Salah satu mata kuliah wajib pada semester satu di kampus/jurusanku adalah Wawasan Ilmu dan Praksis Sosial yang mengharuskan kami untuk terjun ke lapangan melakukan pengabdian masyarakat.
Kami telah memutuskan akan memakai konsep tentang kebersihan untuk pengabdian masyarakat kali ini. Setelah proposal kami mendapat persetujuan dari dosen pengampu kami mulai mencari sungai yang menurut kami perlu/dapat diberi penanganan, tentunya dekat dengan tempat kami tinggal saat ini untuk menyusutkan biaya yang diperlukan.
Rencana yang telah kami susun dengan matang, harus dirombak karena perubahan informasi yang kami dapat dari dosen pengampu mata kuliah ini.
Pengabdian yang awalnya kami tujukan untuk membantu warga sekitar membersihkan Sungai yang tercemar tidak terlaksana karena banyaknya mahasiswa yang mengambil tema tentang kebersihan.
Dengan waktu kurang dari 2 minggu kami harus membuat proposal baru dengan tema baru pula “bagaimana bisa?” pikirku saat itu. Kami berkumpul namun saling diam, semua berpikir tema apa yang harus kami usung untuk proposal ini.
Dalam pemikiranku terbesit anggota kami pernah bercerita salah satu budaya yang untuk saat ini jarang sekali ku dengar. Jadi ku usulkan tema ‘Budaya batik tulis asal lamongan’ dengan pemikiran supaya proposal baru cepat dibuat.
Akhirnya kami setuju dengan tema itu, dan dalam waktu kurang dari 1 minggu kami telah menyelesaikan proposal-proposal yang dibutuhkan dan mendapat sponsor yang cukup untuk membiayai kebutuhan kami dalam melakukan pengabdian ini.
Selanjutnya kami berdiskusi tentang kendaraan yang akan kami gunakan untuk pergi ke Lamongan. Hasil akhirnya kami akan memakai motor saja, agar memudahkan kami saat ingin berpergian disana. Tiga motor dengan posisi Dina dengan Galih di depan, Dani di tengah karena dia sendirian, Baim dan aku di belakang.
Lamongan
Setelah mendapat persetujuan atas proposal kami, besoknya kami berangkat ke Lamongan. Kami berangkat jam 6 sore, dengan perjalanan kira-kira 6-7 jam kami sampai tengah malam di rumah Dina dengan selamat.
Sesampainya di rumah Dina ini kami bersih-bersih dan memutuskan untuk langsung beristirahat. Karena, keesokan paginya kami harus mengunjungi kantor Kepala Desa untuk memberikan surat permohonan izin observasi melakukan kegiatan di desa setempat.
Baca Juga: Ngapain Aja sih Magang di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan? Yuk Simak Ceritanya!
Proses Pengabdian Masyarakat
Pagi harinya kami mengunjungi kantor Kepala Desa dan sedikit menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan kami lakukan. Setelah itu dilanjutkan dengan mengunjungi rumah salah satu pengrajin batik tulis setempat.
“Kalau disini bagian ngasih malem (salah satu bahan untuk membuat batik, bisa juga disebut lilin) aja mbak, di bu Atiqoh itu bagian sketsa, ada juga yang bagian memberi warna itu bu Kartika. jadi disini setiap pengrajin punya tugasnya masing-masing.” jelas bu Nina pada kami.
Aku hanya mengangguk dan mendengarkan penjelasan beliau tentang macam-macam batik tulis khas Lamongan ini. Bu Nina juga memberi kami buku tentang penjelasan batik tulis, ada macam macam disana ditambah dengan penjelasan lengkap dari setiap bentuknya. Namun Bu Nina bilang batik yang paling khas di Lamongan itu ‘Bandeng Lamongan’, batik jenis ini banyak dipesan oleh pejabat daerah dengan harga yang lumayan fantastis.
Setelah itu kami lanjut ke rumah bu Atiqoh untuk melihat proses sketsa batik tulis, iya hanya melihat karena kurasa sulit untuk mencobanya. juga sekalian mengambil dokumentasi. Lalu kami kembali ke rumah bu Nina niatnya untuk mencoba memberi ‘malem’ ke kain batik. tapi ternyata kami harus membuat sketsanya dulu, ya sesuai dugaanku memang sulit membuat sketsanya.
Setelah sketsa jadi dan mencoba memberi ‘malam’ ke kain yang tidak kalah susahnya itu kami memutuskan untuk pulang, karena Dani, Galih, dan Baim harus melaksanakan sholat jum’at.
Keesokan harinya kami mengunjungi rumah bu Kades untuk membuat video dokumentasi dan melihat kain batik yang telah jadi. Dilanjutkan ke rumah bu Kartika untuk melihat proses pewarnaan dan mengambil dokumentasinya juga.
Baca Juga: Perkembangan Batik Tulis di Masa Pandemi
Akhir Perjalanan
Karena ini hari terakhir kami di Lamongan, Dina mengajak kami untuk mengunjungi pantai yang ada di dekat rumahnya. Sekedar bersantai, healing-lah setelah kesibukan kita menjalankan tugas pengabdian ini.
Dan kami melanjutkan perjalanan pulang pada siang hari, perjalanan ini terasa lebih lama ntah kita yang telah lelah atau memang jalanan yang macet pada siang itu.
Dalam perjalanan yang kami lakukan ini, aku mendapat banyak pengalaman baru tentang bagaimana menyusun rencana yang baik, bagaimana melakukan tugas bersama-sama dengan benar, dan bagaimana melakukan perjalanan jauh yang melelahkan tanpa orang tua. Juga aku jadi mengenal budaya/tradisi lawas yang masih dilestarikan di daerah lain. Kesan pertamaku terhadap perjalanan ini akan selalu terkenang hingga tua nanti.
Penulis: Asih Sukma Sekar Arum
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Malang
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News