Pemanfaatan Tanaman Belimbing Wuluh (Averrho bilimbi) sebagai Obat Hipertensi

Averrho bilimbi
Belimbing Wuluh.

Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) adalah tanaman yang tumbuh di Asia sampai perbukitan Asia Tenggara, tanaman ini tersebar secara luas di Indonesia. Belimbing wuluh dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran tinggi yang kurang dari 750 dpl.

Untuk memperbanyak tanaman ini bisa melalui cangkok, biji, atau persemaian benih setelah dibersihkan dan dikeringkan. Tanaman ini dapat berbuah sepanjang tahun, khususnya pada musim kemarau. Hingga saat ini belimbing wuluh hanya ditanam seadanya di perkarangan rumah.

Belum ditemukan adanya penanaman secara perkebunan. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Bagian daunnya berkhasiat untuk mengatasi hipertensi, antipiretik, menggobati gondongan, antibakteri, dan mengatasi rematik.

Bacaan Lainnya
DONASI

Daun belimbing wuluh mengandung banyak  senyawa, di antaranya flavanoid, diterpen alkohol asiklik, dieti ftalat, tanin, sulfur, asam sitrat, asam format, dan kalium sitrat.

Belimbing wuluh mengandung kalium sitrat, yang fungsinya sebagai diuretik sehingga dapat pengeluaran natrium cairan meningkat, hal tersebut dapat membantu menurunkan tekanan darah. Kandungan flavanoid pada daun belimbing wuluh memiliki potensi sebagai antioksidan yang berguna untuk menurunkan tekanan darah.

Belimbing atau dalam bahasa latin disebut juga (Avverhoa bilimbi L) adalah salah satu tanaman yang dapat mengatasi hipertensi. Belimbing buah ini murah dan mudah didapat di pasaran. Belimbing ini ternyata memiliki banyak khasiat seperti mempunyai kandungan vitamin C dalam buah.

Belimbing wuluh bermanfaat sebagai antioksidan yang fungsinya untuk memerangi radikal bebas dan mencegah penyebaran sel-sel kanker, meningkatnya daya tahan tubuh, dan mencegah sariawan.

Selain itu buah belimbing mempunyai kandungan-kandungan kalium yang tinggi dan natrium yang rendah di mana terdapat kandungan air yang banyak sehingga mempunyai efek memperlancar buang air kecil serta dapat dijadikan sebagai obat anti hipertensi.

Simpilisa dari ekstrak methanol daun belimbing wuluh mengandung flavanoid, saponin, tannin, dan steroid, di mana flavanoid memiliki potensi sebagai antioksidan yang berguna untuk menurunkan tekanan darah dengan zat yang dikeluarkan yaitu nitric oxide serta mengimbangkan beberapa hormon di dalam tubuh.

Baca Juga: Kenali Manfaat Bawang Putih sebagai Obat Hipertensi

Belimbing wuluh mengandung kalium sitrat, yang mana mineral kalium sitrat dapat berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan meningkat, hal tersebut dapat membantu menurunkan tekanan darah. Khasiat dari daun belimbing wuluh yaitu dapat mengatasi hipertensi.

Dan mempunyai  khasiat lainnya dari daun belimbing wuluh yaitu dapat digunakan untuk pemakaian luar gondongan, jerawat, dan rematik. Dengan cara daun belimbing wuluh dicuci bersih lalu digiling hingga halus dan dipakai sebagai tapal.

Mekanisme daun belimbing wuluh dapat menurunkan tekanan darah secara empiris atau tradisional, daun belimbing wuluh dapat menurunkan tekanan darah melalui mekanisme diuretik, yakni mengurangi jumlah air dalam plasma darah dengan cara mengeluarkannya sebagai urine.

Cara pengolahannya bisa dengan membuat jus atau teh dari buahnya. Cukup cuci bersih belimbing wuluh, potong kecil-kecil, lalu blender atau rebus dengan air untuk membuat jus atau teh.

Mengonsumsinya secara teratur dapat membantu mengatur tekanan darah. Namun, penting juga untuk konsultasi dengan dokter untuk penanganan hipertensi yang lebih komprehensif.

Hipertensi merupakan masalah kesehatan di dunia baik negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi disebut “silent killer” karena biasanya orang yang menderita tidak mengetahui gejala sebelumnya dan gejala baru muncul setelah sistem organ tertentu mengalami kerusakan pembuluh darah.

Baca Juga: Pengaruh Tanaman Daun Salam (Syzygium Polyanthum) sebagai Antihipertensi

Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

Hipertensi diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang tekanan darah normal tinggi sampai maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer dan sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali (Faqih, 2006).

Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun (2013) yang didapat melalui pengukuran pada umur >18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi yaitu di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), dan Jawa Barat (29,4%).

Prevalensi hipertensi di Indonesia didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosa tenaga kesehatan atau yang sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi, 0,1% yang minum obat sendiri.

Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi minum sedang obat sebesar 0,7%. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,8% (25,8% + 0,7%) (Kemenkes RI, 2014).

Pada negara berkembang diperkirakan hipertensi akan terus meningkat, pada tahun 2025 akan terjadi peningkatan sebesar 80 % dari 639 juta kasus pada tahun 2000, sehingga terdapat 1,15 milyar kasus. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan bertambahnya penduduk saat ini.

Baca Juga: Potensi Rebusan Daun Alpukat (Persea americana Miller) sebagai Alternatif Pengobatan Hipertensi

Penyakit hipertensi ini berjalan terus seumur hidup dan sering tanpa adanya gejala yang khas selama belum ada komplikasi pada organ tubuh. Selain itu, hipertensi menyerang paling tidak 50 juta (21,7%) orang dewasa di Amerika Serikat.

Penderita hipertensi juga menyerang Thailand sebesar 17% dari total penduduk, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, dan Malaysia 29,9%4 dua yakni, secara farmakologis dan non farmakologis.

Penanganan secara farmakologis dapat menggunakan obat-obatan seperti diuretik, simpatik, betabloker, dan vasodilator yang dapat membantu menurunkan dan menstabilkan tekanan darah, serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi (Davey, 2005).

Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologis yaitu dengan cara berhenti merokok, menurunkan berat badan berlebih, mengurangi konsumsi alkohol, latihan fisik, mengurangi asupan garam, dan meningkatkan konsumsi buah dan sayur. Ramuan tradisional yang dapat digunakan dalam penatalaksanaan hipertensi di antaranya: Daun belimbing wuluh.

Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang mengandung banyak bahan kimia secara berlebihan akan menimbulkan efek samping dibanding menggunakan obat-obatan tradisional, dan biaya pengobatan tradisioanal lebih terjangkau dibandingkan dengan obat-obatan yang lain.

Baca Juga: Kenali Pemanfaatan Kulit Kayu Manis sebagai Obat Antihipertensi

Meminum obat hipertensi harus seumur hidup sehingga dapat membuat pasien bosan. Obat tradisional dapat digunakan sebagai alternatif lain dalam menurunkan tekanan darah penderita hipertensi.

Gejala timbul setelah mengetahui hipertensi: Pertama, nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah intrakranium. Kedua, penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi. Ketiga, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.

Keempat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus. Kelima, edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Keenam, peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.

Gejala lain seperti sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang dan pusing.

Dapat disimpulkan bahwa potensi belimbing wuluh dalam menurunkan tekanan darah dan penggunaannya dalam penatalaksanaan hipertensi perlu dioptimalkan.

Pemberian ekstrak daun maupun buah belimbing wuluh dengan dosis yang  terbukti dapat memberikan manfaat dalam menurunkan tekanan darah tinggi penderita hipertensi. Dengan demikian, ketergantungan terhadap obat-obatan sintetis dapat dikurangi dengan cara memanfaatkan bahan-bahan alami seperti belimbing wuluh.

Penulis:

Syifa Afrisma
Mahasiswa Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI