Pandemi Membunuh Kreativitas Mahasiswa

kreativitas mahasiswa

Sejak adanya pandemi di Indonesia, seluruh aktivitas terpaksa harus dilakukan di rumah, mulai dari belajar hingga bekerja. Berbagai dampak pun mulai terasa sejak awal kebijakan ini diberlakukan, terutama pada sektor pendidikan. Dampak ini jelas dirasakan oleh semua pihak, baik dari pemerintah, orang tua, guru, dan siswa. Sistem pembelajaran benar-benar berbeda dari yang biasanya dilakukan, merubah sistem pendidikan dari konvensional menjadi daring (online) tidak begitu mudah. Faktot kesiapan guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan melalui online.

Tidak semua guru siap dengan perubahan secepat ini, sehingga akan menimbulkan kebingungan yang berkepanjangan tentang bagaimana pendidikan seharusnya dilakukan. Pendidikan yang dilakukan pada tingkat perguruan tinggi memang dapat bersifat lebih fleksibel, akan tetapi pastinya lebih kompleks. Aspek yang banyak menyumbang penilaian biasanya akan didapat melalui tugas-tugas dan ujian yang diberikan oleh dosen. Tentu saja keaslian tugas dan ujian tersebut menjadi nilai yang sangat penting. Plagiarisme menjadi hal yang sangat pantang dilakukan oleh mahasiswa ketika mengerjakan tugas dan ujian. Akan tetapi melihat kondisi yang terjadi saat ini, yang terjadi malah sebaliknya. Karena proses pembelajaran dilakukan secara online, maka dosen tidak dapat mengetahui bagaimana mahasiswa ketika mengerjakan ujian yang diberikan.

Diantara hal-hal negatif yang mungkin dilakukan mahasiswa adalah mengunduh tugas makalah dari internet, mereplikasi skripsi hasil karya orang lain, dan menjawab soal ujian dengan bantuan internet. Tidak dipungkiri bahwa beberapa pengajar mungkin memperbolehkan menjawab ujian dengan bantuan internet, akan tetapi ketika hal ini tidak diperbolehkan pun ada saja yang masih tetap melakukannya. Hal ini sangat didukung oleh kondisi seperti saat ini, ketika dosen tidak dapat memantau mahasiswa secara langsung dan keterbatasan kemampuan dosen dalam memantau hal tersebut. Jika hal-hal seperti ini terus dibiarkan terjadi, maka sangat dikhawatirkan mahasiswa akan menurun kreativitasnya. Karena mahasiswa yang terus melakukan hal-hal seperti ini akan menjadi pemalas, suka menempuh jalan pintas, tidak suka terhadap tantangan, dan senang mencari sesuatu yang instan.

Bacaan Lainnya

Tentu saja hal itu tidak dapat dibiarkan, karena bagaimana pun generasi muda sangat menentukan nasib suatu bangsa kedepannya. Hal ini dapat diatasi tentunya dengan melibatkan kedua pihak, yaitu dosen dan mahasiswa. Mahasiswa harus mengetahui betul mengapa ia harus belajar bersungguh-sungguh, karena semakin hari persaingan kerja semakin ketat.

Sangat penting bagi mahasiswa memilki karakter yang positif demi menunjang pendidikan yang berkualitas. Bagaimana mahasiswa kelak menghadapi persaingan kerja apabila ketika mengenyam pendidikan saja sudah memiliki karakter yang negatif. Namun, dosen tentu saja memiliki peran di balik itu semua. Dosen harus bisa memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengapa mereka harus memiliki karakter yang positif sejak dini. Tapi tentu saja teladan tetap menjadi pendidikan yang efektif. Selain memberikan pemahaman, dosen juga harus dapat menjerminkan hal tersebut kedalam dirinya. Agar mahasiswa mendapat gambaran secara utuh mengapa mereka sangat perlu memiliki hal tersebut.

Sri Yunita Mauliza
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Baca juga:
Kaum Muda Milenial Tetap Produktif dan Kontributif di masa Pandemi
Saling Bergantung antara Radio Komersial dan Digital
Hilangin Bosan #dirumahaja, Extrovert pun Bisa

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.