Banyak di antara kita pasti sudah tahu bahwa belakangan ini tengah ramai bermunculan fanspage shitposting kampus. Bagi kalian yang belum tahu shitposting, shitposting merupakan tindakan mengirimkan konten ironi yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk guyonan. Hampir semua kampus pendidikan tinggi baik itu institut maupun universitas; negeri maupun swasta setidaknya mimiliki satu fanspage shitposting.
Biasanya fanspage ini dibuat dan dikelola oleh mahasiswanya sendiri. Sebut saja Binus Shitposting (Bina Nusantara) yang kini mencapai 12 ribu like, konon merupakan biang keladi sekaligus menjadi inspirasi dari maraknya fanspage shitposting kampus yang bermunculan. Ada pula UGM Shitposting (Universitas Gadjah Mada) dengan jumlah like 14 ribu dan User Interface Shitposting (Universitas Indonesia) dengan jumlah like terbanyak hingga saat ini mencapai 17 ribu.
Menilik kontennya, kebanyakan fanspage tersebut memposting konten mengenai kehidupan sehari-hari mahasiswa di lingkungan sekitar kampusnya. Seringkali mereka juga mengunggah foto objek atau tulisan yang dianggap ironi ataupun absurd yang ditemui dalam kampus. Fanspage shitposting kampus mengundang beragam reaksi. Banyak mahasiswa yang menyukai konten-kontennya, namun tak sedikit pula yang merespon negatif hingga terkadang ada yang menggertak akan mengadukan ke pihak kampus terkait.
Terlepas dari tujuan awal yang hanya untuk guyonan atau lucu-lucuan, akun shitposting kampus ini tentu juga dapat merugikan pihak kampusnya sendiri. Ketika sebuah Universitas sedang berusaha membangun reputasi dan citra, namun beberapa oknum mahasiswanya melalui fanspage shitposting malah mengekspos hal yang tidak layak untuk diketahui oleh publik.
Contoh kecilnya yaitu ketika akun-akun tersebut mengunggah foto kerusakan pada infrastruktur kampus lalu dibuat guyonan. Mungkin maksudnya baik, yaitu untuk mengingatkan kepada pejabat kampus untuk segera memperbaikinya, namun tidaklah etis jika hal tersebut diumbar.
Contoh lain seperti pada fenomena aksi mahasiswa Universitas Negeri Semarang menolak uang pangkal pada bulan juni silam. Fanspage UNNES Shitposting yang merupakan salah satu fanspage shitposting kampus paling aktif di semarang juga getol mendukung aksi tersebut dan menentang kebijakan universitas. Fanspage tersebut cukup berani dengan memposting meme-meme yang menyindir kebijakan yang dinilai memberatkan calon mahasiswanya.
Syukurlah hingga saat ini sepertinya belum ada pihak kampus yang menanggapi serius mengenai fenomena fanspage shitposting ini. Tentu kita tidak boleh sembarangan bermain dengan api. Salah-salah malah kita kena ciduk dari pihak kampus atau lebih buruknya dipidanakan. Tidak menutup kemungkinan suatu saat fenomena ini akan anggap masalah serius. Seperti contohnya pada kebijakan yang dilakukan oleh Universitas Negeri Semarang yaitu memberlakukan pendataan akun media sosial milik staf maupun mahasiswa sebagai antisipasi radikalisme di lingkungan kampus.
Kebijakan ini pula yang mungkin bisa sebagai fungsi kontrol untuk mahasiswanya agar tidak bertindak sembrono melalui akun media sosialnya. Terlebih lagi UNNES baru-baru ini memberi skorsing pada mahasiswanya karena masalah hate speech.
Tentu kita sebagai mahasiswa harus lebih cerdas dalam memilah dan milih konten yang akan kita posting atau unggah ke media sosial yang bisa dilihat publik. Terlebih lagi untuk pemilik akun fanspage shitposting harus lebih menyaring konten-kontennya yang akan diposting. Sah-sah saja membuat guyonan dari keseharian mahasiswa di sekitar kampus atau yang berkaitan dengan hal itu. Namun jangan sampai ada pihak dirugikan. Baik itu perorangan, komunitas, ataupun kampusnya sendiri. Apa yang kita tuturkan di media sosial siap menjadi pedang yang akan menusuk kita kapan saja.
Desin Al Esa
Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Baca juga:
Tawarkan Banyak Kemudahan, Gadget dan Media Sosial Juga Bisa Jadi Racun Bagi Generasi Muda
Dampak dari Media Sosial Terhadap Masyarakat Menjelang Pilpres dalam Konstelasi Politik
Body Shaming di Sosial Media