Pentingnya Minat Mahasiswa Akuntansi dalam Pengambilan Ceritified Public Accountant (CPA) dan Ceritified Financial Planner (CFP) dalam Meniti Karir: dengan Ajaran Tri Nga

Ajaran Tri Nga
Ilustrasi Mahasiswa Akuntansi (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Mahasiswa akuntansi memiliki banyak pilihan dalam hal peningkatan karir setelah mereka lulus. Salah satu karir yang dianggap memiliki prospek yang baik bagi lulusan sarjana akuntansi adalah profesi sebagai akuntan publik.

Berkembangnya profesi akuntan publik di Indonesia sangat berpengaruh dalam perkembangan ekonomi bisnis, kebutuhan bagi dunia usaha, pemerintah dan masyarakat luas terhadap jasa yang diberikan. Oleh karena itu profesi akuntan publik menjadi pusat perkembangan tersebut.

Salah satu kesempatan untuk berprofesi sebagai akuntan publik yakni memperoleh sertifikasi akuntan publik yang bergelar CPA (Certified Public Accountant). Misalnya, mereka dapat memilih karir di bidang akuntansi keuangan, perpajakan, akuntansi manajemen, dan audit (Ng et al., 2017). Salah satu profesi yang dituntut untuk bersaing di era global adalah profesi akuntan. Akuntan memiliki peran yang sentral dalam entitas bisnis.

Bacaan Lainnya
DONASI

Institut Akuntan Publik Indonesia menyelenggarakan ujian profesi akuntan publik yang disebut juga “CPA of Indonesia Exam” sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 (Undang-Undang tentang Akuntan) Republik Indonesia.

CPA adalah sertifikasi bagi profesi akuntan publik atau auditor laporan keuangan (Ulfah, Amril Jaharadak, and Khatibi 2019). Ujian untuk memperoleh gelar CPA ini dilaksanakan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (Rahardjo 2020).

Memiliki karir yang baik dan terjamin masa depannya adalah keinginan semua orang, termasuk mahasiswa akuntansi. Maka dari itu sertifikasi akuntansi sangat dibutuhkan saat ini.

Sertifikasi akuntansi dibutuhkan saat hendak memasuki dunia kerja atau sebagai pengembangan soft skill untuk kepentingan karir. Seorang akuntan akan lebih unggul jika memiliki gelar berdasarkan kompetensinya, salah satunya gelar untuk akuntan ini disebut Certified Public Accountant (CPA).

Ujian Tingkat Profesional (CPA) dan Ujian penilaian kompetensi rekan perikatan audit. CPA of Indonesia Exam mengadopsi standar internasional yang ditetapkan oleh International Federation of Accountants (IFAC) sesuai ketentuan yang berlaku dalam mutual recognition agreement, pemegang sertifikat IAPI tertentu berhak untuk disahkan oleh ASEAN Chartered Professional Accountant (ACPA).

Rendahnya pemilik sertifikat CPA di Indonesia secara umum adalah masalah waktu serta biaya yang tidak sedikit, sehingga dapat menghambat lulusan akuntansi untuk tidak menjadi seorang akuntan publik (Oktaviani, 2020).

Untuk menjembatani berbagai permasalahan yang dihadapi, Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) melakukan terobosan dengan membuka CPA Test Center bekerjasama dengan IAPI dengan tujuan untuk menciptakan SDM unggul yang memiliki sertifikat akuntan publik.

Certified Public Accountant (CPA) merupakan proses pemberian sertifikat kompetensi yang diselenggarakan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). IAPI memiliki latar belakang sejarah panjang, dimulai dari pendirian Ikatan Akuntan Indonesia merupakanorganisasi akuntansi pertama di Indonesia.

Perkembangannya dipengaruhi oleh ekonomi negara bahkan Indonesia. Kemudian, terbit KMK No.443/KMK.01/2011 tentang penetapan IAPI sebagai organisasi yang berwenang melaksanakan Ujian Profesi Akuntan Publik, penyusunan, dan penetapan standar profesional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan, sekaligus review mutu akuntan publik.

Mahasiswa Akuntansi UST diharuskan untuk mengikuti uji sertifikasi A-CPA yang diselenggarakan oleh IAPI melalui CPA Test Center dengan tujuan untuk membuka jalan bagi lulusan untuk melaksanakan ujian sertifikasi lanjutan CPA. Selain itu, juga A-CPA dapat menjadi sertifikat pendamping ijazah, sehingga lulusan memiliki nilai tambah untuk menghadapi dunia kerja dan dunia industri yang semakin kompetitif.

Baca juga: Implementasi Ajaran Tri N dalam Meningkatkan Kelulusan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik

Awal tahun 1980-an, di Australia didirikan sebuah badan industri yang terdiri dari sekumpulan perencana keuangan independen yaitu the Association of Independent Professional Advisors (AIPA) yang tidak termasuk bankir dan perusahaan asuransi. Setelah itu, Australia bergabung dengan International Association of Financial Planning dan diberikan lisensi Certified Financial Planner (CFP).

Pada tahun 1992, kedua organisasi tersebut bergabung menjadi Financial Planning Association (FPA) dan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perkembangan industri perencanaan keuangan di Australia khususnya kepada pelatihan perencanaan keuangan dan pemberian sertifikat yang ditandai dengan dimulainya Diploma of Financial Planning (DFP), sehingga hal tersebut menjadi langkah awal profesi perencana keuangan menjadi profesi yang profesional.

Pada saat yang sama, semua universitas di Australia mulai menawarkan pelatihan perencanaan keuangan yang mampu memenuhi standar yang telah ditentukan oleh FPA, sehingga pelatihan tersebut mulai meningkatkan pamor dari profesi perencana keuangan.

Perencana keuangan telah mampu untuk menggunakan kemampuannya untuk mempengaruhi persebaran dana ke berbagai produk investasi, tetapi dengan makin banyak investasi yang ditanamkan kepada produk dana pensiun sebagai bagian dari Superannuation Guarantee, semakin banyak kemunduran dari keuntungan yang didapat dari dana pensiun, sehingga banyak perusahaan yang gagal dan berdampak pada kekhawatiran konsumen.

Terlepas dengan berbagai permasalahan yang berdampak pada profesi perencana keuangan, penyegaran kembali industri perencanaan keuangan//ceritified financial planner (CFP) adalah satu cara mutlak dengan mengambil kepemilikan dan membuat aturan yang lebih baik untuk melayani baik kebutuhan publik dan masa depan pengembangan dari profesi perencana keuangan/ceritified financial planner (CFP).

FPA beserta para pihak pemangku kebijakan yang bersangkutan lambat dalam merespon permasalahan, sehingga menimbulkan beban baru bagi pemerintah Australia untuk memperkuat kebijakan melalui proses legislasi.

Konsep pendidikan nasional yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara sangat membumi dan berakar pada budaya Indonesia, salah satunya adalah “Tri-Nga”. Tri-Nga adalah konsep belajar yang sudah ada sejak masa pergerakan nasional khususnya di dalam pembelajaran di Tamansiswa (Indarti, 2019).

Konsep Tri-Nga terdiri dari ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami), nglakoni (melakukan) (Wardani, 2010). Ajaran Tri-Nga mengingatkan kita pada semua pelajaran hidup dan cita cita kita, untuk mewujudkannya harus memiliki pengertian, kesadaran, dan keikhlasan untuk mengetahui dan memahami saja tidak cukup jika tidak menyadarinya dan tidak ada artinya jika tidak menerapkan dan memperjuangkannya (Nadziroh, 2017).

Makna dari Tri Nga yaitu, belajar merupakan tentang memperluas pengetahuan seseorang tentang apa yang mereka pelajari, meningkatkan pengetahuan mereka tentang apa yang mereka ketahui, dan meningkatkan kemampuan mereka untuk menerapkan apa yang mereka pelajari (Kumalasari, 2010). 

Niat seseorang untuk mencari atau meningkatkan pengetahuan sangat tergantung pada sikap mereka (Hatane et al., 2020). Memiliki minat berkarir di bidang sertifikasi profesi maka seseorang tersebut harus mengerti (ngerti) tentang karir tersebut, tidak hanya sampai mengetahui tetapi juga memahami (ngrasa) karir tersebut serta berusaha melakukan (nglakoni) pencapaian terbaik dalam karir tersebut (Fadly & Saragih, 2019).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ayem, S & Hidayat, (2021) hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pemahaman Tri Nga cukup baik dengan adanya bukti pertumbuhan semangat belajar siswa dan prestasi yang dicapai.

Hal ini dapat mengindikasikan semakin baik penerapan ajaran pemahaman Tri-Nga terhadap suatu individu maka semakin meningkat pula prestasi dan keinginan serta tujuan untuk berusaha berkarir di bidang perpajakan. Maka dari itu pemahaman Tri-Nga dapat memperkuat pengaruh positif kecerdasan adversitas dan motivasi diri terhadap minat berkarir di bidang akuntansi (Indarti, 2019).

Baca juga: Mewujudkan Ajaran Tamansiswa “Tri Nga: Ngerti, Ngrasa, Nglakoni” Melalui Kuliah Kunjungan Perusahaan

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sarjana akuntansi sangat dibutuhkan untuk membantu pemerintah dalam mengolah laporan keuangan baik di pusat maupun di desa. Untuk memanfaatkan lulusan akuntansi yang terlalu banyak dalam pasar tenaga kerja.

Apalagi dengan adanya MEA 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin melemah. Profesi akuntan adalah seseorang yang memiliki kemampuan tentang akuntansi melalui pendidikan formal tertentu yang diakui. Sedangkan fakta saat ini menyatakan bahwa banyak profesi akuntan yang belum memahami jurusannya tersebut, hal ini akan menghambat proses pengolahan data keuangan Negara.

Teori kebutuhan Abraham Maslow dalam Robbins dan Judge (2015:128), mengatakan bahwa aktualisasi diri adalah dorongan yang membentuk seseorang untuk menjadi apa; meliputi pertumbuhan, mencapai potensi kita, dan pemenuhan diri.

Peningkatan karir dalam hidup merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh tiap individu. Seorang sarjana akuntansi pasti memiliki keinginan untuk mencapai jenjang karir yang lebih baik. Untuk mencapai jenjang karir yang lebih baik tersebut maka diperlukannya pengembangan potensi dalam diri seseorang tersebut.

 

Penulis:

  1. Adia Adi Prabowo, S.E., M. Acc., Ak., CA
  2. Teguh Erawati, S.E., Sc., Ak., CA., ACPA
  3. Frischa Aprilia Kaleka (2020017042)
  4. Mareta Sastriana (2021017046)
  5. Cia Zulviatul Azkiah (2021017059)
  6. Mutmainah (2021017079)

Mahasiswa Akuntansi, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi  

 

Referensi

“Analisis Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi dalam Pengambilan Sertifikasi Akuntansi”

Bidin A, ‘Minat Individu Mengikuti Sertifikasi Cpa (Certified Public Accountant) Dalam Rangka Meniti Karir Sebagai Akuntan Publik: Pendekatan Theory Reasoned Action (Tra), Model Kebutuhan Abraham Maslow Dan Model Kebutuhan Mc Clelland’, 4.1 (2017), 9–15

Dianti, Yira, ‘Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi Universitas Islam Malang Dalam Pengambilan Certified Public Accountant (CPA) Via’, Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 12.02 (2017), 5–24

Nurhidayati, Ida, Zulaikha Putri Rokhimah, Maharani Rona Makom, Musyafa Al farizi, and Novitasari Eviyanti, ‘Pelatihan Associate Certified Public Accountant (A-CPA) Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta’, GLOBAL ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1.1 (2021), 56–65

Putri, Fuadhillah Kirana, Ananda Anggun Safara A. Rachmat, Suyanto Suyanto, and Nur Anita Chandra Putry, ‘Kecerdasan Adversitas, Motivasi Diri, Dan Minat Berkarir Di Bidang Perpajakan: Peran Pemahaman Tri-Nga’, Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 11.2 (2023), 172–85

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI