Menilik dari Pandangan Psikologi Kognitif, Gen Z Merupakan Generasi yang Paling Rentan Stres

Pandangan Psikologi Kognitif Generasi Z
Ilustrasi Pandangan Psikologi Kognitif Generasi Z (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Orang yang lahir pada generasi 1997-2012 atau lebih akrab dipanggil Generasi Z (Gen Z), merupakan salah satu generasi yang berisakan para anak muda yang minim batasan, karakteristik dari generasi Z ini pun cenderung menarik dengan memiliki harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang berbeda dan suka mencari tantangan.

Dalam psikologi kognitif, generasi Z disebut sebagai generasi yang hidup di era digital dan terhubung melalui internet. Persepsi diri mereka dapat dipengaruhi oleh paparan terus-menerus terhadap media sosial, informasi instan, dan tekanan untuk memenuhi standar keberhasilan dan kecantikan.

Kebutuhan terus-menerus untuk menjadi sempurna dan mendapatkan validasi online dapat menimbulkan beban psikologis dan meningkatkan stres. Sedangkan dari sudut pandang fungsionalis evolusioner, kita dapat memahami bahwa generasi Z mungkin menghadapi berbagai tantangan evolusioner.

Bacaan Lainnya
DONASI

Selama evolusi mereka, manusia lebih terbiasa dengan tekanan dan ancaman fisik. Namun, generasi Z mungkin menghadapi masalah yang lebih mental di dunia modern yang penuh dengan tekanan akademik, sosial, dan ekonomi.

Mungkin otak manusia tidak sepenuhnya berubah untuk mengatasi tekanan mental yang rumit dan abstrak, karena otak manusia dibangun untuk menanggapi ancaman fisik.

Sangat penting untuk memahami komponen psikologi dan kognitif Generasi Z jika kita ingin melanjutkan penanganan stres mereka. Ini akan membantu kita memahami sumber daya dalaman mereka yang dapat digunakan.

Jika terlalu banyak stimulasi digital terjadi, Anda harus menyadari bahwa Anda perlu istirahat dan pulih mental. Mempromosikan kesehatan mental di internet dan mendorong kesadaran diri yang positif juga bisa menjadi langkah penting untuk mengurangi tekanan.

Menurut fungsionalis evolusioner, meningkatkan dukungan sosial adalah bagian penting. Generasi Z dapat mengatasi stres dengan menciptakan lingkungan di mana mereka merasa didukung, terhubung, dan diterima.

Dalam hal adaptasi terhadap teknologi, mengambil pendekatan yang terencana dan berkelanjutan untuk memasukkan teknologi ke dalam kehidupan sehari-hari, termasuk memahami batas penggunaan teknologi, dapat membantu mencapai keseimbangan yang lebih baik. Selain itu, pendidikan dan kesadaran keluarga dan sekolah harus diperkuat.

Generasi Z dapat memperoleh ketahanan mental yang diperlukan di dunia yang kompleks dan dinamis dengan mendorong keterampilan koping, literasi emosional, dan pola pikir yang positif.

Oleh karena itu, melibatkan seluruh komunitas dalam mendukung Generasi Z dari perspektif fungsionalis evolusioner dan psikologi kognitif adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan positif mereka.

Peningkatan stress yang drastis ini akan memicu berbagai dampak pada kesehatan mental terutama pada kasus bunuh diri.

Direktur kesehatan jiwa kementrian kesehatan RI Drg. R. Vensya Sitohang M. Epid menyebutkan catatan kasus bunuh diri di tahun 2022 menyentuh 826 orang, angka ini meningkat 6,37 persen dibandingkan 2018 yakni 772 kasus.

Sementara secara global data dari WHO yang dirilis tahun 2019 mengungkapkan kasus bunuh diri juga menjadi penyebab kematian terbesar keempat pada kelompok usia remaja 15-29 tahun diseluruh dunia.

Survey lebih mendalam dilakukan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022 yang mengungkapkan hasil mengkhawatirkan yaitu dari sampel survey yang diambil dalam 12 bulan terakhir ada 1,4 persen remaja mengaku memiliki ide bunuh diri, 0,5 persen telah membuat rencana untuk bunuh diri dan 0,2 persen telah melakukan percobaan bunuh diri.

Pada kasus-kasus bunuh diri yang marak terjadi di kalangan generasi Z ini bisa dilihat dari berbagai pendekatan teori kognitif yaitu teori tentang kesadaran.

Zeman (2001) menjelaskan ada tiga pokok kesadaran yaitu kondisi terjaga (waking state) implikasi keadaan bangun akan meliputi kemampuan mempersepsi, berinteraksi, serta berkomunikasi dengan lingkungan maupun dengan orang lain secara terpadu.

Kemudian kesadaran secara pengalaman kesiagaan setiap saat terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Dan terakhir kesadaran secara pikiran (mind) kesadaran digambarkan sebagai keadaan mental yang berisi dengan hal-hal proposisional, seperti misalnya keyakinan, harapan, kekhawatiran, dan keinginan.

Sedangkan Chalmers (1995) menggolongkan permasalahan kesadaran menjadi dua, yaitu permasalahan mudah (easy problems) dan permasalahan sukar (hard problem). Permasalahan mudah kesadaran berkaitan dengan masalah yang secara langsung dapat dipecahkan oleh metode baku ilmu pengetahuan kognitif.

Dengan teori kesadaran ini bisa di kaitkan dengan tingkatan stress yang terus dialami oleh generasi Z yang terlalu berlebihan yaitu mereka kurang mampu dalam mengontrol kesadaran secara pikiran dan mengontrol permasalahan yang terjadi dalam pikiran sehingga tidak bisa untuk tetap menjaga kesehatan mental yang berisikan harapan, kekhawatiran, dan keinginan.

Tips generasi Z agar dapat mengontrol stres:

  1. Temukan cara unikmu untuk melepaskan stres, apakah itu melalui seni, olahraga, atau musik.
  2. Ingatlah untuk berbicara dengan teman atau keluarga saat merasa tertekan,dukungan sosial sangat penting.
  3. Tetap terhubung dengan dunia nyata, jangan terlalu terpaku pada media sosial yang bisa meningkatkan stres.
  4. Prioritaskan kesehatan mentalmu, seperti halnya kesehatan fisik. Jangan ragu mencari bantuan jika perlu.
  5. Tetapkan batasan dan jadwal untuk pekerjaan serta waktu bersantaimu. Seimbangkan antara produktivitas dan rekreasi.

 

Penulis:

  1. Debby Pamikasih
  2. Alifia Dwi Nurohma
  3. Adinda Sephia Dwi Cahyani
  4. Medy Afrione Harahap
  5. Linggar Aulia

Mahasiswa Psikologi, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Referensi

Chalmers, D.J. 1995a. Facing Up to the Problem of Consciousness. Journal of Consciousness Studies, 2 (3), p. 200-219.

Chalmers, D.J. 1995b. The Puzzle of Conscious Experience. Scientific American, Vol. 273 (6), p. 90-100.

Zeman, A. 2001. Consciousness. Brain, Vol. 124, No. 7, p.1263-1289.

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI