Salah satu upaya perusahaan dalam meningkatkan kualitas produk atau jasa yang ditawarkan adalah melalui pengendalian kualitas.
Pengendalian kualitas adalah aspek krusial dalam sebuah operasi perusahaan. Pengendalian kualitas merupakan proses evaluasi apakah produk atau jasa sudah memenuhi atau melebih ekspekstasi konsumen.
Proses pengendalian kualitas yang baik dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan tingkat kepuasan konsumen, reduksi operation cost, dan meningkatkan kemampuan tingkat kompetitif perusahaan di pasar.
Selain itu, dengan adanya pengendalian kualitas, perusahaan dapat address dan identify masalah dalam proses produksi.
Pada umumnya, terdapat beberapa kunci untuk mewujudkan pengendalian kualitas yang berhasil. Salah satunya adalah customer focus. Perusahaan perlu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen.
Dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengerti apa kebutuhan konsumen dan bagaimana mewujudkan ekspektasi tersebut melalui pengembangan produk. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membaca tinjauan balik konsumen secara langsung dan daring.
Salah satu metode pengendalian kualitas paling terkenal adalah Six Sigma.
Six Sigma adalah alat yang digunakan untuk mengurangi defect produk. Alat tersebut memacu perusahaan untuk mencapai 6-sigma, yaitu 3,14% tingkat kecacatan dalam 1.000.000 peluang kasus. Output dari Six Sigma adalah tingakatan sigma dan perbaikan secara kontinyu.
Semakin tinggi tingkatan Sigma, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan proses produksi perusahaan. Manfaat dari alat tersebut adalah reduced costs, improved products, dan successful production process.
Dalam alat tersebut dibagi 5 fase. yakni define, measure, analyze, improve dan improve (DMAIC). Selain DMAIC, terdapat pendekatan lain yaitu define, measure, analyze, design, dan verify (DMADV).
Perbedaan kedua pendekatan tersebut adalah objek yang diperbaiki, DMAI untuk produk produk yang sudah ada, DMADV untuk pengembangan produk.
Pada fase define, perusahaan harus mengidentifikasi ekspektasi kualitas konsumen, potensi jenis kecacatan akibat ekspektasi tersebut, dan sumber daya perusahaan.
Kemudian pada fase measure, perusahaan harus mengukur frekuensi terjadinya kecacatan tersebut, dokumentasi kasus kecacatan dan efektivitas proses.
Pada fase ini, perusahaan dapat mengukur tingkatan Sigma dan defect per million opportunities (DPMO). DPMO merupakan peluang terjadinya kecacatan dalam 1.000.000 kesempatan. Langkah selanjutnya adalah analyze.
Fase ini besifat krusial, perusahaan harus menganalisis penyebab potensial kecacatan tersebut. Pada fase ini dibutuhkan kualitas anggota tim Six Sigma, seperti critical thinking dan evidence-based dan fact-based thinking. Selanjutnya, fase improve.
Fase tersebut adalah luaran dari Six Sigma, yakni usulan tindakan korektif. Pada fase ini, tim mengidentifikasi solusi dari penyebab potensial defect.
Solusi harus bersifat sistematis dan implementatif. Dengan solusi tersebut, diharapkan kualitas produk dapat meningkat dan meningkatkan customer loyalty.
Fase terakhir, yaitu fase control. Manfaat dari fase tersebut adalah memastikan bahwa usulan tindakan korektif berhasil.
Dengan kompleksitas metode tersebut, dibutuhkan adanya komitmen tinggi dari top-to-bottom management. Manajerial harus menetapkan goal yang jelas, mengerahkan segala sumber daya yang dibutuhkan, dan bersifat pro-aktif.
Selain itu, pengendalian kualitas yang dilakukan harus bersifat continous improvement, sehingga perusahaan terus menghasilkan produk berkalitas
Penulis: Muhammad Ravi
Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Referensi:
Agal, Sanjay dan Devija, Pooja. 2017. Six Sigma and Statistical Process Control: From Theory to Practice (Company Case Abishek Export). Journal of Scientific Approach. 1(2017):1-5. http://doi.org/10.26476/josa.2017.01.01.1-5
Widodo, Andik dan Soediantono, Dwi. 2022. Benefits of The Six Sigma Method (DMAIC) and Implementation Suggestion in The Defecse Industry: A Literature Review. International Journal of Social and Management Studies (IJOSMAS). 3(3):1-12.
Jirasukprasert, Ploytip., Garza-Reyes, Jose Arturo., Soriano-Meier, Horacio, dan Rocha-Lona, Luis. 2012. A Case Study of Defects Reduction in a Rubber Gloves Manufacturing Process by Applying Six Sigma Principles and DMAIC Problem Solving Methodology. Proceeeding of the 2012 International Conference on Industrial Engineering and Operations Management. Istanbul, Turkey, July 3-6.