Realisasi Nilai Pancasila untuk Memperkuat Moralitas dan Etika

Realisasi Nilai Pancasila Moralitas

Pancasila pada Siswa di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri

Abstrak

Penelitian ini dibuat berdasarkan pendidikan Pancasila yang merupakan sebagai wadah dalam membentuk moral dan etika di dalam kehidupan suatu bangsa dan Negara. Warga negara memiliki hak masing–masing yang sama dalam memperoleh pendidikan, namun pada kenyataan semakin zaman sudah berkembang, moral dan etika anak mulai banyak yang tidak tertata.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan 16 orang informan yang terdiri dari 3 orang guru dan 13 orang siswa. Pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, dan angket. Berdasarkan hasil analisis dengan data tersebut yaitu, pentingnya peran Guru dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila, pelaksanaan hak dan kewajiban Guru yang seimbang, pembinaan dan pembiasaan pengintegrasian nilai-nilai karakter pada pembelajaran, keberhasilan siswa dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Sebagian guru besar, guru SDN Tiron 3 mengamati, mendidik aktivitas siswa di kelas maupun di luar kelas setiap hari yang berlandaskan dengan Pancasila sebar. (2) Beberapa guru yang ada di SDN Trion 3 mencatat setiap hari dan beberapa lainnya mencatat atas perilaku siswa di sekolahan. (3) Guru mengutamakan penilaian Sikap pada siswa. (4) Guru di SDN Tiron 3 menindaklanjut penilaian dengan cara menginformasikan siswa secara berkala dan dengan memberikan pujian ataupun nasehat melewati penyerahan rapot setiap semesternya.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Peran Pendidikan Pancasila dalam Meningakatkan Pemahaman Nasionalisme Generasi Milenial di Era Globalisasi

Implikasi dalam penelitian ini ialah: Pertama Kepala Sekolah dasar dan guru harus mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas terkait penilaian sikap sosial ataupun nilai-nilai Pancasila. Kedua Gurus turut serta dalam hal mendidik di dalam kelas maupun di luar kelas untuk siswa. Ketiga Dukungan orang tua dalam melakukan nilai – nilai Pancasila harus ditanamkan setiap kapan pun dan dimana pun..

Kata kunci: Penerapan Nilai Pancasila, Moral, dan Etika

REALIZATION OF PANCASILA VALUE TO STRENGTHEN MORALITY AN ETHICS THROUGH PANCASILA TO STUDENT AT PRIMARY SCHOOL TIRON 3 DISTRICT KEDIRI       

Abstract

This research is based on Pancasila education which is a forum for forming morals and ethics in the life of a nation and state. Citizens have the same rights each in obtaining education, but in reality the times have developed, children’s morals and ethics are starting to be disorganized.

This research uses a qualitative descriptive research method with 16 informants consisting of 3 teachers and 13 people. student. The data collection used is observation, interviews, and questionnaires. Based on the results of the analysis with these data, namely, the importance of the teacher’s role in implementing the values ​​of Pancasila, the balanced implementation of the rights and obligations of the teacher, coaching and habituation of integrating character values ​​in learning, the success of students in applying Pancasila values ​​in everyday life.

The results in this study indicate that (1) Most of the professors, SDN Tiron 3 teachers observe, educate students’ activities in class and outside the classroom every day based on the spread of Pancasila. (2) Some teachers at SDN Trion 3 take notes every day and some take notes on student behavior at school. (3) The teacher prioritizes attitude assessment on students. (4) Teachers at SDN Tiron 3 follow up the assessment by informing students periodically and by giving praise or advice by submitting report cards every semester.

The implications of this research are: First, elementary school principals and teachers must have broad knowledge and insight related to assessing social attitudes or Pancasila values. Both teachers participate in educating both inside and outside the classroom for students. Third, parental support in carrying out Pancasila values ​​must be instilled whenever and wherever.

Keywords: Application of Pancasila Values, Morals, and Ethics

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu bentuk usaha yang sangat mendasar dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam mencerdaskan anak bangsa, namun kecerdasan yang dimaksudkan bukan hanya kecerdasan intelektual saja, tapi juga kecerdasan yang menyeluruh yang mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.

Dengan demikian, pendidikan menjadi suatu hal yang sangat utama untuk memajukan sumber daya manusia suatu bangsa dan Negara, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terdapat pada Bab II pasal 3 menyatakan bahwa, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.”

Nilai-nilai Pancasila sendiri terbentuk dari kepribadian masyarakat Indonesia, hal tersebut terbukti dalam setiap butir Pancasila mengandung makna yang mewakili setiap aspek, golongan, dan adat istiadat setiap bangsanya. Sehingga dalam konteks untuk memperkuat moralitas dan etika, Pancasila sebagai pedoman dan sumber utama dalam pembangunan bangsa harus mendapatkan perhatian secara serius.

Mengingat Pancasila adalah cerminan diri bangsa sehingga sudah sepatutnya seluruh warga Indonesia menerapkan nilai Pancasila dalam kehidupannya, salah satu jalan utamanya yakni melalui dunia Pendidikan. Pendidikan Pancasila yang sudah sepatutnya menjadi pengetahuan dasar bagi peserta didik. Karena, Pancasila merupakan salah satu pedoman bangsa Indonesia sebagai dasar dan ideologi negara yang menjadi kesepakatan para pendiri Negara Indonesia didirikan.

Pancasila sebagai ideologi negara memiliki peranan penting dalam memberi arah dan landasan bagi tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup juga memiliki arti sebagai pembangun karakter bangsa sekaligus kepribadian bangsa. Dimana dalam pembentukan karakter bangsa, nilai-nilai dalam Pancasila berpengaruh besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Pancasila sebagai tujuan pembangunan nasional bangsa akan menjadikan masyarakat yang bermoral, beretika, berakhlak mulia, berbudaya dan beradab.

Dan sekolah menjadi wadah yang paling tepat untuk memperkuat pembentukan moralitas dan etika seorang manusia. Moral dan etika merupakan sebuah landasan berpikir bagi manusia untuk dapat menjalani kehidupannya secara baik, harmonis, sejahtera, dan tidak hanya bermanfaat bagi dirinya namun juga bermanfaat juga bagi orang lain.

Namun melihat realita saat ini, bangsa Indonesia mengalami krisis akhlak akibat minimnya pembangunan moralitas dan etika, salah satunya di lingkungan sekolah. Melihat realita di lapangan masih banyak siswa yang bolos sekolah, perlakuan kekerasan antara siswa dengan siswa lain (bullying), pergaulan bebas, ketidakjujuran yang menjadi kebiasaan, menurunnya rasa hormat kepada orang tua, guru, dan banyak permasalahan lainnya.

Baca Juga: Revolusi Mental dalam Perspektif Pendidikan Pancasila

Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya hasil dari apa yang dipelajarinya di sekolah, salah satunya karena belum maksimalnya penerapan Pendidikan Pancasila ataupun bimbingan dari orang tua dan gurunya. Maka dari itu guru dan orang tua sebagai peran utama untuk memperkuat moralitas dan etika sang anak, perlu melakukan langkah-langkah yang tepat dalam membentuk karakter anak bangsa yang cerdas, bermoral, beretika, berakhlak mulia, berbudaya, beradab dan kreatif. Karena nilai-nilai tersebut harus ditanamkan kepada anak sejak di bangku sekolah dasar.

Penerapan Pendidikan Pancasila pada anak sekolah dasar akan lebih mudah dipahami oleh mereka, karena pada tahap ini siswa masih dalam kondisi yang optimal dan sangat potensial untuk mencerna pembelajaran melalui contoh yang dilakukan guru maupun orang tua.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dibuktikan bahwa penerapan Pendidikan Pancasila ke dalam pembelajaran di sekolah merupakan hal yang sangat penting dan wajib karena dinilai dapat memberikan dampak positif bagi moralitas dan etika anak sekolah dasar. Sehingga mereka memiliki karakter yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila dan harus terus dikembangkan dan dilestarikan bahkan harus menjadi budaya di sekolah dan dimanapun mereka berada.

METODE PENELITIAN

JENIS DAN DESAIN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui studi kasus (qualitative case study design). Menurut Yin (1993:16) dan Denzin & Lincoln (1994:76) metode ini tepat digunakan apabila peneliti ingin melihat dan mengeksplorasi hasil dari sebuah program atau kegiatan yang telah dilaksanakan. Sedangkan Bungin (2003:23) menyatakan desain penelitian seperti ini dapat membantu memahami permasalahan secara dalam dan kompleks.

Menurut David Williams (1995) penelitian kualitatif adalah upaya peneliti mengumpulkan data yang didasarkan pada latar alamiah. Tentu saja, karena dilakukan secara alamiah atau natural, hasil penelitiannya pun juga ilmiah dan dapat dipertanggung jawab, adapun pendapat Sugiono (2005) yang mengartikan bahwa penelitian kualitatif lebih cocok digunakan untuk jenis penelitian yang memahami tentang fenomena sosial dari perspektif partisipan.

Secara sederhana, dapat pula diartikan sebagai penelitian yang lebih cocok digunakan untuk meneliti kondisi atau situasi si objek penelitian.

DATA DAN SUMBER DATA

Sumber data penelitian diambil kepada 16 orang informan yang terdiri dari 3 orang guru dan 13 orang siswa. Menurut Fantana (1994:89), Creswell 2006:54), dan Sugiono (2014:89) pemilihan informan setidaknya harus mempunyai empat kategori, yaitu (1) memahami dengan baik permasalahan yang diteliti; (2) masih aktif dalam bidang yang diteliti; (3) mempunyai waktu untuk memberikan informasi kepada peneliti; dan (4) memberikan informasi sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.

Adapun lokasi penelitian ini yaitu di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri dan dilaksanakan pada bulan November 2021 hingga selesai. Pelaksanaan ini ditujukan untuk meneliti penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

OBSERVASI

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah observasi partisipasi dan observasi langsung. Dimana penulis mengamati informan yang melakukan penilaian baik pada saat kegiatan di kelas maupun di luar kelas. Penulis berpartisipasi dalam kegiatan guru yang melakukan penilaian ataupun pengajaran pada siswa. Hal-hal yang diamati dari informan sebagai berikut (1) melakukan observasi sosial pada siswa, (2) menulis catatan sikap sosial pada siswa, (3) Menulis catatan sikap sosial di laporan pengamatan.

WAWANCARA

Instrumen penelitian berupa protokol wawancara terstruktur sebagaimana yang dirancang oleh Krueger (1994:21). Menurut (Lexy J. Moloeng 2015 : 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata – kata dan tindakan ini ialah orang-orang yang diamati atau diwawancarai yang merupakan sumber data utama.

Menurut Krueger, agar wawancara tersusun dengan rapi dan informan mudah untuk memahami alur perbincangan, peneliti penting menyusun protokol wawancara dalam beberapa bagian, yaitu pertanyaan pembuka, pengenalan, transisi, kunci, dan pertanyaan penutup. Peneliti tetap harus memandu perbincangan dengan informan sehingga data yang dicari sesuai dengan penelitian, Yin (1994:65).

ANGKET

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket untuk pengumpulan data yang dibutuhkan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang ditulis untuk diberikan kepada responden yang akan memberikan repot sesuai dengan permintaan pengguna.

KEABSAHAN DATA

Penulis menggunakan dua jenis yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik untuk pengecekan keabsahan data yang diperoleh. Triangulasi sumber menggunakan dengan cara mengumpulkan data dari berbagai pihak yaitu guru dan siswa. Sedangkan triangulasi teknik menggunakan dengan cara mengecek kembali data hasil wawancara dengan data hasil observasi yang telah diperoleh.

ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini proses pencarian analisis data kualitatif yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1994). Penulis mentranskripsi hasil wawancara dengan semua informan yaitu guru dan siswa, kemudian penulis menganalisis data dengan kata demi kata berdasarkan tema Pancasila yang telah di pilih. Setelah itu, merumuskan dengan penilaian kemudian penulis menyimpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh informan, hasil penelitian secara nyata mendapati bahwa peran Guru dalam lingkungan SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri memiliki peran yang sangat penting di dalam penerapan nilai-nilai Pancasila kepada siswa. Mengingat bahwa Guru adalah sebagai orang tua kedua bagi peserta didik untuk mendidik dan membimbingnya.

Bukan hanya itu saja, namun peran Guru yang lainnya yaitu pendidik, pengajar, dan pelatih. Guru dituntut untuk memiliki tanggung jawab dalam mendidik siswa dengan sempurna. Meliputi pendidikan jasmani, rohani, akal, dan perilaku, karena Guru adalah orang yang memiliki pengetahuan luas dan keahlian dalam dunia pendidikan.

Bukan hanya mendidik saja, Guru juga berperan membimbing siswanya agar mampu menampakkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan. Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sehingga terciptanya generasi penerus bangsa yang religius, cerdas dan bermoral.

Menurut hasil wawancara dengan salah satu Guru yang ada di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri, penerapan pendidikan Pancasila sangat penting bagi siswa SD. Karena selain menjadi landasan atau dasar negara, Pancasila juga berperan penting untuk membentuk karakter siswa itu sendiri. Dengan adanya penerapan Pancasila ini, karakter moral dan etika siswa bisa dikatakan membaik. Jika tidak ada penerapan Pancasila, siswa akan menjadi apatis dan tidak tahu sopan santun.

Selain itu, dalam pelaksanaan di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri, semua Guru sudah melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. Misalnya saat ini pembelajaran yang diterapkan di sekolah mengacu pada penerapan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai dalam Pancasila tersebut mengandung makna bahwa setiap sanubari bangsa wajib untuk menanamkan nilai keagamaan, nilai sosial, nilai budaya, nilai bermusyawarah, dan nilai keadilan.

Di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri semua Guru selalu mengutamakan nilai-nilai Pancasila, contohnya mereka mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama dilakukan dengan musyawarah. Bukan hanya dengan teman sejawat, namun dengan siswa, orang tua siswa, bahkan dengan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.

Misalnya saat ini ada kegiatan rehab sekolah, rapat dinas, pembagian dana PIP sekolah, pelaksanaan kurikulum di sekolah, dan agenda tahunan sekolah. Meskipun banyak sekali pendapat yang berbeda-beda, namun semua warga sekolah maupun masyarakat yang ada di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri, selalu menghormati keputusan bersama yang sudah di ambil. Mereka selalu mengadakan musyawarah untuk mencapai mufakat demi kepentingan dan kemajuan bersama.

Baca Juga: Pancasila sebagai Sistem Etika bagi Masyarakat Indonesia

Di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri semua Guru melaksanakan hak dan kewajiban dengan seimbang dalam lingkungan bekerja. Pastinya hak yang  didapat oleh Guru yang belum memiliki status PNS memang lebih sedikit dibandingkan dengan Guru yang sudah PNS.

Meskipun Guru di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri banyak yang belum PNS, hal tersebut tidak membuat Guru pantang menyerah untuk selalu melaksanakan kewajiban dengan sepenuhnya. Karena mereka memahami tentang pentingnya  penanaman nilai-nilai Pancasila tidak hanya diterapkan pada diri siswa, namun juga sangat penting diterapkan oleh Guru dalam kehidupannya. Supaya Guru bisa menjadi acuan dan contoh yang baik bagi siswa.

Guru harus memberikan arahan yang berkaitan dengan hal-hal yang positif sesuai dengan penanaman nilai-nilai Pancasila, supaya siswa mampu menerapkan dan menjadi bekal untuk kehidupannya dimasa mendatang. Peserta didik sangat membutuhkan Guru untuk mengajar dan mendidiknya, memberi penjelasan dan pengarahan sehingga peserta didik yang awalnya belum tahu maka akan menjadi tahu dan yang awalnya sudah tahu maka akan menjadi lebih tahu mana perbuatan yang baik dan buruk.

Ada beberapa siswa di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri yang memiliki moral dan etika yang kurang berkenan. Misalnya seperti siswa berbicara/bertingkah laku lebih dewasa dari umurnya, tidak bisa berbahasa yang sopan dengan Guru atau orang yang lebih tua, berbicara kasar, dan sering membuat gaduh. Hal tersebut juga dikarenakan kurangnya pembiasaan siswa saat berada di rumah.

Guru di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri selalu memberikan contoh dan mengarahkan siswa untuk memiliki moral dan etika yang baik dimana pun mereka berada. Tidak hanya Guru yang menjadi teladan bagi siswa, namun peran orang tua di rumah juga sangat penting.

Siswa memerlukan contoh nyata untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya. Guru di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri juga memberikan teguran bahkan hukuman bagi siswa yang melanggar moral dan etika yang terdapat pada nilai-nilai Pancasila.

Sanksi yang diberikan bukan berbentuk hukuman fisik, melainkan sanksi yang bersifat edukasi atau mendidik, contohnya ketika ada siswa yang berbuat gaduh di kelas maka yang dilakukan oleh Guru adalah memberi teguran dan bahkan memberikan hukuman seperti membuat surat permintaan maaf di kertas folio sebanyak 2 lembar penuh.

Untuk memperkuat realisasi nilai-nilai Pancasila yang dilakukan oleh Guru di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri yaitu pengintegrasian nilai-nilai karakter pada pembelajaran yang akan dilakukan, dengan begitu siswa akan lebih mudah mencerna dan memahami makna dari setiap karakter. Untuk dapat membentuk karakter siswa, maka perlu adanya pembinaan dan pembiasaan yang konsisten.

Dengan melakukannya secara terus menerus maka karakter tersebut akan tertanam dalam sikap siswa. Karena pembiasaan merupakan kunci utama terwujudnya karakter siswa, sehingga diperlukannya penguasaan pengajaran oleh Guru. Guru harus mampu mengemas proses pembelajaran menjadi inovatif, menyenangkan dan mudah dipahami serta dapat berguna untuk  memperkuat moralitas dan etika siswa.

Ada beberapa aturan untuk mendisiplinkan siswa dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila. Karakter berakhlak mulia diambil dari penerapan sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Realisasi pembentukan karakter berakhlak mulia ditunjukkan seperti berdoa dan mengucapkan salam sebelum dan sesudah pembelajaran, mengingatkan dan mengajak beribadah bersama saat di sekolah, mengikuti pembelajaran dengan tertib, senantiasa bersikap bersyukur. Sedangkan dalam realisasi penerapan sila kelima Pancasila, siswa dituntut untuk mampu berlaku seadil-adilnya dalam bertindak menjadi seorang pemimpin.

Untuk dapat melakukan hal tersebut, dalam perjalanannya menjadi seorang pemimpin, siswa akan belajar memecahkan masalah melalui pemikiran atau ide-ide kreatif yang ia buat. Karena pada dasarnya potensi kreatif siswa akan bertumbuh apabila siswa dihadapkan pada sebuah problematika dan tantangan-tantangan yang bersifat membangun potensi anak.

Saat melaksanakan proses belajar mengajar, Guru di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri selalu menerapkan pengajaran terkait nilai-nilai Pancasila untuk mendidik moral dan etika siswa. Contohnya pada saat awal pembelajaran, setelah guru dan siswa berdoa untuk memulai pembelajaran, Guru meminta siswa untuk membaca Pancasila bersama-bersama.

Hal tersebut berguna agar siswa hafal Pancasila, dimana Pancasila sendiri adalah dasar negara Indonesia. Siswa diperintahkan tidak menghafal tapi memahami setiap nilai – nilai yang terkandung dalam sila – sila Pancasila dan diterapkan dalam kehidupan sehari hari baik sekarang dan selamnya. Dari 1 sampai 5. Dimana sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” dimana nilai ini tertuju pada Nilai Ketuhanan.

Nilai ini yang mencerminkan Indonesia sebagai negara yang beragama dan beragam agama, yang artinya, setiap warga Indonesia memeluk agama yang mereka percayai, dengan dilambangkan bintang warna emas dan latar belakang berwarna hitam. Lambang tersebut menggambarkan segenap bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” dimana nilai ini tertuju pada Nilai Kemanusiaan. Nilai ini mencerminkan, yang mengajarkan setiap warga Indoneisa harus saling bersikap adil dan manusiawi kepada setiap orang dalam perbedaan yang ada, dengan lambang yang digambarkan dengan rantai emas dan latar belakang berwarna merah.

Jika diperhatikan, gelang rantai pada lambang ini memiliki bentuk yang berbeda dan saling terikat tanpa putus layaknya hubungan rakyat Indonesia yang selalu atau saling terikat dan membantu. Sila ketiga sendiri berbunyi “Persatuan Indonesia” dimana nilai ini tertuju pada nilai Persatuan, yang memiliki arti bahwa warga negara Indonesia harus selalu bersatu hingga tidak boleh terpecah – belah karena adanya perbedaan dalam sekitar.

Lambang sila ketiga dalam Pancasila ini berbentuk sebuah pohon beringin dengan latar belakang putih yang berperan sebagai simbol Indonesia sendiri dan pohon beringin ini memiliki maksud tempat berteduh dengan bentuk kesatuan meskipun masyarakat Indonesia sangatlah beragam.

Kemudian Sila keempat berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” yang memiliki Nilai Kerakyatan yang ditujukan bahwa negara harus mengutamakan rakyat. Lambang sila keempat yaitu banteng berwarna hitam dan putih dengan dilatari warna merah, yang menggambarkan kehidupan rakyat Indonesia yang saling hidup bersosial satu sama lain.

Terakhir sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yang memiliki Nilai Keadilan, berupa pengajaran bahwa setiap warga Indonesia harus bersikap adil tanpa membeda bedakan terhadap orang lain. Lambang dari sila ini ialah padi dan kapas yang merupakan sumber sandang pangan rakyat Indonesia, gambaran ini merupakan tujuan warga Indonesia yang menciptakan kesejahteraan sosial tanpa adanya kesenjangan budaya, ekonomi, sosial, dan politik.

Sejauh ini hanya ada beberapa siswa yang masih sulit untuk menerapkan nilai-nilai  Pancasila dalam kehidupan mereka. Hal tersebut dikarenakan adanya tantangan atau pun hambatan dalam lingkungan mereka yang masih belum mendukung dirinya untuk melakukan nilai – nilai Pancasila dengan baik. Seperti halnya tantangan di era milenial, dengan terpengaruhnya budaya asing, anak akan mudah mengikuti tanpa disaring terlebih dahulu karena menurut mereka keren.

Kemudian, tersebarnya dengan marak konten – konten yang merusak dan mempengaruhi karakter , sehingga dengan seringnya mereka melihat tanpa ada pengawasan atau didikan, anak tersebut akan terus mengikuti dan di jalan yang salah sehingga moral dan etika anak akan mengalami penurunan.

Hal inilah tantangan yang harus dihadapi setiap tahunnya, karena itu salah satu faktor perusak nilai-nilai Pancasila yakni tidak adanya hasil dari apa yang dipelajarinya di sekolah, salah satunya karena belum maksimalnya penerapan Pendidikan Pancasila ataupun bimbingan dari orang tua dan gurunya.

Namun di samping itu begitu banyak siswa yang sudah berhasil menerapkan nilai-nilai Pancasila sehingga banyak dari mereka yang memiliki karakter moral dan etika yang baik dalam kehidupan sekitar dengan menerapkan sepenuhnya nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Baca Juga: Demokrasi Pancasila: Sejarah Lahirnya Demokrasi dan Penerapan Demokrasi Pancasila di Indonesia

Contohnya, mereka melakukan ibadah dengan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai kepercayaan yang mereka anut, saling membantu sesama manusia tanpa membeda – bedakan golongan, menerima kebersamaan tanpa adanya diskriminasi dari perbedaan suku, ras dan agama.

Hal itu jika nilai-nilai Pancasila dilakukan akan membuat etika dan moral bisa tumbuh dan menjadi pedoman dalam kehidupan. Seperti sopan terhadap yang lebih tua, menghormati yang lebih tua, tidak berkata-kata kasar, tahu mana yang baik dan yang buruk, mana yang harus dilakukan dan mana yang harus tidak dilakukan.

SIMPULAN

Guru di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri memiliki peran yang sangat penting di dalam penerapan nilai-nilai Pancasila kepada siswa. Mengingat bahwa Guru adalah sebagai orang tua kedua bagi peserta didik untuk mendidik dan membimbingnya.

Semua Guru melaksanakan hak dan kewajiban dengan seimbang dalam lingkungan bekerja, meskipun Guru di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri banyak yang belum PNS, namun hal tersebut tidak membuat Guru pantang menyerah untuk selalu melaksanakan kewajiban dengan sepenuhnya. Untuk memperkuat realisasi nilai-nilai Pancasila, yang dilakukan oleh Guru yaitu pengintegrasian nilai-nilai karakter pada pembelajaran yang akan dilakukan, dengan begitu siswa akan lebih mudah mencerna dan memahami makna dari setiap karakter.

Begitu banyak siswa yang sudah berhasil menerapkan nilai-nilai Pancasila sehingga banyak dari mereka yang memiliki karakter moral dan etika yang baik karena menerapkan sepenuhnya nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya Realisasi Nilai Pancasila Untuk Memperkuat Moralitas dan Etika melalui Pendidikan Pancasila pada Siswa di SDN Tiron 3 Kabupaten Kediri, menjadi paham dan tau mana yang harus dilakukan ketika di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat, dengan bisa lebih paham akan adanya nilai-nilai penting dalam Pancasila yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan. Dengan harapan akan membuahkan hasil sebagai siswa generasi emas di masa depan dan menggapai cita-cita bangsa Indonesia.

IMPLIKASI / SARAN

Dalam penelitian mengandalkan sekolah dalam penanaman penilaian saja belum cukup maka dalam melakukan hal tersebut diperlukan : Pertama Kepala Sekolah dasar dan guru harus mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas terkait penilaian sikap sosial ataupun nilai-nilai Pancasila.

Kedua Guru turut serta dalam hal mendidik, mengajar, menilai, mengawasi sebagaimana peran guru / hakikat guru di dalam kelas maupun di luar kelas untuk siswa. Ketiga Dukungan orang tua dalam melakukan nilai – nilai Pancasila harus ditanamkan setiap kapan pun dan dimana pun. Tanpa hal itu niai-nilai moral dan etika siswa akan berkembang dan tumbuh menjadi baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan mulai dari Siswa dan Guru SDN Tiron 3 dalam terlibat pelaksanaan penelitian yang berperan sebagai narasumber dalam merancang artikel penelitian ini sampai selesai.

Daftar Pustaka

Bahri, S. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi Krisis Moral Di Sekolah. Jakarta: Ta’allum.

Chairiyah. (2014). Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Pendidikan Karakter. Jakarta: Trihayu.

Erlina, T. (2019). Membangun Karakter Keindonesiaan Pancasila Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Di Era Global. Jakarta: Factum.

Fira Ayu Dwiputri, D. A. (2021). Penerapan Nilai Pancasila dalam Menumbuhkan Karakter Siswa Sekolah Dasar yang Cerdas Kreatif dan Berakhlak Mulia. 1267-1273.

Kosim, M. (2011). Urgensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Karsa.

Sulistyarini. (2015). Pengembangan Karakter Berbasis Pancasila Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Jurnal Bhinneka Tunggal Ika.

Ghea Natasha Damayanti
Bagas Samodro Adjie
Diyah Fatmawati
Mahasiswa PGSD, FKIP
Universitas PGRI Kediri

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI