Daun Kelor (Moringa Oleifera), si Kecil dengan Segudang Manfaat Terutama sebagai Anti-Hiperglikemia

Daun Kelor atau Moringa Oleifera
Daun Kelor (Source of halodoc.com, 2023)

Tanaman Kelor atau Miracle Tree adalah tanaman dengan sebutan “Pohon Ajaib”. Pohon kelor sendiri seluruh bagiannya dapat dimakan, dari akar hingga kulit kayunya. Tanaman ini dapat tumbuh dengan sangat mudah dan liar, bahkan tahan terhadap kekeringan (Harahap, A.U., Warly, L. 2020).

Bagian dari tanaman kelor yang memiliki khasiat paling banyak adalah daunnya, di mana daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai penyembuhan berbagai macam penyakit. Di antara banyaknya penyakit yang dapat disembuhkan dari daun kelor satu yaitu hiperglikemia atau yang sering disebut oleh masyarakat sebagai gula darah tinggi.

Hiperglikemia adalah kondisi medis di mana terjadinya peningkatan kadar glukosa darah yang melebihi batas normalnya, ini adalah karakteristik dari penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) saat ini menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Badan kesehatan dunia WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien DM tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Soelistijo, S.A., et al. 2021).

Bacaan Lainnya
DONASI

Kelor dengan nama ilmiah Moringa oleifera L. adalah tanaman yang berupa semak atau pohon dengan tinggi mencapai 12 m, dengan diameter batang mencapai 30 cm. Di mana kayunya merupakan jenis kayu yang lunak dan kualitas rendah. Daun dari tanaman kelor sendiri memiliki karakteristik bersirip tidak sempurna, berukuran kecil, berbentuk seperti telur, dan ukurannya sebesar ujung jari.

Menurut sejarah, tanaman kelor ini berasal dari kaki pegunungan Himalaya atau Hidia Utara yang kemudian menyebar ke daerah Afrika dan menuju negara-negara tropika, kemudian juga ke negara-negara sub tropis seperti Indonesia. Karena tanaman kelor sangat mudah dijumpai di Indonesia yang tersebar dari Sumatera hingga Papua, sehingga banyak sekali peneliti yang tertarik untuk membedah khasiat yang dimiliki oleh tanaman kelor.

Pastinya teman-teman pembaca sering mendengar tentang khasiat dari daun kelor yang sering beredar di masyarakat dari mulut ke mulut, seperti “Daun Kelor untuk Kolesterol”, “Daun Kelor sebagai Obat Diabetes”, “Daun Kelor dapat menurunkan Tekanan Darah”, dan masih banyak lagi isu-isu yang beredar di masyarakat kita.

Namun isu-isu tersebut tidak hanya sekedar mitos belaka, karena sudah banyak sekali peneliti yang membuktikan khasiat dari daun kelor sendiri. Oleh sebab itu, pada artikel ini penulis tertarik untuk mengulik tentang khasiat daun kelor terhadap hiperglikemia yang mendasari penyakit Diabetes Melitus.

Ada banyak sekali jenis senyawa yang terkandung di dalam daun kelor seperti senyawa alkaloid, saponin, tanin, firosterol, senyawa polifenol seperti flavonoid, quercetin, kaempferol, asam fenolat, kalium, kalsium, karoten, besi, protein, vitamin B1 dan B2 dan masih banyak lagi.

Senyawa-senyawa ini telah diteliti dan divalidasi keberadaannya di dalam daun kelor. Seperti kandungan beta sitosterol dari hasil ekstrak daun kelor yang dibuktikan dapat menurunkan kadar kolesterol dengan cara menurunkan konsentrasi LDL (Low Density Lipoprotein, salah satu jenis kolesterol) di dalam plasma juga menghambat reabsorbsi dari kolesterol (Tjong, A., Assa, Y.A., Purwanto, D.S. 2021).

Baca juga: Kenali Manfaat Daun Kelor (MORINGA oleifer) Sebagai Pengobatan Antidiabetes

Balik ke pembahasan awal tentang hiperglikemia, seperti yang sudah dijelaskan diatas, hiperglikemia adalah kondisi di mana adanya kenaikan dari kadar glukosa darah di dalam tubuh yang tidak lazim atau melebihi kadar normalnya.

Biasanya keadaan tersebut disebabkan oleh bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi, bertambahnya berat badan yang tidak terkontrol, meningkatnya stres akibat dari faktor emosi, juga karena faktor usia yang sudah lanjut.

Apabila keadaan hiperglikemia ini terus-terusan melanjut atau berlangsung lama, maka akan menyebabkan glukotoksisitas terhadap sel beta pankreas. Glukotoksisitas pada sel beta pankreas ini akan mengakibatkan disfungsi juga berubahnya massa dari sel beta pankreas, sehingga akan terjadi penurunan dari skresi insulin didalam tubuh kita.

Di mana fenomena ini akan mendorong atau membawa kita menuju penyakit Diabetes Melitus, yaitu penyakit metabolik yang dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang dan kegagalan terhadap organ tubuh seperti ginjal, mata, saraf, jantung, dan serta pembuluh darah.

Pengobatan untuk hiperglikemia bisa dilakukan dengan mengatur pola hidup menjadi lebih sehat, seperti diet dan olahraga rutin, dan disertai dengan obat-obatan antidiabetika secara oral yang di mana biasanya terdiri dari golongan sulphonylurea, biguanide, glinide, DPP-IV, dan juga tiazolidinedione.

Obat golongan sulphonylurea dinyatakan dapat menyebabkan sekresi dari insulin, sehingga mampu mengobati hiperglikemia. Contoh obat-obatannya seperti glibenclamide, gliquidone, glipzid, glimepirid, dan glicazid.

Akan tetapi, penggunaan dalam jangka panjang pada obat-obatan ini dan juga penggunaan yang tidak teratur akan dapat menyebabkan terjadinya resistensi seperti hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah atau dibawah kadar normal), rasa mual dan tidak nyaman diperut, terjadinya gangguan pada hati dan ginjal, serta gangguan pada saluran cerna.

Selain karena obat-obatan kimia yang punya banyak sekali efek samping yang pastinya tidak diinginkan, pengobatan hiperglikemik atau yang pasien sudah didiagnosa diabetes melitus di Indonesia saat ini masih sulit yang dikarenakan adanya keterbatasan pada pelayanan primer.

Umumnya hal tersebut terjadi pada pasien keluarga berpendapatan rendah, maka dari itu pentingnya kita menelaah dan mencari tahu pengobatan secara arteknatif atau tradisional yang mana pastinya lebih mudah didapatkan dan juga lebih terjangkau, serta pastinya minim efek samping.

Dari beberapa bahkan banyak penelitian terdahulu yang sudah membuktikan bahwa terdapat senyawa-senyawa aktif di dalam daun kelor yang dapat menurunkan kadar gula darah didalam tubuh.

Seperti flavonoid yang dapat menurunkan resistensi dari insulin pada sel yang sensitif terhadap insulin dengan cara mempengaruhi produksi insulin dari sel beta pankreas serta memberikan sinyal terhadap insulin untuk dapat mempertahankan homeostatis dari glukosa.

Lalu senyawa polifenol yang bersifat protektif serta regeneratif pada sel beta pankreas hingga mampu meningkatkan produksi dan juga pelepasan insulin.

Juga terdapat quersetin pada daun kelor yang mengaktivasi antooksidan serta menghambat GLUT-2 (Glucosa Transport Tipe-2) sehingga dapat menurunkan penyerapat glukosa di dalam usus yang kemudian akan menghambat transport fruktosa, di mana kondisi ini akan membuat kadar glukosa disistemik berkurang dan hal ini dapat mengatasi hiperglikemia.

Bagaimana cara mengolah daun kelor untuk dapat dikonsumsi dengan baik, hingga didapatkan efek yang kita inginkan?

Dari berbagai jurnal penelitian yang sudah penulis rangkum, didapatkan berbagai cara yang cukup efektif dan mudah pastinya yaitu dengan cara yang sangat sederhana dengan merebus saja daun kelor yang sudah dibersihkan dan dipetik sebelumnya, lalu air rebusannya diambil kemudian diminum saat sudah mulai hangat. Ini dilakukan dalam jangka waktu bberapa hari dan cek kadar gula darah secara berkala (Age, S.P. 2021).

Juga bisa dengan membuat serbuk daun kelor dengan cara mencuci daun kelor kemudioan ditiriskan dan dianginkan selama 24 jam atau seharian, lalu pisahkan daun kelor dari tangkainya kemudian keringkan dengan oven pada suhu 35 selama 5 jam dan dihaluskan, lalu serbuknya dapat diseduh dengan air mendidih dan dikonsumsi (D, A.O., et al. 2022).

 

Penulis: Bunga Andika Pratama Putri Caniago
Mahasiswa S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi  

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI