Memahami Peran Konsep Asih, Asuh, Asah dalam Pembentukan Karakter Bangsa dalam Ruang Pendidikan

Ruang Pendidikan
Ilustrasi Karakter Bangsa dalam Ruang Pendidikan (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Konsep Asih, Asuh, Asah merupakan filosofi pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Peserta didik dan tokoh pendidikan Indonesia. Asih menyoroti pentingnya nilai-nilai moral dan empati dalam pendidikan.

Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan tidak hanya tentang pembentukan kecerdasan intelektual, tetapi juga tentang pembentukan karakter yang baik. Asih mendorong para pendidik untuk membimbing peserta didik dengan penuh kasih sayang dan kepedulian, serta memperkuat hubungan emosional antara guru dan peserta didik.

Namun, benarkan dengan Asih seorang pendidik dapat membentuk karakter peserta didik? Dewasa ini, budaya disiplin positif digembor-gemborkan untuk diterapkan di ruang pendidikan. Saat ini Pendidik di tuntut untuk mendisiplinkan Peserta didik dengan cara-cara lebih “halus” dan mengesampingkan cara-cara pendisiplinan tradisional.

Bacaan Lainnya
DONASI

Konsep Asih bermain sangat jelas disini dan memang dilaksanakan dengan baik oleh guru sebagai pendidik dengan mendisiplinkan peserta didik melalui cara-cara “halus” penuh kasih sayang seperti nasihat preventif, pendekatan positif dengan mengingatkan tanpa memberikan tindakan pendisiplinan yang lebih tegas.

Penerapan disiplin positif yang terlalu memihak Peserta didik nyatanya tidak terlalu efektif dalam membentuk karakter disiplin anak karena dilapangan aturan disiplin ini terlalu abu-abu untuk dilaksanakan atau tidak ada kepastian tindakan pendisiplinan jelas yang memiliki efek jerah seperti pemberian poin-poin hukuman.

Aturan yang abu-abu dan tidak tegas akan membentuk karakter peserta didik yang seenaknya sendiri, tidak tertib, dan tidak awas terhadap aturan yang berlaku. Konsep pembelajaran dengan kasih sayang seharusnya bukan dengan memanjakan Siswa tetapi memberikan pengarahan yang tegas  namun tidak otoriter.

Sisi lain positifnya dari penerapan konsep Asih melalui disiplin positif adalah adanya keterikatan secara emosional antara guru dan peserta didik. Peserta didik akan merasa jauh diperhatikan melalui kasih sayang dan kepedulian yang diberikan guru. Mereka merasa lebih termotivasi untuk hadir di sekolah dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Sedangkan, Asuh menekankan peran pendidik sebagai pembimbing yang membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi mereka secara menyeluruh. Ini mencakup memberikan perhatian dan dukungan individual kepada setiap peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka.

Konsep Asuh didefiniskan sebagai aktivitas membimbing, mendukung, dan mengasuh peserta didik. Peran guru harus terlihat dan kuat dalam mengajarkan nilai-nilai karakter di sekolah, karena guru adalah seorang pendidik yang harus bisa digugu dan ditiru oleh peserta didik, mulai dari tingkah laku hingga tutur kata.

Penting bagi guru untuk mengetahui hal ini agar dapat mengidentifikasi karakter peserta didik dan berusaha membentuk karakter peserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan di sekolah.

Sejatinya peran guru sebagai pendidik tidak hanya terbatas pada pemberian materi ajar dikelas namun memberikan bimbingan non akademik juga. Konsep ini menyoroti pentingnya hubungan yang hangat, penuh kasih, dan peduli antara guru dengan peserta didik.  

Guru yang berperan sebagai orang tua di sekolah memiliki peran yang sama dalam mendidik anak tidak hanya dalam pengembangan intelektual tetapi juga secara emosional, sosial, dan spiritual. Tanggung jawah pengasuhan ini jauh lebih berat karena akan berimbas pada perkembangan karakter Siswa.

Asah mengacu pada pendidikan intelektual, di mana peserta didik diajak untuk mengasah kemampuan akademisnya melalui pembelajaran yang menantang dan relevan. Hal ini meliputi pengembangan keterampilan intelektual, kognitif, dan akademik peserta didik.

Pendidik sebagai fasilitator pembelajaran dapat menggunakan berbagai metode pengajaran yang relavan untuk peserta didik, metode pembelajaran inklusi dan berdiferensiasi dapat diterapkan guru didalam kelas untuk memancing rasa saling menghormati dalam keberagaman pikiran, pendapat, dan pemaham. Karakter dan nilai positif ini dibutuhkan peserta didik untuk menghadapi Masyarakat multikultural di luar ruang pendidikan.

Konsep Asih, Asuh, Asah oleh Ki Hajar Dewantara memberikan landasan filosofis bagi pendidikan, di mana pendidikan tidak hanya berkutat pada pengembangan kecerdasan akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kesiapan sosial peserta didik.

 

Penulis: Fatimah Az Zahra
Mahasiswa PPG Pendidikan Bahasa Jawa, Universitas Negeri Surabaya

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI