bahasa atau kerajinan. Hal ini berfokus pada produk kreatif yang menekankan pada orisinalitas, yang berkemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau mengkombinasikan sesuatu hal yang sudah ada sebelumnya.
  2. Process (Proses) menggambarkan  proses mental yang operatif dalam menciptakan ide-ide, yang termasuk tahap persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana prasarana yang diperlukan dan memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif, dengan tidak merugikan orang lain atau lingkungan sekitar. The middle C creativity, or the study of normal creatives and how they create on a daily basis, shed light on the creative Process.
  3. Person (Pribadi) meliputi kemampuan kognitif, ciri-ciri biografi, dan kepribadian. Tindakan  kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.

Baca Juga: Stop Judging TikTok, Manfaatkan Peluang Bisnis di Dalamnya

Selain itu, Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan kreativitas menurut Gomez (2007:31-43), adalah seperti berikut:

a. Pemikiran konvergen dan divergen. Pemikiran konvergen menekankan reproduksi data yang ada dan diadaptasi dalam situasi yang baru dan dicirikan fleksibilitas dan orisinalitas. Pada dasarnya, pemikiran konvergen terkait dengan produksi sejumlah besar ide  -ide baru yang melibatkan kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas. Secara garis besar dikatakan bahwa hal ini berkaitan dengan cara pandang kita dalam melihat masalah dan cara menemukan penyelesaian masalah tersebut.

b. Lingkungan, untuk melatih kreativitas diperlukan lingkungan yang responsif. Pentingnya menemukan masalah dan solusinya dengan ide orisinal harus dicari secara aktif. Pemecahan masalah kreatif dalam situasi kelompok yang diatur secara hati-hati, lebih efektif dan ekonomis.  

c. Alat untuk menguji ide seperti komputer. Penggunaan komputer atau media dapat mendukung ekspresi dan pengembangan kreativitas, bahkan penggunaan multimedia pembelajaran dapat meningkatkan kreativitas, inovasi, pemecahan masalah, dan meningkatkan komunikasi antar individu. Dalam konteks pembahasan ini sesuai dengan objek penelitian yang dikaji yaitu aplikasi Tiktok.  

Hiburan

Otak manusia juga memerlukan hiburan agar tidak jenuh dan padat. Padat yang di maksud ialah kondisi saat terlalu banyak pelajaran, ilmu, pengetahuan, yang masuk tanpa adanya proses penyegaran yang terjadi. Sebagai contoh kasus, di mulai saat matahari terbit Anda sudah berada di dapur untuk memasak. Anda dibekali dengan ilmu bahan, cara-cara memasak yang baik dan benar. Selepas itu Anda akan mulai belajar secara daring. Guru atau teman Anda akan mencekoki Anda dengan bermacam informasi dan materi baru. Selepas belajar Anda akan dikomando untuk mengerjakan tugas, yang mana harus membaca banyak artikel sebelum menjawabnya. Sekarang, dapatkah Anda bayangkan seberapa padat pikiran Anda? Kira-kira begitulah kondisi yang dimaksudkan.

Dengan melakukan hobi dan kegiatan yang Anda sukai, sekiranya mampu menyegarkan kembali pikiran Anda (Cahyono, 2017). Sehingga kinerja dan performa otak kembali lancar. Hobi bersifat menghibur, memberikan relaksasi, kepuasan hingga mewujudkan sifat yang adiktif (Nurhariyadi, 2016). Hobi berbeda dengan kesenangan. Meski merujuk pada satu hal yang di gemari, akan tetapi dalam konteks yang berbeda. Misalnya, Anda senang menonton televisi, bukan berarti hobi Anda adalah menonton televisi. Tetapi mungkin hobi Anda adalah membaca, sehingga Anda senang menjumpai informasi baru.

Tiktok
black and orange digital device

Kehadiran Tiktok semakin populer sejak pemberlakuan pembatasan sosial sehingga kegiatan di rumah saja yang mengakibatkan rasa jenuh membuat masyarakat haus akan hiburan. Akibatnya pada masa pandemi yang mengharuskan kita melakukan aktivitas di rumah malah membuat orang lebih sering tidur-tiduran, menatap layar ponsel sambil tertawa sendiri karena melihat video lucu di media sosial. Tiktok telah menjadi instrumen hiburan sekaligus ajang eksistensi diri. Di aplikasi itu mereka mengekspresikan kesenangannya dan menunjukkan kemampuan berkarya.

Baca Juga: Bahaya Media Sosial dalam Pembentukan Karakter Anak pada Masa Pandemi Covid-19

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Tiktok kini seakan menjadi aplikasi primadona yang layak  diunduh oleh semua orang. Tiktok merupakan suatu aplikasi yang memungkinkan seseorang untuk membantu mengekspresikan dirinya di media sosial. Bentuk mengekspresikan diri di sini bisa dilakukan dalam banyak hal baik itu membuat video yang dapat menambah kreativitas, membuat lipsync maupun membuat video tantangan yang dapat menumbuhkan kepercayaan dirinya yang masuk pada tahap perkembangan diri remaja. Berdasarkan hasil pengamatan fenomena-fenomena yang terjadi saat ini dengan adanya media sosial dapat membuat seseorang untuk menghilangkan lelah serta mengusir kebosanannya.

Tiktok sebagai wadah untuk merekam dan menyajikan kreativitas serta momen berharga dari seluruh penjuru dunia melalui ponsel. Tiktok memungkinkan setiap orang untuk menjadi kreator dan mendorong pengguna untuk membagikan ekspresi ekspresi kreatif melalui video yang singkat, yaitu hanya 15 atau  60 detik, penggunanya diajak untuk bisa menggunakan kreativitas mereka. Kreativitas yang dapat dituangkan beragam, mulai dari peralatan yang digunakan, pilihan efek video, atau fitur-fitur lainnya yang tersedia di Tiktok. Jadi Tiktok bukan hanya sekedar mengunggah video seperti biasa, tapi pengguna Tiktok diajak untuk dapat memberikan video yang unik, menarik dan berbeda.

Saran

Sebagai generasi milenial yang baik dan mampu berpikir kritis, hendaklah kita senantiasa bijak dalam memilih konten-konten yang layak untuk dikonsumsi dan yang harus dijauhi. Perkembangan sebuah aplikasi kedipannya, baik  dari segi positif ataupun negatif, dipengaruhi oleh para pengguna. Dengan latar belakang aplikasi Tiktok yang sudah bagus dalam menampung segala hasil kreativitas pengguna, ada baiknya untuk tetap menjaga dengan tidak membuat konten-konten negatif di dalamnya.

Daftar Pustaka

[1] Prianbodo, Bagus (2018) Pengaruh “Tiktok” Terhadap Kreativitas Remaja Surabaya. Surabaya: Other Thesis, Stikosa-AWS.
[2] Siswono, T (2004) Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah (Problem Solving). Konferensi Nasional Matematika XII. Bali: Universitas Udayana
[3] Shofiana, Riza Ayu (2018) Impression Management Pengguna Aplikasi Tik Tok (Analisis Dramaturgi Erving Goffman Bagi Siswa SMA/SMK di Kecamatan Ambulu). Undergraduate thesis, Universitas Muhammadiyah Jember.
[4] https://tekno.kompas.com/read/2020/12/10/16250097/daftar-10-aplikasi-mobile-teratas-di-2020-siapa-juaranya-
[5] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200825104121-37-181742/berapa-pengguna-aktif-tiktok-di-dunia-jangan-kaget
[6] Siswono, T (2004) Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah (Problem Solving). Konferensi Nasional Matematika XII. Bali: Universitas Udayana
[7] Konferensi Nasional Matematika XII, Universitas Udayana , Denpasar, Bali. 23-27 July 2004 74 MENDORONG BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENGAJUAN MASALAH (PROBLEM POSING)1 Tatag Yuli Eko Siswono2 FMIPA UNESA Surabaya

Vita Rosari Sinurat
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Medan

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI