Pujian Bisa Menimbulkan Penyakit Ain, Benarkah?

pujian menimbulkan penyakit ain

Dipuji adalah suatu hal yang sangat bahagia. Iya memang benar siapa sih yang gamau dipuji. Pujian menurut KBBI berasal dari kata puji yang artinya rasa pengakuan, penghargaan dan memuji adalah pemberian pengakuan, melahirkan kegaguman dan pujian kepada seseorang. Namun dalam Islam katanya sih pujian bisa mendatangkan keburukan dan mendatangkan bencana bagi yang dipuji, itu mitos atau fakta sih?

Menurut Islam memuji adalah sesuatu yang diperbolehkan namun harus mengerti batasan bagaimana cara kita memuji dan menerima pujian. Memuji seseorang janganlah berlebihan, namun juga perlu diperhatikan kita sebagai penerima pujian juga jangan merasa sangat senang apabila dipuji seseorang.

Pujian bisa membawa petaka bagi yang menerima pujian. Mengapa bisa dikatakan seperti ini? Menurut para ilmuwan agama Islam rata-rata pujian itu bisa dikatakan sebagai pengungkapan rasa iri atau dengki kepada seseorang melalui ucapan dan hati serta tindakan sehingga tanpa disadari orang yang menerima pujian merasa senang.

Bacaan Lainnya
DONASI

Penyakit iri atau dengki ini dapat menjadi sebab akan terkena imbas negatifnya orang yang menerima pujian dikarenakan penyakit ‘ain. Seorang yang terkena ‘ain dapat ditandai dengan munculnya penyakit dan gangguan seperti rasa cemas berlebihan, jerawat yang tak kunjung sembuh, penyakit bintik-bintik pada kulit, dll.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, “Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa” (HR. Muslim)

Jika dari kita terkena penyakit ‘ain sebaiknya kita jangan gegabah namun kita tetap bersabar dan minta perlindungan serta petunjuk dari Allah subhanahu wa ta’ala. “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu” (QS. At-Taghabun :11).

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam juga telah bersabda:

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَادِحًا أَخَاهُ لاَ مَحَالَةَ، فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ فُلاَنًا، وَاللَّهُ حَسِيبُهُ، وَلاَ أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا أَحْسِبُهُ كَذَا وَكَذَا، إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَلِكَ مِنْهُ

Artinya: “Siapa saja di antara kalian yang tidak boleh tidak harus memuji saudaranya, hendaklah dia mengucapkan, “Aku mengira si fulan (itu demikian), dan Allah-lah yang lebih tahu secara pasti kenyataan sesungguhnya, dan aku tidak memberikan pujian ini secara pasti, aku mengira dia ini begini dan begitu keadaannya”, jika dia mengetahui dengan yakin tentang diri saudaranya itu (yang dipuji).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kita juga sebagai umat muslim yang dirahmati oleh Allah SWT. Kita juga jangan membalas dan mencoba untuk berbuat dengki atau iri dengan seseorang saat memuji. Kita sebagai umat muslim jika ingin memuji seseorang agar terhindar dari penyakit ain, maka jika memuji seseorang jangan lupa selalu mengucapkan kalimat “MasyaAllah tabarakallah”.

Adapun doa yang dapat kita selalu mengamalkan agar terhindar dari penyakit ain diantaranya: “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari semua setan, Binatang yang beracun dan Ain yang menyakitkan.” (HR Al-Bukhari).

Berbicara tentang pujian, Dzat yang sepantasnya untuk kita beri pujian ialah Dzat yang menciptakan keindahan dan kenikmatan itu sendiri, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hal ini dikarenakan seseorang mampu melakukan suatu keistimewaan atau mendapatkan suatu keindahan dan kebaikan tidak lain ialah hal-hal tersebut terjadi atas kehendak Allah.

Seseorang yang diberi kenikmatan hendaknya dapat senantiasa bersyukur kepada Allah dan tidak menyombongkan diri atas keberhasilan yang ia raih atau keistimewaan yang ia miliki.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).

Diantara ikhtiar lain agar terhindar dari penyakit ‘ain ialah menghindari mengumbar kesuksesan diri dan kebahagiaan keluarga, termasuk pula memamerkan foto anak dan foto diri serta hal-hal lain yang bisa menimbulkan iri-dengki atau kekaguman dari orang yang memandangnya.

Kemudian, tak lupa untuk senantiasa menjaga dan memelihara dzikir, melaksanakan kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah serta bertaubat dari kesalahan dan dosa.

Tim Penulis:

1. Habib Rifai
Mahasiswa Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

2. Arifianto Syahalief Rachman
Mahasiswa Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

3. Nur Zaytun Hasanah
Alumni Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

4. Shafira Dhaisani Sutra
Mahasiswa Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia

Editor: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI