Membangun Ekonomi Syariah Islam dengan Teknologi untuk Keberkahan Umat

Calculator, rosary beads and computer keyboard with green button written with Islamic Banking.

Seiring berkembangnya zaman umat Islam mengerti dan sadar bahwa semua akan digantikan oleh teknologi. Teknologi sendiri berdampak pada aspek perekonomian. Teknologi saat ini membantu banyak hal khususnya kemudahan dalam bertransaksi syariah.

Adanya ekonomi bertujuan untuk menjadikan kebutuhan masyarakat menjadi tercukupi dan berkah. Pertumbuhan ekonomi membutuhkan sistem yang terarah dan terus maju agar memberikan kemudahan dalam bertransaksi.

Indonesia memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia. Maka dari itu Indonesia menjadi negara yang memiliki aset ekonomi syariah Islam dengan peluang tinggi di Indonesia. Ekonomi syariah berlandaskan pada ketauhidan Allah SWT. Ekonomi syariah Islam dilandaskan pada Al-Qur’an dan hadis.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Permasalahan Saham dalam Ekonomi Islam

Teknologi adalah kunci dasar memecahkan permasalahan perekonomian di Indonesia. Dilihat dari kondisi Indonesia yang mayoritas muslim bahwasanya Indonesia harus menjadi penggerak sistem perekonomian syariah digital dengan basis teknologi.

Edy Suandi Hamid (2010) mengatakan “tidak berlebihan jika Indonesia seharusnya bisa menjadi  basis  dan  penggerak  perekonomian  syariah  dunia. Namun  sayang sejauh ini, hal itu masih belum terwujud dan beberapa negara tetangga justru lebih agresif dibandingkan Indonesia.”

Perekonomian saat ini sudah dipegang oleh generasi Z yang di mana sumber daya manusia semakin maju. Perekonomian syariah dengan basis teknologi ini bukan untuk menyaingi sistem ekonomi konvensional di Indonesia melainkan sebagai salah satu perwujudan paradigma Islam sendiri.

Ekonomi syariah dengan basis teknologi diciptakan namun tidak meninggalkan dasar ketauhidan Allah SWT, tidak meninggalkan nilai keislaman. Ekonomi ini juga memiliki tujuan dalam ketentraman umat, kemudahan umat, agar hidup bertransaksi tidak termakan riba dan menjadi berkah. Aamiin.

Baca Juga: Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional di Tengah Wabah COVID-19 Menurut Perspektif Ekonomi Islam

Ekonomi umat, dapat kita raih ketika kita dapat mengerti atau memahami makna daripada hakikat kekayaan. Mengapa demikian? Karena kalau kita berbicara tentang ekonomi, ujung-ujung definisinya pasti yang kaya dengan yang belum kaya, yang sukses dengan yang belum sukses.

Dalam sebuah hadis dikatakan, dari Abu Hurairah RA, Rasul Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Hakikat kekayaan bukanlah banyak harta. Tapi, hakikat kekayaan adalah kekayaan hati atau kekayaan diri.” (HR Bukhari). Harta, bukanlah patokan hidup kita bahagia. Tapi keberkahan adalah cara kita mendapatkan hidup yang indah.

Allah katakan di dalam QS An-Nahl ayat 90: “Sungguh Allah menyuruh kita berbuat adil serta kebaikanlah. Berbagi kepada kerabat serta tinggalkanlah yang namanya kemungkaran.” Lihatlah, bagaimana indahnya Islam mengatur pengelolaan harta dengan bijak.

Agar bermanfaat serta bermaslahat bagi umat, dengan instrument zakat, infak, sedekah, wakaf, serta mengharamkan yang namanya riba. Ajaran Islam mencakup segala aspek di dalam kehidupan. Tidak hanya mengajarkan aspek akidah, ibadah, tapi juga muamalah, seperti halnya perekonomian.

Sebab, ekonomi merupakan salah satu aspek penting di dalam kehidupan. Oleh karenanya, jangan sampai urusan perekonomian negara, diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, orang yang tamak, zalim, tak kenal kepada syariat-syariat Islam.

Baca Juga: Konsep Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam

Kata Rasulullah, jika suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tumbuhlah kehancurannya. Bisa kita lihat faktanya saat ini, kasus korupsi terjadi tiada henti, tingkat kemiskinan semakin tinggi.

Bantuan sosial dari pemerintah tak sepenuhnya sampai ke tangan rakyat, praktik riba semakin membudaya, halal haram kini nampak tak berbeda, keadilan dikampanyekan, tapi nepotisme yang diterapkan, katanya kemiskinan harus diberantas, tapi kenapa orang miskinnya yang ditindas.

Katanya kita harus memajukan dan membangun ekonomi umat, tapi kenapa justru yang maju ekonomi para pejabat. Padahal dalam QS. Az-Zariyat ayat 19 Allah mengingatkan: “Di harta mereka terdapat hak-hak orang-orang miskin.”

Maka dari itu, langkah awal untuk membangun perekonomian umat adalah dari diri kita sendiri, dengan cara membayar zakat, senantiasa infak dan bersedekah, meninggalkan yang namanya riba, serta membantu saudara kita yang kesulitan.

Bahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sangat peduli terhadap saudaranya yang membutuhkan. Sampai beliau bersabda: “Bukanlah seorang mukmin yang apabila perutnya kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan hingga nampak tulang rusuknya.” (HR. Bukhari).

Oleh karena itu, solusi untuk membangun ekonomi umat adalah salah satunya dengan menerapkan sistem ekonomi Islam, agar tidak terjadi yang kaya makin kaya, yang miskin semakin miskin. Karena pada akhirnya, hakikat kekayaan adalah kekayaan pada diri dan hati kita.

Tim Penulis:

1. Arifianto Syahalief Rachman
Mahasiswa Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia.

2. Nur Zaytun Hasanah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

Editor: Ika Ayuni Lestari

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI