Peran Mahasiswa Menghadapi Degradasi Habitat Padang Lamun

Bumi sejauh ini adalah satu-satunya planet yang diketahui memiliki kehidupan. Salah satu yang mendukung adanya kehidupan adalah ketersediaan Oksigen (O2). Fungsi utama oksigen adalah untuk pernafasan bagi manusia, tumbuhan maupun hewan. Konsentrasi oksigen dalam udara adalah sekitar 21% persen. Sebagian besar udara justru tersusun dari nitrogen (78%), sedangkan sisanya adalah argon, helium, neon dsb. dalam jumlah yang sangat kecil. Nitrogen merupakan unsur gas yang stabil. Hal ini disebabkan karena nitrogen (N₂) membentuk molekul dengan cara berikatan rangkap tiga (N≡N), sedangkan gas oksigen (O₂) berikatan dengan cara membentuk ikatan rangkap dua (O=O). Ikatan rangkap 3 lebih stabil dibandingkan ikatan rangkap 2. Energi yang diperlukan untuk memutus rantai ikatan rangkap 3 lebih besar dibandingkan rangkap 2. (Sumber: link)

Selama ini kita berfikir bahwa penyumbang oksigen terbesar adalah berasal dari tumbuhan daratan. Padahal tidak demikian, tanaman-tanaman laut adalah yang paling banyak menyumbang oksigen hampir sekitar 50 %-85 % di atmosfer dan juga paling banyak menyerap gas CO2 atau biasa di sebut karbon dioksida.

Salah satu tanaman yang menyumbang Oksigen adalah Lamun. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal (Wood et al. 1969). Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat (Tomlinson, 1974). (Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate), Volume 3 Edisi 1, Mei 2010)

Bacaan Lainnya

Indonesia menjadi pemilik padang lamun terluas kedua di dunia dengan kontribusi menyerap karbon hampir 50% dari total penyerapan karbon di dunia. 15 dari 70 spesies lamun dunia ada di Indonesia. (lipi.go.id,28 Februari 2016)

Kini, lamun Indonesia sedang mengalami kerusakan yang cukup mengenaskan, kondisinya hampir 80% adalah kurang sehat. (lipi.go.id , 8 Juni 2017)

Ekosistem pesisir umumnya terdiri atas 3 komponen penyusun yaitu lamun, terumbu karang serta mangrove. Bersama-sama ketiga ekosistem tersebut membuat wilayah pesisir menjadi daerah yang relatif sangat subur dan produktif. Komunitas lamun sangat berperan penting pada fungsi-fungsi biologis dan fisik dari lingkungan pesisir. Pola zonasi padang lamun adalah gambaran yang berupa rangkaian/model lingkungan dengan dasar kondisi ekologis yang sama pada padang lamun.

Aktivitas manusia di sekitar pesisir dapat berupa pertanian, peternakan dan pelabuhan tradisional serta pemukiman penduduk. Aktivitas manusia yang tidak memperhatikan lingkungan pesisir akan mengakibatkan perubahan komunitas lamun sebagai penunjang ekosistem pesisir. (Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate), Volume 3 Edisi 1 ,Mei 2010)

Dilihat pada perkembangan terkini, ekosistem padang Lamun terdegradasi dengan adanya berbagai aktivitas manusia dan alami. Faktor alami tersebut antara lain gelombang dan arus yang kuat, badai, gempa bumi, dan tsunami. Sementara itu, kegiatan manusia yang berkontribusi terhadap penurunan area padang lamun adalah reklamasi pantai, pengerukan dan penambangan pasir, serta pencemaran. Sebagai contoh tutupan lamun di Pulau Pari (Kepulauan Seribu) telah berkurang sebesar 25 % dari tahun 1999 hingga 2004 diduga akibat maraknya pembangunan di pulau tersebut. (Buku Padang Lamun 2018 Digital)

Dampak nyata dari degradasi padang lamun mengarah pada menurunnya keragaman biota laut sebagai akibat hilang atau menurunnya fungsi ekologi dari ekosistem ini. Upaya rehabilitasi menjadi isu yang penting untuk dipikirkan bersama, seperti kegiatan transplantasi lamun pada suatu habitat yang telah rusak dan penanaman lamun buatan untuk menjaga kestabilan dan mempertahankan produktivitas perairan.

Maka dengan adanya hal demikian, dibutuhkan kepedulian semua pihak, terutama mahasiswa yang notabennya memiliki 3 fungsi, yaitu sebagai agent of change (generasi perubahan), iron stock (generasi penerus) dan social control (generasi pengontrol).

Isu kerusakan padang lamun sangat sedikit atau bahkan jarang diulas di dunia pertelevisian maupun internet. Apalagi menginjak tahun 2019, Indonesia dihadapkan pada pesta demokrasi dan turun naik berita-berita perpolitikan di berbagai media. Maka isu lingkungan terutama padang lamun ini menjadi kurang menarik sekaligus kurang ‘menjual’ di kalangan media.

Meski demikian, sebagai umat manusia yang telah menikmati berbagai kemurahan alam, semestinya kita melakukan timbal balik sebagai wujud keseimbangan alam. Karena manusia adalah makhluk yang dianugerahi daya pikir dan naluri. Hendaknya bisa menggunakan pula untuk menjaga, merawat dan melindungi alam. Salah satunya menjaga keasrian padang lamun di pesisir laut.

Sebagai mahasiswa yang memiliki fungsi agent of change, serta memiliki kebebasan berpendapat di dunia kampus. Hendaknya bisa melakukan revolusi yang memungkinkan terjadinya pemulihan padang lamun. Bisa dimulai dengan program KKN pelestarian lamun, atau program pendidikan serta sosialisasi kepada masyarakat tentang sampah. Terutama masyarakat di pinggiran sungai. Masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai cenderung membuang sampah ke sungai, lalu sampah tersebut akan terus mengalir hingga ke pesisir pantai atau laut pinggiran dan mencemari biota laut, termasuk lamun.

Meski edukasi tentang ‘Jangan Membuang Sampah di Sungai!’ sudah sering digaungkan dalam kurikulum pembelajaran atau sebagai iklan layanan masyarakat di televisi, itu belum cukup tanpa solusi tentang pengolahan sampah di sertai tatap muka secara langsung dengan masyarakat. Karena aktivitas membuang sampah di sungai sudah membudaya, dan tidak dianggap sebagai sebuah kesalahan.

Kedua adalah fungsi mahasiswa sebagai iron stock, dengan fungsi ini. Mahasiswa hendaknya memiliki pandangan yang lebih visioner peduli terhadap lingkungan. Terutama lingkungan laut yang jarang sekali terjamah oleh masyarakat daratan yang jauh dari pesisir. Sesekali diharapkan dapat mengikuti kegiatan bersih lingkungan di sekitar pantai dan pesisir agar mengetahui perkembangan terkini kondisi biota laut disana.

Sebagai social control, mahasiswa bisa memulai dari dalam diri sendiri dengan mengurangi sampah plastik atau benda yang berpotensi merusak lingkungan. Terutama lingkungan laut. Bisa juga dengan mengusulkan kepada pemerintah setempat untuk diadakan tempat sampah di pinggiran sungai dan pesisir laut yang rutin di angkut oleh petugas kebersihan. Agar sampah tidak dibuang ke sungai atau laut.

Desyana Suhandari
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Hamka UNNES

Baca juga:
Peringati Hari Bumi, Walhi dan Mapala STIK Banda Aceh Gelar Kemah Lingkungan
Pembaharuan Pemikiran Islam : Mengandeng Isu Lingkungan
DPD IMM Jawa Tengah Sesalkan Penangkapan Mahasiswa dan Aktivis Lingkungan Hidup 

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI