Mengenal Daun Bandotan (Angeratum conyzoides L) sebagai Agen Antikanker Payudara

Daun Bandotan
Sumber: istockphoto.

Masyarakat pada umumnya sudah dahulu mengenal obat herbal sebelum adanya perkembangan teknologi di bidang kesehatan. Namun, seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi modern, perlahan masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan dalam menggunakan obat herbal yang pada akhirnya anak zaman sekarang kurang mengenal dan mengetahui tentang jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai obat herbal (Harefa, D., 2021).

Tanaman obat yang cukup dikenal masyarakat adalah tanaman bandotan (Ageratum conyzoides L). Bandotan (Ageratum conyzoides L) dikenal sebagai obat tradisional untuk penyembuhan dan pencegahan penyakit. Bandotan (Ageratum conyzoides L) merupakan rumput-rumputan yang banyak tumbuh di perkebunan atau tanah lapang dan bisa menjadi gulma (Harefa, D., Telaumbanua, 2020).

Bandotan (Ageratum conyzoides L) dikenal sebagai gulma di masyarakat dan termasuk dalam kingdom Plantae, dengan subkingdom Tracheobionta, super-divisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, subkelas Asteridae, ordo Asterales, famili Asteraceae/ Compositae, genus Ageratum L., dan spesies Ageratum conyzoides L (Melissa dan Muchtaridi, 2017).

Bacaan Lainnya
DONASI

Tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk menangani masalah kesehatan seperti upaya penyembuhan, pencegahan penyakit, dan peningkatan daya tahan tubuh. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional sejak dulu diminati oleh masyarakat desa, karena tingkat keamanan yang lebih tinggi dan biaya lebih murah.

Obat herbal ini berasal dari jenis tanaman herbal yang bisa mengobati dan mencegah berbagai penyakit dan bersifat alami yang sangat baik untuk kesehatan. Salah satunya yaitu terdapat pada tanaman.

Daun bandotan (Ageratum conyzoides L) merupakan salah satu jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan secara turun temurun di Desa Bawolowalani sebagai obat tradisional dalam menyembuhkan sekaligus mencegah penyakit.oleh karena itu Bandotan (Ageratum conyzoides L) dikenal oleh masyarakat Desa Bawolowalani dengan sebutan yaitu cőfő-cőfő.

Menurut (Harefa, 2020k) mengatakan bahwa pemanfaatan tanaman bandotan dalam pengobatan antara lain adalah bagian akar tanaman digunakan untuk menurunkan demam, sedangkan daunnya digunakan sebagai pencuci mata serta mengobati sakit perut dan luka.

Tidak hanya pada daun saja, semua organ tanaman bandotan seperti akar dan batang juga memiliki efek farmakologis dalam tubuh.

Cara mengolah atau meracik daun bandotan dengan cara dibakar merupakan salah satu cara meracik obat tradisional yang seringkali dilakukan oleh masyarakat desa dalam mengobati penyakit yang dialami. Daun bandotan yang dibakar sangat baik dan efektif menyembuhkan penyakit yang terdapat pada tubuh.

Dengan membakar daun bandotan bersamaan dengan bahan yang lain akan memudahkan untuk mendapatkan ekstrak daun bandotan dengan cara diremas atau diperas pada daun bandotan tersebut (Harefa, 2020a).

Baca Juga: Aktivitas Anti Inflamasi untuk Penderita Luka Ringan dengan Menggunakan Tanaman Rumput Bandotan (Ageratum conyzoides L)

Berdasarkan hal tersebut, sangat menarik apabila pemanfaatan daun bandotan sebagai agen antikanker dan dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan sel kanker lainnya, bagian simplisia dan penyari metabolit sekunder yang berbeda untuk mengetahui efek antikanker.

Oleh karena itu, dilakukan penelitian terhadap sel kanker kolon WiDr dengan penyari etil asetat untuk mengetahui apakah fraksi hasil pemisahan daun bandotan memiliki aktivitas antikanker terhadap cell line kanker kolon WiDr dengan menggunakan metode MTT assay serta diketahui profil metabolit sekunder yang dihasilkannya.

Daun bandotan juga dapat diolah atau diracik dengan cara direbus. Ambil daun bandotan satu sampai lima helai kemudian direbus hingga airnya mendidih dan berubah warna. Setelah itu daun bandotan yang sudah direbus, dapat disaring kemudian airnya diminum.

Air rebusan daun bandotan sangat ampuh dalam menyembuhkan penyakit dalam seperti sakit perut dan dapat dikonsumsi untuk mengeluarkan angin dalam tubuh. Tidak juga hanya itu  daun bandotan juga digunakan sebagai anti kanker.

Adapun kanker merupakan sekelompok penyakit yang muncul serta ditandai melalui kejadian pertumbuhan dan penyebaran sel-sel tidak normal dan tidak terkendali di dalam tubuh, pertumbuhan kanker sel tersebut biasanya terjadi pada satu organ tubuh tertentu yang kemudian bisa menyabar ke bagian tubuh lain.

Contohnya yaitu kanker payudara, kanker payudara itu  sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis berdasarkan ekspresi reseptornya seperti reseptor estrogen, reseptor progesteron, reseptor HER2 dan indeks Ki67.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) merilis data melalui Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) yang menyatakan bahwa kematian akibat kanker pada tahun 2018 mencapai 9,6 juta jiwa dari total 18,1 juta kasus. Lebih buruk lagi, kasus kematian akibat kanker diprediksi akan semakin meningkat hingga 13,1 juta pada tahun 2030 (GLOBOCAN, 2020).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa prevalensi kanker pada wanita ditemukan lebih besar dibandingkan terhadap pria. Berdasarkan prevalensi diperoleh informasi kenaikan kasus kanker dari 0,60% menjadi 2,20% pada pria serta 0,74% menjadi 2,85% pada wanita.

Selisih atau perbedaan prevalensi berdasarkan gender semakin melebar pada Riskesdas 2018 dibandingkan terhadap Riskesdas 2013 yaitu dari 0,14 – 0,65%. Fenomena ini dapat terjadi akibat jenis kanker spesifik wanita seperti kanker payudara dan kanker serviks dilaporakan sebagai jenis kanker utama yang muncul di Indonesia.

Baca Juga: Melawan Ancaman Kanker Payudara dengan Khasiat Alami dari Daun Sirsak (Annona muricata)

Hal ini juga sesuai dengan data yang dilaporkan oleh Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) 2020, bahwa di Indonesia sendiri kasus kanker payudara menjadi mendapat urutan teratas untuk kasus baru dengan jumlah 65.858 kasus dan menempati urutan kedua penyebab kematian dengan jumlah 22.430 kasus setelah kanker paru-paru (GLOBOCAN, 2020).

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara mega biodiversitas yang potensial sebagai sumber obat herbal dan fitofarmaka yang bisa digunakan sebagai obat-obatan. Obat herba bandotan (Ageratum conyzoides L) ini  adalah salah satu tanaman herbal yang diketahui secara empiris memiliki berbagai efek farmakologi, seperti antioksidan, antiinflamasi, dan antitumor.

Senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman ini antara lain alkaloid, flafonoid, tannin, glikosida, mineral, dan senyawa lain.

Meskipun telah banyak dikenal sebagai gulma, herba bandotan merupakan gulma peganggu meskipun begitu bandotan ini telah mengukir sejarah panjang sebagai obat herbal tradisional yang digunakan untuk meringankan berbagai macam penyakit seperti demam, rematik, maag, sakit perut, diare, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.

Selain itu tanaman bandotan ini juga dilaporkan memiliki khasiat sebagai obat malaria, tumor, pendarahan rahim, kejang, luka bakar, kanker, radang, dan lain sebagainya (Lusiantika dkk, 2019).

Herba bandotan (Ageratum conyzoides L) adalah salah satu bahan alam yang dinyatakan efektif sebagai agen antikanker payudara. Berbagai senyawa fitokimia teridentifikasi dalam herba bandotan, yaitu flavonoid, chromene, terpenoid, alkaloid, minyak atsiri, kumarin, sterol, glikosida, tanin dan saponin memiliki mekanisme dan target pada sel kanker.

Selain itu, ekstrak hidro etanol, fraksi kloroform dan fraksi etil asetat herba bandotan juga memiliki aktivitas antikanker melalui pengujian in vitro terhadap sel Jurkat (leukemia), sel LNCap (kanker prostat) dan MCF-7 (kanker payudara).

Fraksi etil asetat herba bandotan menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel A-549 (kanker paru non sel kecil). Melalui penjabaran yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa herba bandotan memiliki potensi besar sebagai agen anti kanker, terkhususnya kanker payudara.

Baca Juga: Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata) sebagai Obat Antikanker pada Sel Kanker Payudara

Adanya kandungan senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan diduga berkonstribusi terhadap potensi anti kanker herba bandotan. Senyawa yang diduga menyebabkan aktivitas sitotoksik adalah kaemferol yang diperoleh dari fraksi etil asetat daun herba bandotan.

Senyawa-senyawa lain yang terkandung dalam herba badotan yang diduga memberikan potensi sebagai antikanker. Ternyata dapat dilihat bahwa banyak manfaat dari daun bandotan (Angeratum conyzoides L).

Penulis:

Monica Wensi
Mahasiswa 
Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI