Laporan Kegiatan Seminar Youth Policy dan Pelantikan Balitbang PB HMI “Investing In Youth For National Development”

Badan penelitian dan pengembangan (Balitbang) PB HMI adalah lembaga otonom di tingkatan pengurus besar HMI. Balitbang memiliki tanggung jawab untuk mengelola aktivitas penelitian dan pengembangan di lingkungan HMI. Secara fungsional, Balitbang PB HMI menjadi wadah bagi penyimpanan data, informasi dan diseminasi gagasan untuk internal organisasi sekaligus kajian dan penelitian eksternal sebagaimana diperlukan.
Salah satu agenda penting yang akan didorong oleh balitbang PB HMI ini adalah mendorong lahirnya kebijakan pemuda di tingkatan nasional. Selama ini, sebenarnya Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam telah mewacanakan hal tersebut. Melalui prosesi pelantikan ini, kami juga menyebarkan pesan tentang permasalahan yang tidak banyak mendapatkan perhatian dari publik.

Dalam sambutannya, Arief Rosyid (Ketua Umum PB HMI) mengatakan bahwa – yang mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo – “demokrasi itu mendengar, oleh karena itu PB HMI melalui Balitbang PB HMI, akan menyampaikan hasil riset terkait dengan konsepsi pembangunan kepemudaan nasional yang berkelanjutan. Nah, oleh karena itu, Presiden Joko Widodo perlu “mendengarkan” hasil-hasil riset yang dilakukan oleh Balitbang PB HMI”.

Secara global, kita tengah menyaksikan kebangkitan dari kaum muda. Hari ini terdapat lebih dari 1,8 milyar penduduk dunia termasuk dalam golongan pemuda. Jumlah ini bahkan dianggap sebagai generasi pemuda terbesar dari sejarah manusia. Berdasarkan data demografi tersebut, maka masa depan pembangunan global akan sangat bergantung pada upaya menjawab tantangan yang dihadapi oleh pemuda hari ini. Upaya ini harus memastikan bahwa pemuda dapat keluar dari lingkaran setan kemiskinan, memiliki kemampuan atau skill dalam menangkap peluang ekonomi untuk mempersiapkan komunitas mereka menuju masa depan yang lebih berkeadilan.

Suasana Seminar

Bagaimana dengan Indonesia? Jumlah pemuda di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 64 juta atau sama dengan 25,1% dari total penduduk. Dapat kita katakan bahwa 1 dari 4 penduduk Indonesia adalah pemuda. Hasil proyeksi penduduk 2010-2035 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah pemuda dari tahun 2015 sebanyak 64,02 juta, menjadi 65,09 juta pada tahun 2019. Ketika beberapa negara mengalami resiko penuaan angkatan kerja, Indonesia diekspektasikan akan memperoleh peluang yang cukup besar akibat besarnya angkatan kerja. Kondisi ini dapat berarti ancaman ataupun peluang. Kondisi ini dianggap sebagai jendela kesempatan meskipun hanya dapat dimaksimalkan dalam jangka waktu relatif pendek karena proporsi pemuda ini akan mengalami penurunan setelah tahun 2035.

Sayangnya harapan tersebut masih jauh panggang dari api. Data dari Youth Development Index yang mengukur kondisi kaum muda Indonesia dari lima aspek yaitu; pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan pekerjaan, partisipasi sipil, dan partisipasi politik, menempatkan Indonesia pada urutan ke 92 dari 170 negara. Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara tetangga seperti Malaysia (52), Filipina (47), Vietnam (56) dan Singapura (22). Dari sisi sebaran, pemuda Indonesia masih lebih banyak terkonsentrasi di kawasan barat Indonesia dengan DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten sebagai destinasi utama, karena menawarkan kesempatan kerja yang lebih besar. Dari aspek pendidikan, meskipun terdapat perbaikan dalam keterlibatan dan pencapaian pemuda dalam pendidikan, namun beberapa provinsi seperti Papua, Gorontalo dan Sulawesi Barat masih menghadapi permasalahan terkait rendahnya tingkat pendidikan dari kaum muda. Aspek lain yang membutuhkan perhatian yang cukup serius adalah tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda terutama pengangguran dari kaum terdidik.

Keynote Speech oleh: Sonny Harry B. Harmadi

Prof Sonny Harry B. Harmadi (Staf khusus menteri PPN/Bappenas dan Kepala Lembaga Demografi UI) mengatakan bahwa “jumlah pemuda Indonesia, ada sekitar 65 juta pemuda. Sedangkan jumlah keluarga yang ada di Indonesia, juga ada sekitar 65 juta. Dengan demikian terdapat satu pemuda dalam satu keluarga”. Oleh sebab itu, jumlah tersebut menyatakan bahwa, secara tidak langsung selalu ada pemuda dalam setiap keluarga. Sebab pemuda adalah harapan bangsa. Prof Sony kemudian menyatakan bahwa Balitbang PB HMI harus menjadi garda terdepan dalam rangka pembangunan konsepsi kepemudaan nasional kedepannya, melalui riset-riset yang dilakukannya.

Arip Mustofa (Ketua Umum PB HMI 2008-2010 dan Tokoh Pemuda Nasional) menambahkan bahwa negara ini belum begitu serius dalam mengembangkan potensi pemuda. Beliau mencontohkan bahwa secara spesifik, pemuda membutuhkan fasilitas olahraga gratis. Saat ini, pemerintah sangat tidak merespon kondisi tersebut. Pemerintah mungkin lupa bahwa pemuda butuh olahraga. Pemerintah juga mungkin lupa terhadap adegium yang mengatakan bahwa didalam tubuh yang sehat akan terdapat jiwa yang sehat. Jiwa yang sehat penting untuk membanngun karakter pemuda, sehingga mendorong jiwa-jiwa kreatiftas pemuda dalam berkarya. Selain itu, Arip Mustofa mencontohkan lagi bahwa pemuda membutuhkan ruang-ruang atau taman-taman untuk bercengkrama. Mengapa ruang atau taman tersebut dibutuhkan? Dengan raung tersebut, pemenrintah sebenarnya dapat melakukan kontrol sosial terhadap generasi muda.

Sementara itu, Prof Laode M. Kamaluddin, berbicara tentang revolusi industri dan dampaknya terhadap perguruan tinggi. Perkembangan ekonomi global bermula dari ekonomi pertanian (1800-1970) yang fokusnya pada bahan baku industri dasar. Selanjutnya berkembang ke ekonomi industri (1970-1999) fokusnya diwilayah pengelolaan manufacture. Kemudian berkembang lagi ke ekonomi informasi (1999-2010), ekonomi ini berfokus pada content telekomunikasi. Setelah itu berkembang lagi ke ekonomi kreatif (2010-2015) yang berfokus pada research and development technology. Kedepaannya, ekonomi akan menjelma sampai kepada ekonomi mindset (2015-2030) yang berfokus kepada network and global aspiration. Yang oleh Eva Kusuma Sundari (Staf khusus menteri PPN/Bappenas) menambahkan bahwa ekonomi mindset sebenarnya sejalan dengan revolusi mental yang dicanangkan oleh Jokowi dalam bentuk Nawacita. Perwujudan Nawacita tersebut kemudian digodok oleh Bappenas dalam bentuk program RPJMN.

Dari kanan ke kiri: Arip Mustofa, Prof Laode, Arif Rosyid, Eva Kusuma Sundari

Prof Laode kemudian mengatakan bahwa yang perlu dikembangkan adalah ekonomi kreatif guna mengembangkan potensi pemuda dalam wilayah sense kreatifitasnya. Hal tersebut berguna untuk kemandirian bangsa dalam sektor ekonomi dan mengurangi rasio ketergantungan ekonomi. Kemudian dalam seminar tersebut, Prof Laode menantang Balitbang PB HMI. Beliau mengatakan bahwa seperti apa kemudian sumbangan Balitbang terhadap konsepsi kepemudaan?. Pertanyaan itulah nantinya akan dirumuskan oleh Balitbang PB HMI dalam bentuk riset dan kajian guna pembangunan kepemudaan nasional.
Menurut kami, diskursus seputar pemuda tidak dapat lagi selalu dilihat sebagai romantisme sejarah. Ketika kita mengingat bahwa transisi politik dan kekuasaan di bangsa ini pernah didorong oleh patriotisme kaum pemuda. Permasalahan Pemuda hari ini selayaknya diselesaikan secara sistematis, terukur dan komprehensif dengan melibatkan lebih banyak pihak dalam perumusan visi bersama.

Pembangunan kepemudaan masih menjadi domain komplementer yang ditangani oleh banyak lembaga pemerintah. Sehingga pencapaiannya pun bersifat sektoral, tambal-sulam, dan tak memenuhi kebutuhan pembangunan secara menyeluruh. Padahal pembangunan manusia bukanlah bidang yang dapat diberlakukan secara parsial, namun harus didasarkan pada prinsip penguatan, pemberdayaan, yang kerangka acuan dan pelaksanaannya berorientasi jangka panjang (Long-term policy)

Menurut kami (Balitbang PB HMI, red), pemerintah mendatang perlu menyusun sebuah rancangan kebijakan pembangunan kepemudaan nasional dalam bentuk yang lebih konkrit. Tujuanya ialah untuk menjerjemahkan visi pembangunan pemuda dalam bentuk program kerja dengan mekanisme perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang bersifat menyeluruh, oleh lintas sektor kelembagaan pemerintah maupun lembaga-lembaga non pemerintah yang jelas, terpadu dan berkelanjutan.

AKMALUDDIN RACHIM

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI